Terlebih, ceruk yang disasar hp Realme untuk saat ini bisa dibilang beririsan, atau bahkan tumpang tindih.
Di samping Realme C1 (2019), Realme C2, dan Realme X2 Pro, seluruh hp Realme yang dirilis tahun ini menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon seri 700. Diferensiasi yang paling terlihat antara satu produk dengan lainnya pun hanya terletak pada jumlah dan konfigurasi kameranya.Â
Ya, label flagship killer memang sudah mendarah daging hampir di seluruh hp buatannya, tanpa memunculkan keunikan tersendiri yang mampu menjadi identitas masing-masing. Dikhawatirkan, akan timbul kebingunan dalam diri konsumen begitu melihat portofolio dari Realme.
Selain itu, ada risiko tersendiri terhadap keberlangsungan bisnis Realme dengan skema seperti ini.
Saat ini, Realme boleh saja bangga atas catatan sebagai merek hp dengan pertumbuhan tertinggi secara global. Meski demikian, bisnis yang tumbuh terlalu cepat juga sangat rawan untuk cepat digilas.
Lihat saja BlackBerry yang pertumbuhannya menjanjikan pada kisaran 2008-2010, namun langsung merosot setelahnya dan bahkan sampai melepas bisnis ponselnya untuk fokus ke bisnis software.
Meski demikian, di industri ponsel, memang penting untuk menjadi siapa yang paling 'kelihatan'.
Sebelum kita merasa sebal dengan kegiatan marketing gila-gilaan yang dilakukan oleh Oppo dan Vivo, Samsung sudah melakukan hal serupa dan mampu menjadi penguasa pasar ponsel global.
Bisa jadi, ini merupakan cara Realme untuk bisa 'kelihatan' sehingga mampu merebut hati para konsumen di pasar-pasar yang mereka incar.
Menarik untuk ditunggu apakah strategi Realme ini akan berbuah manis atau justru akan menjadi bumerang yang menyerang mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H