Mohon tunggu...
Muhamad Iksan
Muhamad Iksan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SEMOGA KITA SELALU DI PERMUDAHKAN JALAN KITA OLEH ALLAH SWT DAN DI LINDUNGI DARI SEGALA MARABAHAYA DAN TIPU DAYA DUNIA INI AMINNNN YA ROBBAL ALAMIN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin hoffman

17 Januari 2025   20:09 Diperbarui: 17 Januari 2025   20:09 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Martin Hoffman adalah seorang psikolog terkenal yang meneliti perkembangan moral dan empati. Ia juga menulis buku berjudul Empati dan Perkembangan Moral.

Teori empati Martin Hoffman adalah teori yang menjelaskan bahwa empati adalah kemampuan untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Teori ini juga menyatakan bahwa empati merupakan dasar dari perilaku prososial. 

Teori empati Martin Hoffman mencakup: 

Empati adalah keadaan emosional yang lebih sesuai dengan kondisi orang lain.

Empati dapat dipupuk dan dikembangkan.

Empati merupakan faktor kunci dalam pengembangan moral dan perilaku prososial.

Empati melibatkan resonansi emosional dan empati kognitif.

Empati dapat dibangkitkan dengan mengambil perspektif orang lain.

Martin L. Hoffman, seorang psikolog terkenal, telah memberikan kontribusi signifikan dalam memahami perkembangan empati. Teorinya berfokus pada bagaimana empati berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa, dan bagaimana hal itu memengaruhi perkembangan moral seseorang.

 

Tahapan Perkembangan Empati Menurut Hoffman

 

Hoffman mengidentifikasi tiga tahap perkembangan empati:

 

Empati Global (0-1 tahun): Pada tahap ini, bayi tidak dapat membedakan antara diri sendiri dan dunia di sekitarnya. Mereka merespons emosi orang lain dengan cara yang sama seperti mereka merespons emosi mereka sendiri. Misalnya, bayi mungkin menangis jika melihat bayi lain menangis, karena mereka belum dapat memahami bahwa bayi lain adalah individu yang terpisah.

Empati Ego-Sentris (1-2 tahun): Anak-anak pada tahap ini mulai memahami bahwa mereka adalah individu yang terpisah dari orang lain, tetapi mereka masih memiliki kesulitan untuk memahami perspektif orang lain. Mereka cenderung merespons emosi orang lain dengan cara yang ego-sentris, yaitu dengan fokus pada bagaimana emosi orang lain memengaruhi mereka sendiri. Misalnya, anak mungkin mencoba menghibur teman yang sedang menangis dengan memberikan mainan favoritnya, karena itu adalah cara yang mereka gunakan untuk menghibur diri sendiri.

Empati Berpusat pada Orang Lain (2 tahun ke atas): Pada tahap ini, anak-anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki pikiran, perasaan, dan pengalaman yang berbeda dari mereka sendiri. Mereka dapat menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang orang lain rasakan. Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan untuk merespons emosi orang lain dengan cara yang lebih sesuai dan membantu.

 

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Empati

 

Hoffman juga meneliti faktor-faktor yang dapat memengaruhi perkembangan empati, seperti:

 

- Jenis Kelamin: Penelitian menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih empati daripada laki-laki, meskipun perbedaan ini mungkin lebih kecil di usia awal.

- Self-Esteem: Anak-anak dengan self-esteem yang tinggi cenderung lebih empati, karena mereka lebih mampu memahami dan menerima perasaan orang lain.

- Tuntutan Keluarga: Lingkungan keluarga yang mendukung dan penuh kasih sayang dapat membantu anak-anak mengembangkan empati. Orang tua yang menunjukkan empati kepada anak-anak mereka dan mengajarkan mereka untuk memahami dan merespons perasaan orang lain dapat membantu anak-anak mengembangkan empati yang kuat.

 

Empati dan Perkembangan Moral

 

Hoffman berpendapat bahwa empati merupakan faktor penting dalam perkembangan moral. Empati membantu individu untuk memahami dan menghargai perasaan orang lain, yang pada gilirannya mendorong mereka untuk bertindak dengan cara yang adil dan berempati.

 

Kesimpulan

 

Teori empati dari Martin L. Hoffman memberikan kerangka kerja yang penting untuk memahami bagaimana empati berkembang dan bagaimana hal itu memengaruhi perkembangan moral. Teorinya menekankan pentingnya pengalaman awal dalam pengembangan empati dan menunjukkan bahwa empati merupakan kemampuan yang dapat dipelajari dan ditingkatkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun