Namun, jika kita melihat dari sisi kapabilitas dan kapasitas, seorang Gibran Rakabuming tentu saja bukan nama terbaik untuk dijadikan seseorang yang dapat memimpin dalam skala nasional.
Seperti yang telah diketahui bersama bahwa Gibran merupakan walikota Solo. Ia menjabat sebagai walikota Solo sejak 2021 hingga 2026.
Itu dapat diartikan jika putra sulung Jokowi itu maju sebagai Calon Wakil Presiden tahun 2024 nantinya, ia hanya memiliki pengalaman mengurus suatu daerah tak lebih dari tiga tahun.
Jika dikalkulasikan, angka tersebut tentu saja merupakan angka yang sangat minim untuk seseorang yang ingin memimpin dalam skala yang lebih luas lagi yaitu skala nasional.
Tak sedikit pula pengamat politik yang berkomentar terkait wacana duet Prabowo-Gibran. Salah satunya adalah Ari Nurcahyo, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif PARA Syndicate.
Ia menyebut walikota Solo itu masih minim pengalaman dan belum memiliki kematangan dalam memimpim suatu wilayah.
Ia juga mengingatkan kakak dari Kaesang itu agar tidak tergesa-gesa serta menyarankan untuk meniti karir secara bertahap.
"Tapi kalau misalnya 35 tahun yang masuk ke jenjang yang mungkin kan Pilkada, Pilwakot dulu kemudian Pilkada Provinsi. Level daerah dulu, karena perlu kematangan untuk menduduki posisi jabatan pemimpin nasional salah satu faktornya adalah kematangan usia 40 tahun sudah pas," Ujarnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penduetan Prabowo-Gibran akan menguntungkan dari sisi elektabilitas pasangan tersebut.
Namun, jika dilihat dari sisi kapasitas seorang Gibran tentu saja ia bukan nama yang tepat untuk dipilih menjadi seorang pejabat nasional karena kurangnya pengalaman yang dimilikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H