Zionisme, media massa barat, dan citra Islam
Zionisme adalah gerakan nasionalis yahudi nasional yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah negara Yahudi di wilayah Palestina. Gerakan zionis muncul di eropa barat dan timur pada akhir abad kesembilan belas dan menyerukan kepada orang-orang Yahudi melakukan migrasi ke tanah Palestina dengan tujuan kembali kepada tanah nenek moyang mereka dan menghasilkan masyarakat eksklusif murni Yahudi untuk membebaskan diri dari Antisemitisme dan penganiayaan yang terjadi pada mereka selama ribuan tahun.
Pertanyaan mengenai mengapa Israel begitu sering menjadi fokus berita merupakan pertanyaan yang sering diajukan kepada wartawan yang bertugas melaporkan dari Timur Tengah. Hal ini mencerminkan ketertarikan dan kebingungan banyak orang terhadap fenomena tersebut. Meskipun Israel memiliki populasi yang relatif kecil, peran dan cakupan beritanya seringkali melebihi ukuran negaranya. Faktor-faktor yang menjadikan Israel begitu menarik bagi media internasional mencakup keterpesonaan dunia Barat terhadap kisah-kisah yang berkaitan dengan Israel, baik dari sudut politik, sejarah, maupun agama. Selain itu, Israel juga memiliki daya tarik yang luar biasa sebagai subjek berita, dengan peran geopolitiknya yang signifikan dan keberadaannya sebagai pusat perhatian di Timur Tengah.
Faktor-faktor "keterpesonaan"
Banyak elemen penting dari daya tarik ini dapat ditelusuri kembali ke berbagai mitos dalam tradisi Alkitab. Peran Yahudi dalam Susunan Kristen, rasa bersalah atas pembantaian dan penganiayaan terhadap orang Yahudi sebelum Perang Dunia II, dan sentimen anti-Semit. Faktor penting lainnya adalah kemampuan Israel untuk membedakan dirinya dari dunia luar, berdasarkan keinginan untuk diterima, untuk membuktikan bahwa orang Yahudi layak. Para pemimpin Israel telah berulang kali menekankan bahwa salah satu alasan utama mendukung Amerika Serikat dalam hal-hal seperti penjualan senjata ke Iran adalah untuk menunjukkan kepada para pengambil keputusan Amerika bahwa Israel adalah sekutu strategis
Penganut Kristianitas sendiri memandang agama mereka sebagai pengganti agama Yahudi (Judaisme), dan menganggap orang Yahudi yang menggelandang di dunia sebagai hukuman bagi mereka karena tak menerima ajaran Yesus Kristus. Kini sejumlah penganut fundamentalisme Kristianitas merayakan 'kembalinya' orang Yahudi ke Israel sebagai tahap pertama yang diperlukan bagi datangnya 'juru selamat (messiah). Sementara sebagian penganut Kristianitas lain melihatnya sebagai dilema teologis. Dalam hal apa pun, negara Israel merupakan tantangan permanen dan mengganggu bagi Kristianitas yang dalam beberapa segi merupakan perpanjangan dari keasyikan dan (sekaligus) kebencian historis Gentile (non-Yahudi) terhadap orang Yahudi.
Masalah Israel menarik dan sekaligus tak terselesaikan. Tak terpecahkan karena tidak diperkirakan terjadinya Israel dalam cara yang tidak seperti ada dalam Bibel. Eksistensi negara Israel adalah gugatan batin. Menarik, karena dengan kembali ke tempat sekarang, keseluruhan cerita Bibel secara mendadak menjadi modern. Bagi orang yang percaya pada Bibel, eksistensi negara ini dengan Yerussalem sebagai ibu kotanya membangkitkan kembali seluruh kemungkinan semua cerita Bibel tidak untuk masa silam. Tuhan ternyata tidak mati seperti dikira banyak orang Barat. Rangkaian cerita ini menjadi catatan dalam ambang kesadaran banyak pemeluk Kristianitas sekuler sekalipun.
Palestina
Pandangan Barat terhadap konflik Palestina-Israel sangat dipengaruhi oleh hubungan historis dengan Israel dan pemberitaan media. Palestina mendapat perhatian karena konfliknya dengan Israel, sedangkan konflik dengan bangsa lain kurang menarik perhatian Barat. Media barat cenderung memberikan perhatian lebih pada penderitaan Israel daripada Palestina, dan dianggap tidak adil oleh sebagian orang Palestina.
Ketika israel terlibat dalam terjadi kekerasan terhadap pengungsi Palestina, beritanya mendapat sorotan utama, tetapi pemahaman Palestina terhadap reaksi Barat bisa salah karena sumber berita yang sulit dipahami. Beberapa percaya Barat tertarik pada Israel karena rasa bersalah atas Holocaust, sementara yang lain berpendapat media Barat pro-Israel karena pengaruh kaum Zionis. Barat melihat Israel sebagai perpanjangan tradisi Yahudi yang berakar dalam sejarah dan agama, sementara Palestina menganggapnya sebagai kesalahan politik Barat yang lahir dari rasa bersalah. Untuk penyelesaian konflik, pandangan harus dipahami dan diakui oleh kedua belah pihak, namun hal ini sulit terwujud mengingat pandangan yang berlawanan serta ketidakterimaan terhadap hak hidup masing-masing di tanah yang sama.
Lobi Yahudi
Lobi Israel adalah koalisi individu dan kelompok yang ingin memengaruhi kebijakan luar negeri Amerika Serikat agar mendukung Zionisme, Israel, atau beberapa kebijakan pemerintahannya. Lobi ini melibatkan kelompok sekuler dan religius Kristen Amerika dan Yahudi Amerika. Sub bab ini membahas tentang bagaimana Zionisme, media massa Barat, dan citra Islam saling terkait. Penulis berargumen bahwa Zionisme memiliki pengaruh besar terhadap media massa Barat, yang digunakan untuk menyebarkan citra negatif tentang Islam dan Dunia Muslim. Hal ini dilakukan untuk kepentingan politik dan ekonomi Israel melawan Dunia Arab dan Dunia Islam.