Secara umum informasi ialah sebuah berita yang memberi tahu masyarakat terkait terjadinya sesuatu atau peristiwa yang sudah terjadi, biasanya Informasi itu tersebar di beberapa media cetak, televisi, internet media sosial dan masih banyak yang lainnya lagi.Â
Dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat ini kini informasi dapat ditemukan dengan sangat mudah. Cukup membuka handphone kemudian mencari apa yang kita ingingkan, deretan informasi akan muncul di hadapan kita semua dari berbagai sumber.
Keadaan seperti ini sebetulnya memang akan memudahkan kita, baik dalam ruang lingkup pekerjaan, Pendidikan atau bahkan penelitian. Segala informasi yang kita inginkan akan sangat mudah ditemukan melalui akses internet yang begitu cepat. Terlebih di masa sekarang, hampir setiap orang yang memiliki handphone mempunyai media sosial nya masing-masing; Instagram, tiktok, facebook, X hingga youtube.
Media sosial tersebut merupakan tempat berkeliarannya informasi yanag akan kita konsumsi ketika membukanya. Bermacam-macam informasi membuat daya tarik kita yang selalu ingin membuka dan scrolling secara terus menerus, karena dengan tingkat penasaran yang tinggi sehingga kita memiliki keinginan untuk menguasai semua informasi yang berdatangan.
Kendati seperti itu, banyak orang orang atau sekelompok organisasi yanag menyuarakan bahwa budaya membaca buku jangan sampai tergantikan dengan maraknya informasi di media sosial. Mereka menganggap bahwa membaca buku merupakan pondasi dasar untuk membaca informasi atau situasi terkini.Â
Ketika kita membaca buku, maka sudah jelas serapan tiap kata yang ada dalam buku tersebut bersifat teori yang ilmiah, seorang penulis buku memaparkan teorinya melalui beberapa tahapan. Dari proses tahapan inilah yang menyebabkan buku menjadi penawaran pertama dibanding membaca berita.
Karena ketika kita sudah dibiasakan membaca buku, maka secara naluriah kita akan bisa membedakan berita hoax atau bukan.
Sebegitu berpengaruhnya sebuah buku dalam memberikan bekal untuk kita semua untuk terjun ke media sosial, karena media sosial yang kita kenal saat ini isinya kebanyakan opini-opini liar yang 'seakan-akan' ilmiah.
Dari opini liar ini, yang menyebabkan kita terperangkap ketika dihadapkan dengan informasi yang justru kita butuhkan. Bisa dibilang, informasi yang terjadi pada saat ini sedang mengalami "krisis ilmiah", karena semua orang bisa berpendapat sesuai yang mereka inginkan, biasanya melalui isi kolom komentar.Â
Bergelagat seperti yang paling benar, menjustifikasi orang lain dengan cepat tanpa ada penulurusan ilmiah yang pasti, sehingga menyebabkan opini tersebut terlalu berbahaya bagi kita semua.
Berbeda ketika kita semua dibekali dengan kebiasaan membaca buku, khusunya buku filsafat. Karena di dalam filsafat kita akan diperkenalkan dengan induk-induknya semua ilmu pengetahuan, termasuk ilmu pengetahuan mengenai opini, ilmiah, berita hoax dan lain sebagainya.Â
Selanjutnya, ketika kita sudah dibekali dengan membaca buku terlebih dahulu dibanding membaca informasi/berita, maka dengan sendirinya kita tidak akan terperangkap oleh opini-opini liar tersebut. Karena kita sudah diberikan pondasi yang kuat melalui teori-teori yang terkandung di dalam buku yang kita baca.
Maka dengan demikian, membaca buku memiliki peran penting bagi kita semua yang sedang dihadapkan oleh media sosial. Namun kita juga tidak menutup kemungkinan bahwa berita yang tersebar di media sosial itu tidak semuanya buruk, namun ketika kita sudah membiasakan diri untuk membaca buku setidaknya dapat mengantisipasi berita-berita yang memang tidak  benar dengan yang seharusnya.Â
Oleh karenanya biasakanlah membaca buku di setiap moment atau di setiap yang sedang kita butuhkan, agar kita tidak mudah terperangkap oleh tipu daya media sosial yang mungkin saja hal itu semua datang kepada kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H