Di belokan jalan sekolah.
Kala itu kupaksa semua berseteru.
Ku paksa semua bertarung.
Aku hanya penonton.
Mengomentari hal-hal yang tak tampak.
Lalu Mereka bertanya?
Apa mau mu?
Hanya tersenyum dalam hati.
Bilik-bilik rumah terlihat dari luar.
Jalan yang sepi disambut bisikan pohon-pohon.
Kejut-kejut sedap melewatinya.
Setiap ku lewat hanya ada harapan terbaik
Tetapi selalu ku siap untuk yang terburuk.
Pemandangan yang hampir sama setiap harinya.
Tak banyak berubah.
Biarkan hanya aku yang menikmatinya.
Suatu hari kulewati lagi jalan itu.
Terlihat kilauan tersangkut diatas pohon mangga.
Mata-mata tertuju saling memata-matai.
Kilauan yang memancarkan nafas emosi.
Terengah-engah diam memantau isi hati.
Hingga tibalah di depan gerbang sekolah yang menyambutku dengan senyuman semu itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H