Politik Bebas Aktif Indonesia sudah dimulai sejak era kepemimpinan Presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno.Â
Soekarno memang dikenal tidak mau memihak blok manapun baik itu Blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat ataupun Ini Soviet sekarang ( Rusia).Â
Hal ini dibuktikan dengan kunjungan Soekarno ke Washington DC pada tahun 1956 untuk menemui Presiden Amerika Serikat saat itu, John F Kennedy. Masih di tahun yang sama Soekarno bertolak ke Moskow untuk bertemu Nikita Khrushchev.
Tentunya hal ini memiliki keterkaitan dengan Konferensi Asia-Afrika yang diadakan di Bandung pada tanggal 18-24 April tahun 1955 yang memiliki salah satu nilai hidup bersama secara berdampingan dan berupaya lepas dari bayang - bayang kolonialisme dan imperialisme di kawasan negara- negara Asia dan Afrika.
Dari beberapa poin KAA 55 inilah cikal bakal lahirnya Gerakan Non Blok di tahun 1961 dimulai. Tentunya GNB merupakan respon Indonesia atas adalah perang dingin antara dua negara adidaya kala itu, GNB di deklarasikan di ibukota Yugoslavia yaitu Beograd pada tanggal 1-6 September 1961 yang dihadiri sebanyak 25 negara walaupun jumlahnya lebih sedikit dari negara peserta KAA 55 nyatanya GNB membuat keadaan dunia mulai cair secara tidak langsung.
GNB merupakan implementasi nilai- nilai dalam Dasasila Bandung yakni kesetaraan semua golongan umat manusia, lepas dari belenggu penjajahan, ekonomi, politik dan lain sebagainya yang hingga kini masih relevan.
Semangat GNB secara tidak langsung selalu digaungkan oleh Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar Negeri, Museum Konferensi Asia-Afrika, dan Sahabat Museum Konferensi Asia-Afrika baik dalam acara-acara yang berkaitan dengan peristiwa KAA ataupun tidak.
Salah satunya adalah dalam peringatan 66 tahun Konferensi Asia-Afrika yang digelar melalui siaran live Instagram Museum Konferensi Asia-Afrika terus menerus selama satu Minggu dengan berbagai kegiatan yang dikemas menarik dan menambah wawasan.Â
Selain itu, ada satu kegiatan bertajuk Message Of The World yang berisi pesan kemanusiaan mulai dari berbentuk tulisan sampai video siapapun bisa mengikutinya tanpa dibatasi umur dan lain sebagainya.
Selain itu live kuis dan virtual tour museum juga dilakukan sejak adanya pandemi covid-19 yang melanda dunia satu tahun silam tentunya hal ini menjadi salah satu cara menghidupkan semangat Bandung tahun 1955 dengan cara dan tampilan yang lebih segar dan menyenangkan dengan para edukator dan para staf museum.