Sebagai sebuah sistem yang membantu membuat pengiriman menjadi lebih murah dan efektif dengan mengaturnya ke dalam daftar yang akurat dan mudah dibaca, Manajemen Sistem Transportasi (MST) diperkirakan akan terus berkembang.
Market Analysis As per Market Research Future (MRFR) menguraikan, ukuran pasar sistem manajemen transportasi global diperkirakan akan berkembang pada Tingkat pertumbuhan tahunan majemuk atau compound annual growth rate (CAGR) 6,7 persen dari 2017--2025 (periode perkiraan).
Permintaan akan kelincahan yang lebih tinggi dalam operasi transportasi dan logistik yang memungkinkan perusahaan untuk menyediakan layanan pelanggan yang unggul sebagian besar didorong oleh transformasi digital di seluruh industri. Banyak perusahaan mengadopsi berbagai teknologi baru yang muncul sebagai bagian dari tren transformasi digital, menciptakan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk efisiensi operasional, keberlanjutan, model bisnis baru, dan pengalaman pelanggan yang lebih kaya.
Teknologi canggih seperti Big Data, Internet of Things (IoT), dan Artificial Intelligence (AI) dan kemampuan prediktifnya akan membuat operasi transportasi lebih cerdas dan efektif. Misalnya, AI telah mengaktifkan otomatisasi back-office, operasi prediktif, aset transportasi cerdas, dan model pengalaman pelanggan baru.
Teknologi yang muncul ini mendigitalkan seluruh proses transportasi end-to-end dari manajemen pesanan, kontrak, pengiriman, dan pembayaran. Transformasi digital di sektor transportasi dipercayakan menjadi katalis kompetitif untuk meningkatkan ROI perusahaan mana pun.
Sebab, inovasi digital dari gudang yang terhubung ke layanan pengiriman jarak jauh baru yang otonom telah meningkatkan pentingnya dan kehadiran MST, menjadikan industri kuno tempat yang menarik untuk mendorong perubahan guna meningkatkan masyarakat. Transformasi digital yang berkelanjutan di sektor transportasi, yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi produksi dengan mendorong inovasi dan mengurangi biaya berbagai proses bisnis, diharapkan dapat mendorong industri MST.
Tantangan Baru
Namun, ada tantangan baru di dunia logistik yakni, risiko penyalahgunaan dan pencurian data meningkat seiring dengan digitalisasi proses oleh pengirim, pengirim, perusahaan transportasi, dan operator infrastruktur.Â
Menurut Hornet Security, industri logistik adalah area kedua yang paling diincar oleh penyerang. Akibatnya, kekhawatiran tentang keamanan dan privasi ini meningkatkan tingkat kekhawatiran di antara perusahaan, sehingga membatasi pertumbuhan pasar MST selama periode perkiraan.
Menurut penelitian tersebut, industri logistik dapat mengalami kerugian finansial sebesar USD 7 miliar pada tahun 2025. Perusahaan memiliki data rahasia yang harus dilindungi untuk mencegah pelanggaran data dan penipuan karena hal ini dapat mempengaruhi kredibilitas perusahaan.
Data perusahaan dapat bocor melalui Internet dan diakses oleh pengguna yang tidak berwenang, yang merupakan masalah serius. Misalnya, MST membutuhkan arsitektur multi-vendor di mana satu versi perangkat lunak dioperasikan pada server yang digunakan bersama oleh banyak pelanggan.
Di sini, ada kemungkinan bahwa pelanggan perusahaan akan dapat mengakses data pesaing. Masalah keamanan ini terkait dengan akses data oleh pengguna yang tidak sah juga akan membahayakan keamanan data perusahaan dan posisi kompetitif perusahaan.
Bagaimana Dengan Indonesia?
Berdasarkan data Bank Dunia melalui Logistics Performance Index (LPI), Indonesia mendapat skor 3,15 dan menempati rangking 46 dari 160 negara di tahun 2018. Posisi Indonesia masih jauh di bawah Singapura yang berada di peringkat 7, di bawah Vietnam yang berada di peringkat 39 dan Malaysia di peringkat 41.
Dengan skor tertinggi 5, ada sejumlah indikator dalam LPI, di mana Indonesia mendapat angka indikator customs (kepabeanan) mendapat skor 2,67, infrastructure (infrastruktur) 2,89, internasional shipments (pengangkutan internasional) 3,23, logistics competence (kompetensi logistik) 3,10, tracking & tracing (pelacakan dan penelusuran) 3,30 dan timeliness (ketepatan waktu) 3,67.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memperkirakan di tahun 2021, pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun, dibanding tahun 2021. Dimana, e-commerce akan memerankan peran yang sangat besar, yaitu 34 persen atau setara dengan Rp1.900 triliun.
Berdasarkan data tersebut, infrastruktur logistik di Indonesia masih sangat rendah, untuk mengatasi mahalnya biaya ongkos kirim atau operasional Pemerintah tak hanya melulu berbicara digitalisasi. Tapi harus komitmen untuk membangun infrastruktur seperti, pelabuhan baru dan tol laut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H