"Kalau seandainya alun-alun dibuka, mungkin akan lebih ramai lagi," pikirku sejenak.
Kami langsung menuju ke tempat wudhu, karena waktu maghrib telah tiba. Suara imam yang merdu, membuat saya rindu dengan Masjid Al-Hurriyyah, IPB University.
Usai melaksanakan salat, kami mencoba melihat kondisi Jalan Afrika, Bandung. Kami tetap menggunakan masker sebagai salah satu cara untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.
Tenggorokan kering, akhirnya kami membeli minuman jeruk. Saya dan Faisal jeruknya dingin, sedangkan Saban jeruk hangat. Saya sempat mengobrol dengan tukang es jeruk itu.
"Pa, ini memang alun-alun belum dibuka?"
"Iya memang belum saat adanya Corona," jawabnya.
"Oh begitu, kalau masjid sempat tutup pa?"
"Iya masjid sempat tutup dan sekarang baru dibuka. Itu pun hanya pintu samping aja. Kalau yang pintu deket alun-alun masih tutup."
Saya menyimak saja. Tidak lama, pesanan kami sudah jadi. Kami membayarnya lalu bergegas mencari tempat untuk menikmati minuman jeruk itu.
Sembari mencari tempat yang pas, saya melihat orang-orang sedang mengabadikan momennya. Tidak sedikit yang begitu, bahkan ada juga yang berfoto dengan superhero yang ada di sekitar situ. Selain itu, saya juga melhat Palestine Walk yang merupakan jalan khusus Palestina. Saat saya cek, ternyata Palestine Walk tersebut ditandatangani oleh Wali Kota Bandung, Menteri Luar Negeri Indonesia, dan Menteri Luar Negeri Palestina. Sebetulnya saya tidak tahu percis maksudnya apa, tapi saya salut saja dengan adanya Palesitne Walk.
Setelah mencari yang membutuhkan waktu lama. Akhirnya kami menemukan tempat untuk menikmati minuman jeruk itu. Kami duduk di kursi dengan di sekitar kami orang-orang yang sedang menikmati atmosfer malam Jalan Afrika. Saya melihat suatu kehidupan di sini. Ada yang sedang shooting untuk konten Youtube-nya, ada yang sedang mencari nafkah, dan ada pula yang hanya menikmati malamnya Jalan Afrika.