Cerita ini hanyalah fiksi, jika ada kesamaan nama dan tempat bukan semata karena kesengajaan. Teman teman tentu sering mendengar tentang hantu gentayangan, hantu gentayangan sering disebabkan karena cara meninggalnya yang tidak lazim, begitupun dengan cerita ini.Â
Berawal dari panti asuhan Sinar Kasih yang di asuh oleh seorang pria berumur 34 tahun dan 9 orang anak anak sekitar umur 6 - 9 tahun. Nampaknya pria ini bukan hanya sekedar menerima anak anak terlantar yang tidak mempunyai orang tua, tetapi dibalik kedok panti asuhan ini pria tersebut memperjual belikan anak dan organ tubuh anak anak tersebut.Â
Anak anak ini diberi nama sesuai nomor urut, karena panti asuhan ini sudah lama nomor urutnya pun sudah sampai ratusan dan yang tersisa hanya 9 orang anak tersebut yang diberi nama 197, 128, 94, 146, 177, 85, 112, 134, dan 155. Pria ini mengadopsi anak yang bernomor urut 85 anak laki laki dan 94 anak perempuan, mereka berdua berumur 9 tahun dan bisa dikatakan yang paling tua diantara anak anak yang lain.Â
Dengan cara mengadopsi anak, pria ini menutupi bisnisnya dari orang orang yang curiga terhadap panti asuhannya ini. Tapi, sedalam dalamnya bangkai dikubur, baunya akan tetap tercium. Bisnis yang berkedok panti asuhan ini akhirnya diketahui oleh banyak orang dan pemerintah setempat.Â
Untuk menutupi bukti bukti bahwa pria pengasuh panti asuhan ini melakukan bisnis jual beli organ tubuh, dia mengubur mayat dan semua anak yang masih hidup di dalam sumur tua kecuali anak bernomor 85 dan 94 yang ia adopsi sebagai anak. Pria tersebut tidak dikenakan hukuman dikarenakan tidak ada bukti yang nyata tapi panti asuhan tersebut ditutup dan dirubuhkan.Â
10 tahun kemudian di daerah tersebut akan diadakan proyek stasiun bawah tanah yang menghubungkan antar daerah. Pada tahun ke 11 berdirilah sebuah stasiun bawah tanah yang bernama 'Stasiun Bitoeng'. Setalah 11 tahun dikabarkan pria pengasuh panti asuhan itu meninggal karena bunuh diri tanpa sebab yang belum diketahui. Namun setelah kematian ayah angkatnya memori anak yang diadopsi itu perlahan lahan menghilang, kedua anak tersebut lupa akan cerita masa lalunya yang pernah melihat temannya dikubur hidup hidup oleh ayah angkatnya itu.Â
Setelah 2 tahun beroperasi, beragam tragedi sering terjadi di stasiun tersebut mulai dari kecelakan kereta anjlok hingga bunuh diri. Banyak saksi yang pernah melihat ada sosok anak kecil yang sering mengajak bermain hingga tak sadar bahwa mereka bermain direl kereta. Sampai pada akhirnya sorang jurnalis bernama Rita dari sebuah majalah ternama ingin menguak peristiwa yang sering tejadi di stasiun Bitoeng itu, tapi sang jurnalis sering mendapat tekanan dari pihak pengembang stasiun.Â
Semakin mendapat tekanan Rita semakin penasaran akan peristiwa ditasiun itu, ia mulai mencari tau sejarah masa lalu di daerah tersebut. Rita mulai mengetahui tentang panti asuhan dan cerita seorang pria pengasuh panti asuhan itu, dia mulai mencari 2 anak angkatnya yang hilang. Setelah bertemu dengan anak angkatnya yang perempuan bernama Sari, ternyata kakak nya itu bunuh diri di stasiun Bitoeng 3 hari lalu. Sari meminta tolong agar Rita mencari tau penyebab kakaknya bunuh diri di stasiun walaupun ingatannya sedikit ingat akan masa lalunya karena sepanjang kejadian dipanti asuhan itu Sari sering mengalami mimpi buruk. Di mimpinya, Sari sering diperlihatkan kepada sumur tua di oanti asuhannya dulu tapi ia benar benar lupa pada sosok ayah angkatnya yang merupakan pengasuh panti asuhan.Â
Rita mulai mengumpulkan bukti dengan menanyakan pada petugas stasiun yang melihat kejadian itu dan memeriksa cctv stasiun Bitoeng. Petugas stasiun mengatakan melihat sosok anak kecil dibawah peron yang mengajak Pria itu bermain. Keesokan harinya, Rita dan Sari memberanikan diri untuk mengecek bagian operasional di lantai paling dasar Stasiun bawah tanah. Sepanjang perjalanan Rita dan Sari mengalami gangguan suara lirih dan sosok anak kecil yang seringkali meyebutkan angka. Ingatan sari perlahan lahan kembali sampai pada akhirnya mereka menemukan tulang dan tengkorak anak kecil. Sari pun mengingat kembali kejadian dimasa lalu ketika ia melihat teman temannya di kubur hidup hidup didalam sumur tua di panti asuhan oleh ayah angkatnya yang merupakan pengasuh panti asuhan itu. Rita terlihat kebingungan karena sari seringkali berteriak, lalu muncul lah 7 sosok anak kecil dihadapan mereka berdua. Rita dan Sari sangat ketakutan, sosok anak kecil itu hanya menyebutkan angka saja. Ternyata, angka tersebut adalah nomor urut mereka dulu ketika berada di panti asuhan Karena mereka sering dipanggil berdasarkan nomor urut. Rita dan Sari mulai menjelaskan tujuannnya mengambil tulang belulang itu, mereka ingin menguburkannya dengan layak. Sosok anak kecil itu hanya berteriak kencang sebelum akhirnya menghilang.Â
Setelah menggali dan membereskan tulang belulang, Rita dan Sari segera pergi dari tempat itu dan menguburkannya ditempat yang semerstinya. Sari sudah mengingat utuh kejadian dimasa lalu serta sosok ayah angkatnya yang ternyata seorang penjual organ tubuh anak. Sari menceritakan semuanya kepada Rita, karena Rita seorang jurnalis ia akan mempublish semua tragedi masa lalu dan kejadian yang belakangan ini terjadi di Stasiun bitoeng. Selesai.Â
Artikel ini dibuat hanya untuk hiburan, jika ada sisi positifnya silahkan diambil hehe
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H