Mohon tunggu...
M Agung Laksono
M Agung Laksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa yang suka nulis, diskusi, pantai dan main instagram.

Sekretaris Bidang Media dan Propaganda DPP GMNI. Disc: Tulisan bersifat pribadi, kecuali ada keterangan dibagian bawah artikel.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Tragis Rumah Napak Tilas Presiden Soekarno di Cianjur

24 Agustus 2021   19:11 Diperbarui: 24 Agustus 2021   21:32 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soekarno di Pondok Pesantren Al Basyariah, Cianjur. Sumber: Wartakini.co

Bila kita melihat runtutan sejarah Presiden pertama Indonesia, kita melihat banyaknya gagasan pemikiran dan cerita menarik Presiden Soekarno di berbagai tempat dan peristiwa, baik sebelum dan sesudah memproklamirkan Kemerdekaan bangsa ini Tahun 1945 seperti saat dibuang ke Ende, Pulau Flores, dari 14 Januari 1934 sampai 18 Oktober 1938.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, ketika itu mengasingkan Soekarno karena aktivitas politiknya yang membahayakan pemerintah kolonial, sebab ia konsisten dalam berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui, di Ende saat itu Soekarno melakukan kontemplasi atau merenung di bawah pohon sukun, yang kini menjadi taman Kota Ende.

"Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai-nilai luhur Pancasila," ujar Bung Karno kala itu.

Kini, napak tilas itu dibangun oleh Pemerintah sebagai tempat yang dikenal tempat perenungan Bung Karno atau pohon sukun Bung Karno. Namun, berbeda cerita dengan tempat petilasan Bung Karno di Cianjur, Jawa Barat yang kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan harus dibongkar karena tak terawat dan dimakan usia.

Kondisi bangunan saat ini. Sumber: jabar.suara
Kondisi bangunan saat ini. Sumber: jabar.suara

Tempat itu adalah Pondok Pesantren Al Basyariah di Kampung Cikiruh Desa Sukanagara, Kecamatan Sukanagara, Kabupaten Cianjur, disini kabarnya Sang Proklamator menghuni salah satu rumah tersebut pada tahun 1990 hingga 1945 meski tidak menetap. Di rumah itu, terkadang Bung Karno singgah untuk beberapa hari, kadang beberapa bulan seperti dikutip dari Historia saat pasca kemerdekaan di Oktober 1945. Saat, situasi Jakarta yang tidak menentu. Banyak desas-desus yang sulit dilacak kepastiannya, termasuk rumor yang mengatakan bahwa pihak Sekutu ingin menangkap Presiden Soekarno sebagai penjahat perang. 

Soekarno Mengungsi

Sesuai dengan rapat kabinet, yang memutuskan agar Bung Karno diungsikan untuk sementara waktu hingga Kabinet mendapat kepastian soal status sebenarnya Soekarno dari pihak Sekutu secara langsung. Maka dipilihlah Cianjur sebagai tempat pengungsian itu.

Singkat cerita, dengan diantar oleh Hasjim sendiri, pada suatu malam sesudah maghrib, sampailah Bung Karno, Fatmawati dan Guntur di Pesantren Al Basyariah. Mereka ditempatkan di suatu rumah tersendiri dengan dijaga oleh Muntoyo, sopir sekaligus anggota Polisi Istimewa yang menjadi pengawal Bung Karno.

Setelah beberapa hari Bung Karno sekeluarga tinggal di Sukanagara, Hasjim Ning ditelepon oleh pamannya, Wakil Presiden Mohammad Hatta. Kepadanya, Hatta berpesan agar segera membawa Soekarno sekeluarga ke Istana Bogor.

Maka dibawa-lah Soekarno sekeluarga ke Istana Bogor. Dan, saat diskusi dengan Hatta dan dua utusan Sutan Sjahrir yakni Soedjatmoko dan Soedarpo Sastrosatomo. Rupanya dari Sjahrir yang "dekat" dengan pihak Sekutu ( didapatkan kepastian bahwa Sekutu tidak bermaksud menangkap Bung Karno. Maka bersepakat lah, agar Sukarno kembali lagi ke Jakarta pada keesokan harinya.

Ada Bendera Pusaka?

Selain itu, di Ponpes tersebut tersimpan benda bersejarah berupa bendera pusaka merah putih. Bahkan, bendera ini konon sudah ada sebelum bendera pusaka yang selama ini dikenal publik dan dijahit Fatmawati, istri Presiden RI pertama Soekarno. Soekarno sendiri memiliki cerita tersendiri dengan pesantren yang didirikan oleh KH Ahmad Basyari pada tahun 1911 ini. Kiai Ahmad yang berasal dari Jombang, Jawa Timur, merupakan murid langsung KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama.

Dari penelusuran kompas, selama berada di pesantren, Soekarno banyak menimba ilmu agama, kenegaraan, dan rajin melakukan tirakat, dan kabarnya ia selalu disuguhi hidangan bubur merah dan bubur putih oleh Kiai Ahmad. Soekarno pun pernah menanyakan maksud dari hidangan tersebut. Namun, Sang Kiai kala itu tidak memberitahunya secara gamblang.

Kyai Ahmad  malah mengatakan bahwa Soekarno akan mengetahui sendiri makna dan maksud di balik merah dan putih pada bubur tersebut. "Kemudian dalam suatu kesempatan di tahun 1939, Mbah (Kyai Ahmad) memesan kain atau bendera dengan paduan warna merah dan putih kepada Haji Harun Hasan, seorang pengusaha kain di Pekalongan," tutur Rachmat, salah satu anggota Keluarga pemilik ponpes tersebut.

Setelah bendera jadi dibuat, pada tahun 1942 atau tiga tahun sebelum republik ini merdeka, untuk pertama kalinya bendera itu dikibarkan di lingkungan pesantren di hadapan Soekarno dan para santri. Setelah dikibarkan, Kiai Ahmad meminta Soekarno membawa bendera tersebut ke Istana di Jakarta untuk dicarikan kain berwarna serupa dari China atau Jepang yang saat itu kualitasnya paling bagus. "Setelah dapat, kain merah dan putih itu kemudian dijahit ibu Fatmawati untuk dijadikan bendera. Menjahitnya sendiri pernah dilakukan di sini, di pesantren ini," ujarnya.

Di Cianjur, nampaknya hal ini tak dirawat dengan baik terutama oleh Pemerintah setempat baik oleh Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat, padahal ini bisa menjadi wisata sejarah yang baik untuk mengedukasi masyarakat terkait sulitnya bangsa ini berjuang meraih Kemerdekaan.

Beruntung, dari keterangan tokoh masyarakat Sukanagara, Rahmat Sadar membenarkan rumah tersebut sudah dibongkar pada Jumat (13/8/2021), karena kondisinya sudah lapuk. Namun, setelah dibongkar rumah tersebut akan segera dibangun kembali oleh keluarga besar KH Achmad Basyari dari Jombang.

"Memang kondisinya memprihatinkan, terutama bangunan berbahan kayu yang sudah lapuk," terang Rahmat, Selasa (17/8/2021) dikutip dari Suara.

Banyak hal, mungkin yang dilakukan Bung Karno di Cianjur, karena lokasinya cukup dengan Istana Cipanas, Bogor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun