[caption id="" align="aligncenter" width="427" caption="UGB (Sumber: lautanumat.blogspot.com)"][/caption] Akhirnya persoalan Ustad Guntur Bumi meledak, sementara pro kontra tentang permasalahan ini terus bergulir.
Dalam konteks berhasil tidaknya suatu ikhtiar, tidak ada metode yang menjamin 100 % kegagalan dan keberhasilannya, Baik metode yang sesuai dengan syar'i, jelas menyimpang, maupun yang masih abu-abu. Tergantung mau dilihat dari sudut pandang mana, pertolongan atau istidzraj dari Allah, kebetulan dan sugesti.
Sedang dalam konteks keabsahan metode yang dipraktekkan UGB, sebagaimana yang juga banyak dipraktekkan di kalangan Nahdliyin, tergantung dari sudut pandang kita menilainya.
Jika dzikir, shalawat, ziarah dan bacaan asmaul husna yang biasa dilakukan UGB dituduh bid'ah, kalangan NU tentu tidak akan menerima, demikian pula jika ilmu hikmah sebagaimana yang dipraktekkan UGB dituduh syirik. Berbeda jika UGB dilihat dari sisi luar NU, misalnya dari sudut pandang Salafi (Wahabi), penilaian yang didapatkan akan sebaliknya.
Analoginya, jika di-scan dengan antivirus NU, UGB tentu akan terlihat baik-baik saja, amalnya shalih, bahkan banyak, ibadahnya baik, yang berbuah karomah sebagaimana yang terlihat. Tidak akan dideteksi adanya virus, worm, trojan atau malware sekalipun. Berbeda jika antivirus untuk men-scan UGB memakai produk yang berplatform Salafi (Wahabi), tentunya akan dinilai penuh kesyirikan, bid'ah, kesesatan dan penyimpangan.
Jangankan doa atau ruqyah ala UGB atau Ustad Haryono, kalangan Nahdliyin biasa memperbantukan khadam dari jin, dengan argumen bahwa jin tersebut adalah jin muslim. Juga terbiasa dengan praktek penggunaan rajah, jimat, bunga serta berbagai persyaratan dan ritual dalam berbagai bentuknya dengan argumen semua itu merupakan ilmu putih.
Tawasul, istighotsah, tabaruk atau berdoa kepada orang-orang shalih, wali atau nabi, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat diperbolehkan dalam aqidah Aswaja sebagaimana yang diyakini NU. Dalam keyakinan Aswaja ala NU, mereka yang telah wafat tersebut mendengar doa orang-orang yang menyeru, sekalipun berada di tempat yang jauh, bisa hadir memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan.
Wajar bila Kyai NU sekaliber KH Nur Muhammad Iskandar SQ, KH Ma,ruf Amin, para Habaib dan Kyai yang lain hingga kalangan cendekiawan NU seperti Prof. DR. Nazarudin Umar tidak melihat ada yang salah dengan semua aktifitas UGB ini.
Lain halnya bila dilihat dari sudut pandang Salafi (Wahabi), metode seperti itu jangankan dipakai untuk menipu, memeras, menyantet atau menyakiti orang, dipakai untuk menolong, menyembuhkan, membantu orang lain dengan tulus pun tetap dianggap sihir, syirik titik.
Di mata mereka yang berhasil, penilaiannya tentu akan positif, terlepas dari sesungguhnya apakah karomah atau istidzroj, seberapa pun besarnya sedekah yang diminta. Sebaliknya, bagi mereka yang gagal, merasa diperas, tertipu, serta merasakan sendiri semua itu, support yang diberikan para Kyai NU terhadap UGB akan terasa sangat menyakitkan.
Jadi apakah ajaran Aswaja NU yang salah, tidak mampu mendeteksi penyimpangan UGB, ataukah sebaliknya, aqidah Salafi yang keliru menilai karomah sebagai kesesatan?