Maqamat dan ahwal adalah dua konteks sufi yang sangat berkaitan erat, namun memiliki perbedaan dikeduanya. Kedua hubungan ini mencerminkan dua aspek yang menjadi pengalaman perjalanan para sufi. Maqamat memiliki makna denotatif menuju makna konotatif, yaitu perjalanan dan pendakian. Ahwal memiliki makna abstrak, yang sulit diungkapkan yang mencerminkan pengalaman emosional dan spiritual yang tiba-tiba muncul.
Maqamat merupakan sebuah tahapan, yang menunjukkan bahwa proses spiritual adalah sesuatu perjalanan yang membutuhhkan usaha. Ini membuktikan bahwa setiap individu harus memiliki tanggung jawab dalam melakukan segala hal dalam mengembangkan diri dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Definisi sufi berpendapat tentang maqamat berbeda-beda tergantung seberapa jauh perjalanan dari sufi tersebut, contoh dari Imam Al-Ghazali. Al-Ghazali menyatakan bahwa maqamat harus dihubungkan dengan al-din, yaitu tingkatan beragama yang di bangun atas empat pilar, yakni 1). Al-Maarif Al-Aqliyah, yang artinya pengetahuan akal, 2). Al-Maarif Al-Qalbiyah yang artinya pengetahuan qalbu (hati), 3). Al-Ahwal Al-Qulub yang artinya suasana hati, 4). Al-Amal Al-Salihah yang artinya amal-amal shaleh.
Ahwal merupakan sebuah keadaan batiniah yang dialami setiap perjalanan sufi. Kondisi ini merupakan kondisi batin yang lebih spontan dan sering kali diluar kendali diri kita. Hal ini merupakan suatu pandangan bahwa pengalaman spiritual itu tidak bisa dipaksakan oleh setiap individu. Ada dimana waktu seseorang itu akan merasakan kedekatan dengan tuhan secara mendalam. Contoh  seperti merasa diawasi, cinta, takut, rindu.
Menurut para sufi maqamat dan ahwal itu merupakan proses yang sudah ditentukan yang melalui taubat, sabar, tawakal, zuhud, rida, mahabah, dan makrifat.
- Tobat, Tobat dapat diartikan dengan Kembali kepada jalan Allah SWT dengan kesadaran tidak Kembali dan mengulang dosa hingga akarnya. Seseorang bisa dikatakan tobat dengan benar Ketika sudah melakukan 4 sikap; Menyesali perbuatan nya, meninggalkan dan berniat untuk tidak melakukan dosa lagi, dan berhenti secara total dalam dosa yang pernah dilakukan nya.
- Sabar, Sabar  adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu yang sesuai dengan akal sehat dan dasar agama. Sabar memliki memiliki beberapa bentuk, yaitu: Sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, sabar dalam menghadapi takdir.
- Tawakal, Tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT, yang bertujuan untuk kemaslahatan dan menghilangkan keburukan.
- Zuhud, Zuhud berarti meninggalkan kesenangan hidup duniawi yang sementara dan mendepankan kesenangan ukhrawi yang abadi.
- Ridha, Ridha adalah keadaan menerima terhadap segala sesuatu dan ketentuan Allah SWT, baik dalam kondisi baik ataupun buruk. Ridha terjadi dalam relasi manusia dengan Allah dan relasi Allah dengan manusia, sehingga melahirkan dua model keridhaan, yaitu ridha hamba kepada Allah dan ridha Allah kepada hamba.
- Mahabah, Mahabah artinya mencintai secara mendalam atau kecintaan mendalam. Menurut Al- Sarraj dalam buku Tariqat dalam Tasawuf, dibagi menjadi tinga tingkatan, yakni: -Mahabbah orang awam, yakni mereka yang selalu mengingat Allah dengan berdzikir. -Mahabbah para Mutahaqqiqin, yakni mereka yang sudah kenal kepada Allah. -Mahabbah para Shiddiqin dan Arifin, yakni mereka yang sudah kenal betuk kepada Allah.
 Dari kedua konteks maqamat dan ahwal, dapat dipahami bahwa dari kedua nya membentuk kerangka yang terikat dalam ilmu tasawuf. Maqamat memberikan jembatan untuk perjalanan spiritual, sedangkan ahwal merupakan konsep yang memperkaya perjalanan bagi seorang sufi. Kedua hubungan ini bersama-sama menciptakan kedekatan yang lebih mendalam dengan Allah.Â
Selain memiliki keterkaitan keduanya memiliki perbedaan, maqamat merupakan sesuatu konteks yang melibatkan langkah-langkah yang jelas dan dapat diidentifikasikan dalam proses pertumbuhan spiritual. Ahwal merupakan kedalaman emosional  dan spiritual, yang memungkinkan setiap individu merasakan cinta mendalam atau kehadiran spiritual yang tidak bisa direncanakan. Kedua konteks ini juga mengajak untuk merenungkan bagaimana usaha batiniah dalam mencari akan kedekatan setiap individu dengan Yang Maha Kuasa.
penulis; Muhammad Ardian
Dosen Pengampu; Dr. Hamidullah Mahmud, M.A
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H