Jul sendiri tidak berorientasi pada 18 - 23 tahun, ia menganggap sudah terlambat karena sudah bersinggungan dengan dunia kerja. Jul lebih berorientasi kepada anak -- anak dan remaja dari kalangan usia 9 -- 16 tahun. Jul berasumsi bahwa anak -- anak dan remaja kalangan usia tersebut lebih mudah dibentuk pola pikirnya, lebih mudah untuk dijejali informasi baru dan wawasan, waktu yang lebih fleksibel dan tidak terlalu kaku. Harapannya, jika nantinya mereka tiba pada masa usia produktif. Mereka tidak bingung dan kekurangan wawasan, sehingga mampu menentukan karirnya berdasarkan wawasan tersebut untuk terjun dalam dunia kerja.
Pada proses pembuatan kapal layar ini disesuaikan dengan keilmuan dan kemampuan yang ia miliki. Mulanya, bambu dapat dimanfaatkan dengan menggunakan sumber daya yang sudah ada. Kemudian bambu dibelah menjadi beberapa bagian dan dibentuk sesuai perhitungan yang telah ditentukan. Pada bagian tertentu, Jul menegaskan kepada anak -- anak yang menjadi sasarannya. Perlunya kehadiran orang tua, dan dampingan orang dewasa ketika ada bagian -- bagian yang menggunakan alat -- alat keras seperti palu, gergaji, dan paku. Bambu dipasang sampai membentuk kapal layar.
Menggunakan pendekatan atraktif dan interaktif berbasis pertemanan kepada anak -- anak, Jul berharap program yang ia lakukan mampu menarik minat anak -- anak dan remaja desa werdoyo. Dalam kegiatan ini, dia juga bercerita dan memberikan wawawasan tentang dunia maritim dan ilmu perkapalan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Miniatur kapal layar ini menurut Julnanda Serpa, bisa dibanderol dengan nilai ekonomis Rp70.000 -- Rp200.000 tergantung tingkat kesulitan dan ukuran dari miniatur kapal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H