Mohon tunggu...
Muhamad Hamdan
Muhamad Hamdan Mohon Tunggu... Tentara - Siswa SMAN 1 Padalarang

Manjada wajada

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ridho Suami

1 Februari 2020   17:13 Diperbarui: 1 Februari 2020   17:15 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di penghujung musim dingin usia dua puluh tujuh, Ambu menyuruh ku untuk segera menikah dengan pasangan ku. Akhirnya aku menikah dengan wanita yang selama ini aku cintai. Tujuh tahun kemudian pernikahan ku berlalu, aku dengan sang istri di karuniai anak laki-laki yang di beri nama Sandi. Selama itu pula aku menghabiskan cukup banyak waktu untuk bekerja sebagai nelayan yaitu mencari ikan di laut. Namun Istriku selalu saja marah ketika aku membawa uang kecil.
"Padahal mencari uang itu bukanlah hal yang mudah" gumam hatiku.

Hari demi hari berganti, tak pernah lupa untuk meminta kepada sang ilahi. Dan kini, hari yang menyenangkan bagi Surya, karena dia baru saja mendapatkan hasil berlayar yang cukup banyak. Semakin hari semakin banyak ikan yang ia dapatkan.
"Alhamdulillah, hasil berlayar hari ini cukup banyak. Pasti istriku senang." ujarnya dengan penuh harap.

Matahari mulai meninggalkan langit petang, tandanya Surya harus segera pulang. Dia pulang dengan perasaan senang dan tidak sabar untuk segera menemui anak dan istrinya.
 
Sebelum dia sampai di rumah, dia sempat membeli beberapa cemilan untuk dinikmati bersama. Setelah sampai di rumah...
"Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam Yah." kata istri dan anaknya. Seperti biasa anak dan istrinya sempat mencium tangan seorang kepala keluarga dan disambut hangat oleh keluarganya.
"Bawa apa yah?" Kata anakku, Sandi.
"Ayah belikan cemilan."
"Waahh.." dengan gembiranya.

Beda hal nya dengan sang istri, ia selalu sibuk memainkan ponselnya. Aku ingin menegur nya tapi sayang ia selalu salah paham akan perhatian suaminya.
"Mana hasil nelayan tadi?" Kata sang istri dengan ketus.
"Baru juga Mas pulang, Bu." ujar Surya.
"Halah mana cepetan, besok kan harus makan. Makan harus belanja, dan belanja pake uang Mas!" Bersikukuh memaksa sang suami untuk memberikan hasil jerih payahnya tadi.
"Ini bu.." memberikan sebagian uang hasil berlayar tadi.
"Dikit amat." dengan nada sombongnya.
"Astaghfirullah, bukannya bersyukur malah kufur." sembari mengusap dada.

Karena waktu semakin larut, langit malam semakin lama semakin gelap, suasana desa pun semakin sunyi tak berkutik, itu saatnya mereka bergegas menuju kamarnya masing-masing.

Saat aku akan memejamkan mata, tiba-tiba istrinya pun bertanya ...
"Mas, aku ingin berbicara penting" dengan nada seriusnya.
Surya pun menjawab, "Memangnya ada apa ya sampai kamu berbicara seperti itu?" sambil terheran.
"Aku ingin merantau mas" ujar istrinya sambil tersenyum.
Surya yang mendengar ucapan istrinya itu pun terkejut.
"Memangnya kamu mau kemana?" Tanya surya memastikan.
"Aku ingin kerja yang menghasilkan banyak uang." Ujar sang istri dengan cepat.
Ternyata istrinya ingin menjadi seorang TKW di Luar Negeri. Entah apa alasan sang istri yang meminta hal itu. Karena penasaran Surya pun bertanya,
"Sebenarya apa alasan kamu untuk memutuskan untuk merantau ke negeri orang, apa gajiku tidak cukup?" Tanya Surya pada istrinya.
Istrinya menjawab, "Tidak mas, gaji mas tidaklah cukup buat kehidupan kita. Saya sudah capek mas hidup serba kekurangan saya ingin seperti orang-orang bisa memberi perhiasan mewah!!" dengan tegasnya. Kemudian Surya menjawab, "Mas tetap tidak akan Izinkan!" dengan rasa khawatir.

Keesokan harinya, Surya pun tak pernah bosan untuk pergi ke laut mencari ikan dan menjual nya. Karena hanya itulah mata pencaharian Surya sebagai kepala keluarga.
"Mas pergi dulu ya, Bu." Meminta ijin sebelum berangkat.
"Ya sudah." Dengan singkat nya.
Surya pun pergi meninggalkan rumah, tak lama kemudian ...
"Bu, aku berangkat sekolah. Uang jajan nya mana bu?" tanya sang putra, Sandi.
"Enak aja kamu! Liat tuh ayah mu, dia itu kerjanya cuma sebagai nelayan. Mana bisa kita punya uang?" kata sang ibu dengan menyudutkan sang suami.
"Tapi, Bu.., yang penting kan halal" Dengan wajah memelas dan bermaksud membela sang ayah.
"Halah kamu sama ayahmu sama saja. Sama-sama tidak bisa membahagiakan ibu!" Sang ibu pun pergi meninggalkan Sandi sendirian.

Walaupun Sandi tidak diberi bekal oleh sang ibu, ia tetap bergegas pergi ke sekolah. Ketika di sekolah, ia pusing karena ia belum makan dari pagi.
"Sandi kamu kenapa?" Tanya sang guru.
"Tidak apa-apa Bu."
"Kenapa? Kamu belum makan?" Tanya sang guru sekali lagi.
"Iya Bu, tapi saya kuat kok." Sandi berusaha menutupi perbuatan ibunya.
"Ya sudah, ayo ikut ibu."
"Tapi ..."
"Ayooo." memaksa.
Sandi pun di ajak makan oleh sang guru di salah satu rumah makan. Dengan lahap nya Sandi menghabiskan makanan ke dalam perutnya.

Ketika sandi pulang, ia melihat kedua orang tua nya sedang bertengkar. Semenjak itu mereka pun pisah ranjang. Surya tidur di ruang tamu sedangkan istrinya tidur di kamar. Sandi merasa heran atas tingkah laku kedua orangtuanya, saat Sandi bertanya kepada ayahnya, sang ayah menjawab bahwa dirinya  dan ibunya sedang bergantian jaga di luar untuk melindungi sang anak, Sandi.

Beberapa hari kemudian, istrinya tetap ingin pergi keluar. Saat malam tiba, Surya tertidur pulas, dan istrinya mengambil kesempatan itu untuk mengendap-endap untuk pergi.
"Aku harus cepat-cepat petgi." Ujar istriku dengan tergesa-gesa.
Istrinya pun pergi meninggalkan rumah malam itu juga. Ketika sang mentari menjemput pagi, dan Surya bangun, ia kaget tidak melihat istrinya disamping.
"Loh ibu kemana ya?" kataku yang bingung. Tapi ia melihat sebuah surat, yang dimana isinya tentang keberangkatan istrinya keluar Negeri. Surya hanya sedih dan pasrah kepada Allah agar istrinya diberi keselamatan.

Beberapa tahun kemudian, ia tidak mendengar kabar akan keberadaan istrinya. Anak nya sandi bertanya kepada sang ayah.
"Yah, ibu kok belum pulang juga ya?" Kata ayah, ibu cuma setahun disana." meminta penjelasan karena sandi adalah orang yang tidak mau ibunya pergi ke luar negeri.
"Kan kamu ingin beli banyak mainan, makanya ibu harus cari uang yang banyak, sabar ya nak." Kataku dengan jelas.
"Oh gitu ya, yah."
"Iya, nak, cepat mandi sana!"
"Baik, yah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun