Bila kita melihat runtutan sejarah Presiden pertama Indonesia, kita melihat banyaknya gagasan pemikiran dan cerita menarik Presiden Soekarno di berbagai tempat dan peristiwa, baik sebelum dan sesudah memproklamirkan Kemerdekaan bangsa ini Tahun 1945 seperti saat dibuang ke Ende, Pulau Flores, dari 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938.
Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, ketika itu mengasingkan Soekarno karena aktivitas politiknya yang membahayakan pemerintah kolonial, sebab ia konsisten dalam berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui, di Ende saat itu Soekarno melakukan kontemplasi atau merenung di bawah pohon sukun, yang kini menjadi taman Kota Ende.
"Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila," ujar Bung Karno kala itu.
Kini, napak tilas itu dibangun oleh Pemerintah sebagai tempat yang dikenal tempat perenungan Bung Karno atau pohon sukun Bung Karno. Namun, berbeda cerita dengan tempat petilasan Bung Karno di Cianjur, Jawa Barat yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan harus dibongkar karena tak terawat dan dimakan usia.
Tempat itu adalah Pondok Pesantren Al Basyariah di Kampung Cikiruh Desa Sukanagara, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, disini kabarnya Sang Proklamator menghuni salah satu rumah tersebut pada tahun 1990 hingga 1945 meski tidak menetap. Di rumah itu, terkadang Bung Karno singgah untuk beberapa hari, kadang beberapa bulan seperti dikutip dari Historia saat pasca kemerdekaan di Oktober 1945. Saat, situasi Jakarta yang tidak menentu. Banyak desas-desus yang sulit dilacak kepastiannya, termasuk rumor yang mengatakan bahwa pihak Sekutu ingin menangkap Presiden Soekarno sebagai penjahat perang.Â
Soekarno Mengungsi
Sesuai dengan rapat kabinet, yang memutuskan agar Bung Karno diungsikan untuk sementara waktu hingga Kabinet mendapat kepastian soal status sebenarnya Soekarno dari pihak Sekutu secara langsung. Maka dipilihlah Cianjur sebagai tempat pengungsian itu.
Singkat cerita, dengan diantar oleh Hasjim sendiri, pada suatu malam sesudah maghrib, sampailah Bung Karno, Fatmawati dan Guntur di Pesantren Al Basyariah. Mereka ditempatkan di suatu rumah tersendiri dengan dijaga oleh Muntoyo, sopir sekaligus anggota Polisi Istimewa yang menjadi pengawal Bung Karno.
Setelah beberapa hari Bung Karno sekeluarga tinggal di Sukanagara, Hasjim Ning ditelepon oleh pamannya, Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kepadanya, Hatta berpesan agar segera membawa Soekarno sekeluarga ke Istana Bogor.