Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tiktok: Aplikasi Populer Namun, Banyak Hoax dan Pamer Harta

3 Februari 2022   06:55 Diperbarui: 3 Februari 2022   06:59 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiktok: Sarang Hoax dan Konten Pamer Harta

Ilustrasi hoax di sosial media/Foto: Viva News
Ilustrasi hoax di sosial media/Foto: Viva News


Tidak salah rasanya menyebutkan aplikasi ini sebagai sebuah candu bagi para penggunanya, apa penyebabnya? Penyebabnya adalah timbulnya keinginan mendapatkan popularitas sekejap dan pundi-pundi rupiah tanpa adanya tanggungjawab baik dari platform maupun pembuat konten.

Berbagai hoax seperti makam Upin dan Ipin, hoax makam, hoax vaksin, hoax perumahan angker dan lain sebagainya pernah menjadi sorotan publik sekaligus seolah-olah Tiktok ini menjadi media yang validitasnya dapat dipercaya. Memang betul ada sebagian konten asli dan mengedukasi, namun penggunaan yang berlebihan ini perlu di kurangi membuat konten yang bagus dan edukasi bukan sebatas mencari cuan dan joget-joget  semata.

Ilustrasi pamer harta di Tiktok/Foto: Kompas.com
Ilustrasi pamer harta di Tiktok/Foto: Kompas.com


Selain hoax ramai juga konten yang niatnya memotivasi menjadi terkesan pamer dan menyombongkan hartanya, tindakan ini merupakan tindakan tidak layak untuk ditiru terutama untuk anak-anak.

Aplikasi yang dibuat oleh perusahaan Byt Dance ini awalnya mendapatkan respon negatif pada tahun 2018 akibat adanya meet and great selebgram Bowo Alpenlibe yang menuai sorotan. Namun anehnya justru setelah pemblokiran tersebut lambat laun Tiktok dibuka kembali dan mulai digunakan banyak orang termasuk oleh orang yang sebelumnya membenci aplikasi tersebut.

Kepopuleran platform ini dimulai di tanah air saat lagu " entah apa yang merasukimu" yang dinyanyikan oleh Ilir 7 namun di-remix menjadi musik yang disukai oleh berbagai kalangan usia.

Akibat semakin populernya Tiktok berbagai aplikasi sejenis mulai bermunculan seperti Snack Video, YouTube Short, turut mengadopsi fitur yang menyerupai Tiktok.

Saking populernya platform ini sempat berencana diakuisisi oleh perusahaan Amerika Serikat demi kepentingan politik negeri Paman Sam. Namun, sampai saat ini aplikasi ini tetap tidak bisa diakuisisi dan semakin menggeser aplikasi media sosial yang telah lebih dulu populer seperti WhatsApp dan Instagram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun