Gebrakan menuju perkembangan teknologi keuangan yang transparan dan akuntabel di dunia industri di Indonesia, telah dimulai oleh perusahaan swasta untuk letter of credit atau cara pembayaran di perdagangan internasional yang memungkinkan eksportir mendapatkan bayaran tanpa harus menunggu berita dari negara penerima, sehingga jauh lebih cepat.
Sebagaimana penulis pernah mempublikasikan artikel berjudul, Prespektif Pancasila Dalam Adaptasi Blockchain Untuk Indonesia Bebas Korupsi.
"90 persen bank besar di Eropa dikabarkan tengah menggarap blockchain dalam bisnisnya. Di Indonesia sendiri potensi blockchain atau buku besar digital ini telah digunakan oleh satu bank swasta milik nasional, yang sayangnya telah diakuisisi oleh salahsatu bank Thailand."
Bank yang penulis maksud adalah PT Bank Permata Tbk. (BNLI) yang 98,71 persen saham perseroan tersebut dikuasai oleh Bank Thailand.
Dimana, PT Bank Permata Tbk bermitra dengan Bangkok Bank PLC (Thailand) dalam mendukung penerbitan Letter of Credit (LC) PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Indonesia kepada supplier dengan proses blokchain.
Sehingga penerbitan LC yang biasanya harus dikomunikasikan antara Pembeli, Penjual serta Bank Penerbit dan Bank Penerima dalam platform yang berbeda-beda, dapat diselesaikan melalui single platform dengan end-to-end process yang jauh lebih singkat melalui proses teknologi keuangan ini.
Direktur Wholesale Banking Bank Permata Darwin Wibowo mengatakan, transaksi yang berhasil dilakukan melalui teknologi blockchain bersama Chandra Asri merupakan sebuah pencapaian sekaligus terobosan baru bagi proses trade finance di Indonesia. "Hal ini sejalan dengan strategi Bank Permata untuk memperluas skala bisnis dengan sinergi bersama Bangkok Bank dan memperkuat model bisnis dengan digitalisasi yang bermanfaat bagi kebutuhan nasabah," ujarnya, Dikutip dari Republika, beberapa hari lalu.
Bagi penulis, sebagaimana di-artikel sebelumnya, Blockchain menawarkan fitur kontrak cerdas yang menggunakan algoritma kode yang menerapkan seperangkat aturan yang disepakati oleh semua pihak yang menjalankan Blockchain, tanpa kegagalan dan pihak ketiga. Serta dapat memecahkan masalah transaksi dengan memusatkan semua informasi ini hanya di satu tempat.
Fitur kontrak cerdas ini, dapat memecahkan masalah keterbukaan transaksi dengan memusatkan semua informasi ini hanya di satu tempat, serta tiap perubahan dapat segera diperbarui di Blockchain, sehingga data selalu akurat dan mudah diakses.
Sementara itu, Direktur Keuangan Chandra Asri Andre Khor mengutarakan, Chandra Asri senang dapat bekerja sama dengan mitra utama, Bank Permata dan Bangkok Bank untuk merintis transaksi LC blockchain lintas batas pertama dari Indonesia di Contour, platform khusus fintech. Sebagai pemain industri utama, Chandra Asri juga senang mencari terobosan untuk mempromosikan industrialisasi dan integrasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Ini adalah langkah kunci menuju penyederhanaan radikal dan transformasi proses pembiayaan perdagangan konvensional menuju sesuatu yang baru. Transaksi perdana dengan teknologi blockchain ini menandai tonggak terbaru Program Transformasi Digital Chandra Asri," kata dia, dikutip dari Republika.
Awal Mula Blockchain
Pada tahun 1991, dua orang bernama Stuart Haber dan W. Scott Stornetta menulis tentang sebuah ide yang menarik berjudul How to Time-Stamp a Digital Document, ini mendekati awal dari internet, yang pada saat itu sebagian besar disediakan untuk komunitas ilmiah untuk bertukar data, penelitian dan membantu menginformasikan satu sama lain tentang perkembangan yang baru ditemukan.
Ide Haber dan Stornetta ini bisa diartikan sebagai bahwa dengan platform digital yang sangat baru, mereka saat itu membutuhkan cara untuk melindungi informasi dan konten yang dibagikan, bukan platformnya. Bandingkan dengan memiliki firewall pada setiap hal yang Anda ketik di komputer Anda versus memiliki firewall di komputer itu sendiri.
Pengamanan informasi komputasional merupakan titik awal dari kelahiran teknologi blockchain. Secara khusus, stempel waktu digital yang mereka usulkan untuk data adalah bagian yang akan membuat data tidak dapat diubah. Jika satu informasi memiliki cap digital yang tidak dapat diubah, siapa pun yang mencoba mengubah atau mengubahnya akan dianggap sebagai penipuan dan ini dapat dilihat oleh semua orang.
Teknologi blockchain modern, berupa konsep yang dikembangkan lebih lanjut dan diterapkan pada setiap tingkat industri, yang paling terkenal ditandai di bidang keuangan pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto dalam makalah mereka yang kini dengan Bitcoin (btc).
Menggunakan teknologi blockchain untuk pembiayaan perdagangan berarti perdagangan lintas batas yang lebih cepat dan lebih transparan dan mengurangi ketergantungan pada kertas dan proses manual.
Tiga pilar utama blockchain adalah:
- Hal ini terdesentralisasi , karena uang dapat ditransfer secara langsung antara pihak tanpa melalui bank.
- Hal ini transparan , berarti semua transaksi dapat dilihat oleh siapa saja.
- Dan, tidak dapat diedit atau dirusak, karena buku besar digital tersebar di seluruh jaringan komputer.
Implementasi Blockchain Dalam Trade Finance
Secara umum Trade Finance merupakan layanan bank untuk memperlancar transaksi bisnis dalam dan luar negeri, transaksi berbasis blockchain dimulai dengan membuat 'blok' (yaitu daftar catatan) yang diverifikasi oleh sejumlah komputer dan ditambahkan ke rantai. Jika satu catatan dipalsukan, seluruh rantai menjadi tidak valid.
Berikut ilustrasinya, ketika pemegang kartu kredit membeli suatu barang di situs web tertentu, penerbit kartu kredit akan mengenakan biaya untuk memproses transaksi tersebut. Namun, pengenalan blockchain akan berarti bahwa barang yang dibeli menjadi ' blok ' yang ditambahkan ke blockchain dalam catatan yang unik dan tidak dapat diubah.
Sebuah kontrak pintar atau crypto contacts adalah protokol komputer yang dibuat untuk memverifikasi dan menegakkan mendasari kewajiban kontrak, seperti transfer mata uang digital atau aset antara pihak jika kondisi tertentu terpenuhi. Kontrak pintar dapat digunakan untuk mentransfer uang atau properti tanpa perantara, sehingga membuat bank dan lembaga keuangan menjadi kian tidak relevan.
Dahulu, orang atau para perusahaan menggunakan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT) dalam melakukan transaksi, yang prosesnya melewati beberapa bank sebelum mencapai tujuan akhir dana tersebut, proses ini memakan waktu, mahal dan kurang transparansi tentang berapa banyak uang yang akan tiba di ujung yang lain.
Sementara itu, bila yang digunakan oleh Permata Bank dalam transaksi Trade Finance adalah Blockchain, maka dapat meningkatkan efisiensi, karena transaksi dilakukan secara langsung antara pihak tanpa perantara. Dokumen impor atau ekspor dapat diakses oleh semua pihak, dan dapat ditinjau dan disetujui secara real time, sehingga menghilangkan kesalahan dan penundaan.
Namun, disisi yang lain regulasi dan Pembayaran territorial dan yuridis masih belum banyak diatur atau dilindungi oleh Pemerintah. Ini pun harusnya menjadi pacuan bagi Presiden Joko Widodo yang ingin Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lebih transparan, akuntabel, serta kian related dan adaptif terhadap pengembangan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H