Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membangun Kebiasaan dari Yuval, Clear dan Fogg

23 Mei 2022   13:55 Diperbarui: 23 Mei 2022   14:42 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebiasaan buruk saat di akhir semester akhir perkuliahan sedikit merepotkan saya pasaca wisuda gelar sarjana, bagaimana kesenjangan tidak ada kelas atau mata kuliah membawa saya pada satu titik fokus yakni, menyelesaikan tugas akhir atau skripsi. Banyaknya waktu luang itu membuat saya lalai dalam membangun kebiasaan sehari-hari (habits) baik untuk diri saya pribadi.

Setiap malam, saya seperti terdorong untuk keluar dari kostan untuk nongkrong-nongkrong di luar sampai pagi (begadang) dengan dalih mengerjakan tugas akhir atau melepas penat dari tugas akhir. Tapi alasan-alasan atau dalih itu lah yang membawa saya menghabiskan waktu, yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas akhir.

Saat membaca buku tentang mengembangkan kemampuan diri, saya mulai sadar, ternyata ada kekeliruan dalam apa yang saya lakukan antara kebiasaan sehari-hari dan tujuan besar yang akan saya bagikan dalam tulisan ringkas ini. Dimana, kebiasaan sehari-hari ini menjadi seperti istilah algoritma yang membentuk kepribadian kita, sebagimana jutaan algoritma yang bisa menjadikan mobil Tesla menjadi auto pilot.

Dalam buku Homo Deus yang ditulis sejarawan Yuval Noah Harari menyebut, bahwa kebiasaan sehari-hari atau 'Algoritma kehidupan' bisa dibilang merupakan satu-satunya konsep terpenting di dunia kita. Jika kita ingin memahami hidup kita dan masa depan kita, kita harus melakukan segala upaya untuk memahami apa itu algoritma, dan bagaimana algoritma terhubung dengan emosi dan kebiasaan kita.

Jadi, apa itu algoritma? Kamus besar bahasa Indonesia mendefinisikannya sebagai "urutan logis pengambilan putusan untuk pemecahan masalah." Bila mengambil analogi Tesla terlalu sulit, maka mari kita sederhanakan dengan contoh bagaimana setiap kali kita memasak sop ikan, dimana langkah-langkah dan resep yang kita pakai merupakan sebuah alogaritma.

Lalu, setelah kita memahami ini, kita akan membahas dan mungkin terobsesi dengan perubahan perilaku. Baik itu di tingkat pribadi atau individu (misalnya membuat resolusi baru disetiap 1 Januari saat pergantian Tahun Baru)

Dalam buku Atomic Habits yang ditulis James Clear, tertulis bahwa, mengubah perilaku adalah tentang mengubah kebiasaan. Kebiasaan yang kita lakukan setiap hari dapat mencakup: membersihkan tempat tidur di pagi hari, memeriksa ponsel setiap kali kita mendengar pemberitahuan, pergi (atau tidak pergi) ke coffee shop setelah beraktivitas atau bekerja.

Dan ternyata, dalam buku itu tertulis bahwa kebiasaan menyumbang sekitar 40% dari perilaku kita, dan memainkan peran besar dalam menentukan kesuksesan dan kebahagiaan kita. James Clear percaya bahwa kita harus mengalihkan fokus kita dari tujuan, dan melihat sistem kita (kebiasaan kita).

Baginya, tujuan adalah tentang hasil yang ingin Anda capai. Sistem adalah tentang proses yang mengarah pada hasil tersebut. Tujuan dalam olahraga adalah untuk menyelesaikan dengan skor terbaik, tetapi akan salah jika menghabiskan seluruh permainan menatap papan skor.

Dan ini dapat dicapai melalui Empat Hukum Perubahan Perilaku Clear: 

1. Jadikan itu jelas,

2. Jadikan itu menarik,

3. Buat itu mudah, dan

4. Buat menjadi puas.

Ilmuwan sosial Amerika Brian Jefry Fogg yang merupakan salah satu pakar terkemuka dunia dalam perubahan perilaku menggagas The Fogg Behavior Model , yang merupakan kerangka kerja praktis untuk membangun kebiasaan.

Menurut model, perilaku terjadi ketika tiga elemen bertemu pada saat yang sama 1 :

Prompt — Anda harus ingat untuk melakukan perilaku tersebut.

Motivasi — Anda harus ingin melakukan perilaku tersebut.

Kemampuan — Anda harus mampu melakukan perilaku.

Anda dapat dengan mudah membuat prompt menggunakan if lalu planning . Yang harus Anda lakukan adalah mengisi rumus ini:

Jika [situasi] – Maka saya akan [kebiasaan].

Lalu, saran penulis agar teman-teman memahami maksud fokus pada inti dari tulisan ini lebih menarik adalah dengan menonton drama Korea yang ada di Netflix yang dibintangi Jo Seung Woo dan Park Shin Hye. Dimana, mereka dalam hal ini amat solid dan mereka didukung oleh pemeran sekunder yang sangat baik, dan kemungkinan kita akan kebingungan dalam mengamati film ini sebab alur yang maju mundur. Dan itulah inti dari film berjudul The Myth of Sisiphus ini yaitu, absurditas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun