Cianjur- (01/10/2021) Isu adanya kebangkitan Partai Komunis Indonesia yang sudah dibubarkan tahun 1965 selepas peristiwa kelam Gerakan 30 September 1965 atau juga yang disebut sebagai Gestok/ Gestapu yang mengakibatkan beberapa jenderal dan 1 polisi kala itu membuat bangsa ini seakan trauma terhadap paham komunisme.
Selepas kejatuhan Orde Baru film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI dilarang tayang dengan dalih tidak sesuai dengan fakta sejarah, alat propaganda dan ada pihak juga yang berpendapat bahwa film garapan Sutradara Arifin.C.Noer dan naskah dari Mendikbud kala itu Nugroho Notosusanto membuat film ini disinyalir sebagai film propaganda semakin menggeliat.
Film G30S PKI dalam program proses pembuatannya memakan waktu dua tahun sampai dirilis tahun 1984.
Menurut Jajang. C.Noer film G30S PKI menggunakan data- data yang valid pada waktu itu dan adegan atau beberapa scene di dalam film ini Arifin C.Noer tidak yakin dengan data yang mengatakan adanya pencongkelan mata pada salah satu korban. Sumber ini dikutip dari wawancara Jajang.C.Noer di Kompas TV.
Arifin dua tahun sebelumnya juga turut andil dalam pembuatan film Djakarta 66 sebuah film berlatar Kota Jakarta tahun 1966 yang bisa dikatakan sebagai satu kesatuan dari film G30S. Kedua film yang dirilis oleh Perusahaan Produksi Film Negara ini memang berbeda nasibnya.
Film G30S PKI diwajibkan tayang setiap peringatan peristiwa berdarah ini di TVRI dan para pelajar diwajibkan menontonnya, namun Djakarta 66 sempat dilarang tayang entah apa penyebabnya ada sebagian pihak yang mengatakan bahwa film Djakarta 66 tidak sesuai dengan keinginan pemerintah yang berkuasa saat itu.Â
Menurut posting Dewi Irawan anak salah satu pemain dalam film ini yaitu Ade Irawan film ini awalnya diberi judul S.O.B ( Sejarah Orde Baru).
Arifin.C.Noer merupakan seorang sutradara, penulis naskah ia juga meraih sederet prestasi dalam dunia film. Pria yang lahir pada tahun 1941 di Cirebon ini, dikenal karena setiap film yang diproduksinya selalu menampilkan cerita dan kemasan yang apik.
Arifin merupakan seorang seniman teater sekaligus penulis cerpen sebelum menjadi sutradara dan penulis skenario besar. Arifin mulai masuk dunia Sinematografi melalui film ku gapai cintaku film ini digarap juga oleh Wim Umboh.
Sepanjang hidup dan karirnya Arifin sudah menyabet beberapa piala dari ajang Festival Film Indonesia salah satunya adalah film taxi yang menyabet 6 penghargaan.
Arifin.C.Noer bisa dikatakan sebagai salah satu insan terbaik insan perfilman yang pernah dimiliki oleh Indonesia.Â
Selain memproduksi film G30S PKI dan Djakarta 66, Arifin juga terlibat dalam produksi film lainnya seperti Rio Anaku (1973), biarkan bulan itu (1986), Taksi (1990), anak yatim (1973) dan lain sebagainya.
Pada tanggal 28 Mei 1995 sutradara kawakan ini meninggal dunia di usianya yang ke-58 tahun diakibatkan oleh kanker hati yang diidapnya. Arifin pernah menikah sebanyak dua kali yaitu yang pertama dengan Nurul Aini memiliki dua orang anak yaitu Ariavita dan Veda Amrita.Â
Pada pernikahan yang kedua yaitu dengan Lidia Djunita Pamoentjak atau yang dikenal sebagai  Jajang.C.Noer ia dikaruniai dua orang anak juga yaitu Nitta Nazyra dan Marah Laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H