Sosiologi dalam analisis sastra adalah pendekatan sastra merupakan studi objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, dan proses-proses sosial.
Dalam film before, now, and then (nana) ini banyak sekali keunikan dan unsur sosiologi yang bisa kita kaji.
Film nana ini menceritakan tentang kisah hidup seorang perempuan sunda yang bernama nana yang mengalami depresi dan kesedihan mendalam setelah ditinggal mati ayah oleh suami pertamanya, lalu ditinggal pergi oleh suami keduanya, dan dipoligami oleh suami yang sekarang yaitu seorang lurah.
Belum lagi nana juga selalu dituduh menikah dengan lurah hanya untuk menikmati harta dan statusnya saja.
Rasa depresi ini dibuktikan dalam beberapa scene khayalan yang seringkali muncul dalam lamunannya disela-sela rokok yang ia nikmati.
Film berlatar ini berlatar ditahun 60-an, ini sangat menarik untuk di Analisis unsur sosiologi isi karyanya, yaitu dengan melihat unsur sosiologi dalam film ini
sosiologi sastra mempermasalahkan masyarakat, psikologi sastra pada aspek-aspek kejiwaan, antropologi sastra pada kebudayaan. Ketiga sistem tersebut kami usahakan hadir dalam artikel ini
Sosiologi sastra dalam hal ini nana mengamali sedikit tekanan dari masyarakat, ia sering difitnah hanya ingin menikmati kekayaan suaminya saja, padahal nana selalu Bekerja keras membantu pekerjaan suaminya dikebun.
Hal ini dibuktikan dalam beberapa scene ditengah film.
Nana juga mengalami tekanan bahwa dia tidak melayani pak lurah atau suaminya dengan baik, karena terlalu sibuk mengurusi urusan kebun.
Sedangkan unsur psikologi sastra dalam film nana ini tentu berurusan dengan perasaan nana yang masih sangat sayang pada suami lamanya yang hilang entah kemana, yang kemudian hadir kembali dia menjadi seorang polisi, selamat dari orang-orang yang memburunya, kemudian dengan penuh pertimbangan nana pun rujuk kembali dengan mantan suaminya.
Hal ini terdapat di akhir-akhir film
Antropologi sastra disini kita angkat beberapa unsur saja, yaitu sistem mata pencaharian, dan budaya, budaya sunda tentunya sangat kenal di tahun  60-an dibuktikan dengan bagaimana acara digelar dalam rangka syukuran.
Mata pencaharian pada zaman itu pun kebanyakan petani yang bekerja dikebun orang lain, atau memili kebun sendiri, ada pula tukang daging, tukang pos, polisi dan yang lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H