Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Money

Analisis Dugaan Kartel dalam Rantai Pasok Minyak Goreng

10 April 2022   12:15 Diperbarui: 10 April 2022   14:45 2385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik minyak goreng beberapa bulan terakhir masih terus menghantui masyarakat, bongkar pasang kebijakan Pemerintah dalam mengatasi persoalan ini masih belum efektif. Terkahir, Pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) atas kenaikan harga minyak goreng, sebesar Rp 100 ribu kepada 20,5 juta keluarga dan 2,5 juta pedagang, dengan rentang 3 bulan, dengan total Rp 300 ribu per penerima.

Dimana, bagi penulis ini adalah hal paling kompromis menghadapi gurita swasta dalam bisnis minyak goreng. Dalam hal ini, penulis akan menganalisis rantai pasok minyak goreng dari perkebunan kelapa sawit, produsen Crude Palm Oil (CPO), kilang, hingga pabrik minyak goreng, dengan menggunakan data sebaran yang terdapat di berbagai sumber sebagai bahan analisis. 

Sebab, industri sawit idealnya menjadi cukup strategis untuk dibahas selain merupakan consumer goods, sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak sawit mentah (CPO) terbesar di dunia.

Jumlah Perkebunan Sawit: Swasta Unggul Sejak Di Hulu

Sebagai bagian paling hulu dalam analisis ini, jumlah perkebunan sawit di Indonesia akan dibagi menjadi tiga kelompok yakni, perkebunan rakyat, perkebunan besar negara (milik BUMN) dan perkebunan besar swasta (milik korporasi swasta). Senada dengan pernyataan sebelumnya, bahwa Indonesia merupakan produsen penghasil sawit terbesar di dunia sejak tahun 2006 dan angka luas perkebunan terus meningkat hingga tercatat tahun 2021 ada 15,08 juta hektare dengan total produksi sebesar 49,7 juta ton.

Atau, bila merujuk pada data luas perkebunan dari tahun 2017 ke 2021 maka akan muncul angka rata-rata (Mean) kenaikan luas lahan sebesar 0,275 juta hektar per tahun. Bila menggunakan metode peramalan dengan rumus Sn = a + (n-1)b untuk tahun 2030 turunan rumus peramalan sebagai berikut S2030 = 1 + (13-1) 0,275 maka akan ada 17,85 juta hektare perkebunan sawit di Indonesia.

Namun, sayangnya luas lahan ini didominasi perkebunan milik swasta (PBS) yaitu seluas 8,42 juta ha (55,8 persen). Selanjutnya, Perkebunan Rakyat (PR) seluas 6,08 juta ha (40,34 persen) dan terakhir Perkebunan milik BUMN (PBN) seluas 579,6 tibu ha (3,84 persen). Artinya, di hulu swasta menjadi pemain dominan dalam industri bahan baku utama minyak goreng.

Ditambah, peningkatan perkebunan sawit dari tahun ke tahun tak sejalan dengan produksi minyak sawit mentah (CPO) yang menurun belakangan ini sebagaimana data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat, produksi CPO Indonesia mencapai 46,89 juta ton pada 2021. 

Angka ini melanjutkan penurunan dalam produksi CPO di Indonesia selama dua tahun terakhir, dimana tahun 2020 hanya sebesar 47,03 juta ton, dibanding tahun 2019 sebesar 47,18 juta ton.

Data Pengolahan CPO Belum Jelas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun