Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal WR Soepratman, Komponis Lagu Indonesia Raya yang Mulai Terlupakan

16 Agustus 2021   19:15 Diperbarui: 16 Agustus 2021   19:22 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Wage Rudolf Soepratman merupakan seorang musisi sekaligus jurnalis pada masa pergerakan kemerdekaan. Soepratman memang hidup dengan rentang waktu yang singkat dan tidak pernah menyaksikan Indonesia merdeka di tahun 1945.

 Sebelum fokus memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah kolonial Hindia-Belanda pada awalnya, Wage tidak terlalu peduli pada kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan film "Wage" digambarkan bahwa Wage hanya fokus bermain musik untuk bertahan hidup dari hasil bermain band dengan Black and White Band Jazz selama di Makassar.

Hari kelahiran Soepratman diperingati sebagai hari musik nasional yakni pada tanggal 9 Maret 1913 meskipun tanggal kelahiran Soepratman ini, masih diperdebatkan sampai saat ini. Ada sebagian pihak juga yang menyebutkan bahwa tanggal lahir Soepratman adalah 19Maret 1913. 

Soepratman adalah anak ketujuh dari sembilan bersaudara dan merupakan anak dari Djoemeno Senen Sastroamidjojo bersama istrinya Siti Senen. Di tahun 1914, Soepratman pergi bersama dengan kakak sulungnya yaitu Roekijem di sana Soepratman hidup bersama Roekijem dan suaminya.

Soepratman memang sudah menyukai musik terutama biola. Lagu Indonesia Raya merupakan salah satu lagu yang diciptakan olehnya yang paling masyhur hingga kini. Bermula dinyanyikan di Kongres Pemuda kedua pada tahun 1928.

Soepratman menempuh pendidikan di Froberschool (Sekolah Kanak-kanak) setingkat TK/ SD saat ini. hingga nantinya ia pun, menempuh pendidikan di Tweede Inlandscheschool dan Noormaalschool ( Sekolah Guru). 

Selepas wafatnya Sanga Ibunda Soepratman memilih tinggal bersama kakak sulungnya Roekijem dan kakak iparnya Willem Van Eldick. Willem kemudian memberikan nama Rudolf pada Soepratman agar ia mudah masuk ke sekolah Europese Lagere School agar statusnya sama seperti anak- anak Belanda.

Selain hidup di Makassar, Soepratman juga seringkali berpindah-pindah tempat tinggal mulai dari Surabaya, Cimahi, Bandung hingga Jakarta. Selain itu, Soepratman juga merupakan seorang jurnalis di beberapa surat kabar seperti Kaoem Moeda, Koran Sin PO dan lain- lain. Ia juga menulis sebuah buku yang berjudul " Perawan Desa, Darah Moeda, Kaoem Panatik" namun Perawan Desa di beredel oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

Akibat lagu " Indonesia Raya" yang ia ciptakan dan mainkan melalui biolanya pada Kongres Pemuda Soepratman pun, ditangkap sebagai pemberontak oleh Pemerintah Hindia-Belanda. 

Sejak tahun 1933 kesehatan Soepratman mulai menurun namun semangatnya untuk bermusik tidak pernah padam. Ia ditangkap pada tanggal 7 Agustus 1938 di sebuah stasiun radio, yaitu Radio Nirom( Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Surabaya ketika sedang memainkan musik untuk lagu " Matahari Terbit" dipenjarakan di penjara Kalisosok, Surabaya.

Kesehatan Soepratman semakin menurun selama di dalam penjara. Tepat ditanggal 17 Agustus 1938 Soepratman meninggal dunia di usianya yang baru menginjak 25 tahun. 7 tahun setelahnya Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya.

Soepratman dimakamkan di Kenjeran, Surabaya sampai akhirnya makamnya dipindahkan di Tambak Segaran Wetan seperti kondisi yang kita lihat hari ini.

Berbagai patung dan prasasti mengenai Wage Rudolf Soepratman juga ada di lokasi makamnya.  Lagu lain yang diciptakan olehnya diantara seperti Ibu Kita Kartini, Indonesia Iboekoe, Bangunlah Hai Kawan dan Selamat Tinggal merupakan lagu lain yang diciptakan Pria asal Purworejo tersebut.

Soepratman dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1971, Bintang Mahaputra Utama di tahun 1960 dan Bintang Mahaputra Anumerta tahun 1974. Meskipun demikian sangat jarang anak- anak atau generasi muda yang mengenal nama Wage Rudolf Soepratman tentunya ini sangatlah disayangkan dan perlu adanya penekanan yang kuat mengenai sejarah bangsa di dalam kurikulum sekolah. Pada tahun 2017 sebuah film berjudul " Wage" dirilis untuk menghidupkan kembali jasa- jasa dan perjuangan W.R . Soepratman.

Dirgahayu Bangsaku 

76 tahun Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun