Mohon tunggu...
Muhamad Abdul Malik Kholidin
Muhamad Abdul Malik Kholidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Magister Akuntansi - NIM 55523110001 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pemeriksaan Pajak - Dosen : Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kuis 15_Pemeriksaan Pajak_Kebatinan Mangkunegara IV : Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri_Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIF

26 Desember 2024   17:35 Diperbarui: 26 Desember 2024   17:35 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Kebatinan Mangkunegaran IV: Transformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

Pendahuluan

Kepemimpinan adalah seni yang melibatkan kemampuan untuk menginspirasi dan memengaruhi orang lain, sekaligus mengelola diri sendiri dengan bijaksana. Dalam sejarah Nusantara, banyak tokoh yang mampu memadukan dimensi spiritual dan rasional dalam kepemimpinan mereka. Salah satu tokoh yang layak menjadi teladan adalah Mangkunegaran IV, seorang pemimpin yang tidak hanya dikenal karena keahlian manajemennya, tetapi juga karena nilai-nilai kebatinan yang menjadi landasan hidupnya.

Di era modern ini, nilai-nilai yang diwariskan oleh Mangkunegaran IV tetap relevan, terutama dalam menghadapi tantangan yang semakin kompleks di berbagai bidang, termasuk perpajakan. Audit pajak, sebagai salah satu pilar penting dalam sistem keuangan negara, membutuhkan pendekatan yang tidak hanya berbasis teknologi, tetapi juga nilai-nilai moral yang kuat. Dengan mengadopsi kebijaksanaan spiritual dari Mangkunegaran IV, kita dapat memahami bagaimana kepemimpinan yang berintegritas dapat mengubah sistem perpajakan menjadi lebih transparan dan akuntabel.

Artikel ini akan membahas bagaimana kebatinan Mangkunegaran IV dapat memberikan pelajaran penting dalam memimpin diri sendiri, serta relevansinya terhadap transformasi audit pajak di Indonesia. Dengan memadukan pendekatan historis dan analisis modern, diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan baru bagi pembaca tentang pentingnya integritas dan keseimbangan dalam menjalankan tanggung jawab profesional.

Kebatinan Mangkunegaran IV: Pilar Kepemimpinan Spiritual dan Rasional

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV, yang memerintah dari tahun 1853 hingga 1881, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Keraton Mangkunegaran di Indonesia. Dia dikenal karena upayanya dalam memodernisasi keraton dan memajukan kebudayaan di wilayahnya. Selama pemerintahannya, Mangkunegaran IV juga menjalin hubungan baik dengan pemerintah kolonial Belanda, yang berpengaruh pada stabilitas dan pembangunan sosial di daerah tersebut.

Raden Mas Sudiro, yang dikenal melalui karyanya "Serat Wedhotomo," merupakan salah satu penulis dan tokoh budaya pada masa itu. Karya-karya seperti "Serat Wedhotomo" sering kali mencerminkan nilai-nilai budaya, filsafat, dan kebijaksanaan, serta memberikan wawasan tentang kehidupan masyarakat Jawa pada masa tersebut.

Mangkunegaran IV, sebagai salah satu tokoh besar dalam sejarah Jawa, dikenal dengan pendekatan kepemimpinannya yang memadukan kebijaksanaan spiritual dan kemampuan manajemen yang rasional. Kebatinan dalam konteks kepemimpinannya bukan sekadar praktik spiritual, tetapi juga menjadi dasar dalam pengambilan keputusan yang adil dan bijaksana.

Salah satu ajaran kebatinan Mangkunegaran IV yang relevan adalah prinsip "Tri Dharma," yang menekankan tiga nilai utama: hormat kepada sesama manusia, dedikasi kepada tugas, dan kejujuran kepada diri sendiri. Prinsip ini, bila diterapkan, mampu menjadi pedoman dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan modern, termasuk dalam konteks transformasi audit pajak.

Kebatinan di era Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai spiritual dan pendekatan rasional dalam kepemimpinan. Dalam konteks ini, kebatinan tidak hanya diperuntukkan sebagai praktik spiritual semata, tetapi juga sebagai landasan etis yang memengaruhi kebijakan dan tindakan kepemimpinan.

Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Pilar Kepemimpinan Spiritual

  1. Spiritualitas dan Nilai-Nilai Keagamaan: Mangkunegaran IV sangat memuliakan dan menghargai nilai-nilai keagamaan yang telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Jawa. Beliau mendukung praktik spiritual dan ritual yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, serta memperkuat karakter masyarakat yang menjunjung tinggi kebaikan, keadilan, dan harmoni.

  2. Pelindung Budaya dan Tradisi: Dengan jabatannya, beliau berkomitmen untuk melestarikan tradisi dan budaya Jawa, termasuk kebatinan yang mengajarkan kedamaian, kebijaksanaan, dan introspeksi. Hal ini terlihat dalam dukungannya terhadap berbagai bentuk seni dan ritual, yang dipandang sebagai sarana untuk memperkuat identitas budaya.

  3. Pendekatan Holistik dalam Pengambilan Keputusan: Dalam kebijakan politik dan sosialnya, Mangkunegaran IV lebih memilih pendekatan yang mempertimbangkan aspek spiritual masyarakat. Ini mengarah pada kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat dan menciptakan hubungan yang harmonis antara pemerintah dan masyarakat.

Pilar Kepemimpinan Rasional

  1. Inovasi dan Modernisasi: Meskipun berakar pada tradisi, Mangkunegaran IV tetap terbuka terhadap inovasi dan modernisasi. Beliau memahami pentingnya kemajuan untuk mendorong perkembangan daerah dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama dalam hal pendidikan dan infrastruktur.

  2. Kebijakan yang Berbasis Data dan Analisis: Dalam mengambil keputusan, Mangkunegaran IV menerapkan pendekatan rasional yang mencakup analisis mendalam terhadap data dan situasi. Ini memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat dipertangungjawabkan dan memberikan hasil yang optimal bagi masyarakat.

  3. Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat: Mendukung pengembangan pendidikan sebagai landasan untuk memberdayakan masyarakat adalah salah satu ciri kepemimpinannya. Melalui pendidikan, beliau berusaha menciptakan masyarakat yang lebih rasional dan berpengetahuan, yang pada gilirannya dapat berkontribusi lebih baik kepada masyarakat dan negara.

Transformasi Audit Pajak: Tantangan dan Solusi Modern

Dalam era digitalisasi dan globalisasi, audit pajak menjadi salah satu aspek penting dalam menjaga stabilitas ekonomi suatu negara. Audit pajak yang efektif tidak hanya menuntut akurasi data, tetapi juga integritas moral dan profesionalisme dari para auditor. Konsep ini sejalan dengan nilai-nilai yang diajarkan Mangkunegaran IV.

Transformasi audit pajak yang kini terjadi di Indonesia, terutama dengan implementasi teknologi informasi, seperti e-filingdan e-audit, membutuhkan kerangka kerja yang tidak hanya teknis tetapi juga etis. Berikut adalah beberapa tantangan yang dihadapi dalam transformasi audit pajak:

  1. Tingkat Kepatuhan Wajib PajakBanyak wajib pajak yang masih menganggap pajak sebagai beban, bukan kewajiban moral. Kebatinan Mangkunegaran IV mengajarkan bahwa "kesejahteraan bersama" hanya bisa dicapai melalui kontribusi yang jujur dan tulus.

  2. Integritas AuditorAuditor pajak sering kali menghadapi dilema antara tekanan eksternal dan prinsip profesionalisme. Dalam ajaran Mangkunegaran IV, kejujuran kepada diri sendiri menjadi modal utama dalam menghadapi tekanan tersebut.

  3. Pemanfaatan TeknologiTransformasi digital memerlukan adaptasi cepat dari berbagai pihak. Namun, teknologi juga memiliki risiko, seperti kebocoran data. Pendekatan berbasis kebatinan mengingatkan bahwa teknologi harus digunakan untuk kebaikan bersama, bukan untuk kepentingan pribadi.

Memimpin Diri Sendiri: Pelajaran dari Mangkunegaran IV

Kepemimpinan yang efektif selalu dimulai dari kemampuan seseorang untuk memimpin dirinya sendiri. Dalam ajaran Mangkunegaran IV, memimpin diri sendiri berarti:

  1. Mengendalikan EmosiSeorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosi agar tetap bijaksana dalam mengambil keputusan. Kebatinan Mangkunegaran IV mengajarkan pentingnya meditasi dan refleksi untuk mencapai keseimbangan batin.

  2. Menjaga IntegritasKejujuran kepada diri sendiri adalah dasar dari kepercayaan orang lain. Dalam konteks modern, hal ini menjadi kunci dalam menjaga reputasi pribadi dan profesional.

  3. Mengutamakan Kepentingan BersamaSeorang pemimpin yang baik tidak hanya memikirkan keuntungan pribadi, tetapi juga kesejahteraan orang banyak. Prinsip ini sangat relevan dalam dunia perpajakan, di mana kontribusi individu mendukung pembangunan nasional.

Memimpin diri sendiri adalah suatu aspek penting dalam pengembangan pribadi dan kepemimpinan, dan banyak pelajaran dapat diambil dari kepemimpinan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV. Berikut adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil dari pribadi dan kepemimpinan beliau:

Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

1. Kesadaran Diri

Introspeksi: Mangkunegaran IV mengajarkan pentingnya introspeksi dan memahami diri sendiri. Memimpin diri sendiri dimulai dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan kita, serta nilai-nilai yang kita anut. Melalui refleksi diri, seseorang dapat menetapkan tujuan yang jelas dan berkomitmen untuk mencapainya.

2. Mengintegrasikan Spiritualitas dalam Kehidupan Sehari-Hari

Keseimbangan antara Spiritual dan Praktis: Beliau menunjukkan bahwa spiritualitas tidak terpisah dari kehidupan sehari-hari. Dalam memimpin diri sendiri, penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai spiritual yang positif, seperti kejujuran, empati, dan kasih sayang, dalam setiap tindakan dan keputusan.

3. Pengembangan Pengetahuan dan Edukasi

Pentingnya Pendidikan: Mangkunegaran IV percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk memberdayakan individu dan masyarakat. Dalam konteks memimpin diri sendiri, fokus pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan adalah aspek krusial untuk mencapai potensi maksimal.

4. Kemandirian dan Tanggung Jawab

Mengambil Tanggung Jawab atas Tindakan: Memimpin diri sendiri berarti siap untuk bertanggung jawab atas pilihan dan tindakan. Mangkunegaran IV menunjukkan pentingnya mengambil keputusan yang berani dan bertanggung jawab, serta siap untuk menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut.

5. Membangun Relasi yang Baik dengan Orang Lain

Kolaborasi dan Hubungan: Beliau mengajarkan bahwa memimpin diri sendiri juga berhubungan dengan membangun hubungan yang baik dengan orang lain. Komunikasi yang efektif dan kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain sangat penting untuk mencapai tujuan bersama.

6. Visi dan Tujuan yang Jelas

Menetapkan Visi: Seperti halnya Mangkunegaran IV yang memiliki visi untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan melestarikan budaya, memimpin diri sendiri memerlukan visi yang jelas. Menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang dapat memberikan fokus dan motivasi untuk maju.

7. Adaptabilitas dan Keterbukaan terhadap Perubahan

Fleksibilitas: Dalam menghadapi tantangan dan perubahan zaman, beliau menunjukkan pentingnya adaptabilitas. Memimpin diri sendiri berarti siap untuk beradaptasi dengan situasi baru dan selalu terbuka terhadap peluang untuk belajar dan berkembang.

8. Kedisiplinan

Ketekunan dalam Mencapai Tujuan: Disiplin adalah kunci dalam memimpin diri sendiri. Mangkunegaran IV memberikan contoh ketekunan dalam mencapai tujuan dan menghadapi berbagai tantangan dengan tekad yang kuat.

Serat Pramayoga karya Ranggawarsita merupakan salah satu karya sastra penting dalam konteks filosofis dan kepemimpinan Jawa. Dalam teks ini, Ranggawarsita menjelaskan berbagai kategori kepemimpinan yang dapat menjadi acuan bagi pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Berikut adalah beberapa kategori kepemimpinan yang mungkin terinspirasi oleh ide-ide dalam Serat Pramayoga:

1. Kepemimpinan Spiritual

Pemimpin dituntut untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang aspek spiritual dan etika. Hal ini mencakup kemampuan untuk mengarahkan nilai-nilai luhur dalam memimpin masyarakat dan menjadi teladan dalam perilaku baik.

2. Kepemimpinan Rasional

Pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan analisis yang logis dan rasional. Ini mencakup penggunaan data dan fakta dalam kebijakan, serta kemampuan untuk berpikir kritis dan strategis dalam menghadapi berbagai tantangan.

3. Kepemimpinan Visioner

Pemimpin visioner memiliki kemampuan untuk merumuskan dan menyampaikan visi yang jelas dan inspiratif. Mereka harus mampu membayangkan masa depan yang lebih baik dan menggerakkan orang lain untuk bersatu menuju tujuan bersama.

4. Kepemimpinan Kolaboratif

Dalam kategori ini, pemimpin diharapkan dapat bekerja sama dengan orang lain, mendorong partisipasi aktif dari anggota tim atau masyarakat. Sikap inklusif ini memungkinkan terciptanya keharmonisan dan sinergi dalam mencapai tujuan.

5. Kepemimpinan Transformasional

Pemimpin transformasional adalah mereka yang mampu memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk mencapai potensi terbaik mereka. Mereka fokus pada pengembangan individu dan perubahan positif dalam masyarakat.

6. Kepemimpinan Situasional

Dalam hal ini, pemimpin perlu menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapi. Fleksibilitas dalam kepemimpinan menjadi kunci untuk menjawab kebutuhan yang berbeda-beda.

7. Kepemimpinan Moral

Pemimpin harus memiliki integritas dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai moral. Keberanian untuk membuat keputusan yang benar, bahkan ketika itu sulit, adalah karakteristik utama dari kepemimpinan moral.

8. Kepemimpinan Adaptif

Pemimpin yang adaptif mampu menanggapi perubahan dengan cepat dan efektif. Mereka tidak hanya siap menghadapi tantangan yang tidak terduga, tetapi juga dapat memanfaatkan peluang yang muncul dari situasi baru.

Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Kebatinan Mangkunegaran IV TerhadapTransformasi Audit Pajak dan Memimpin Diri Sendiri

Kebatinan Mangkunegaran IV merupakan salah satu aspek yang menarik untuk dikaji, terutama dalam kaitannya dengan transformasi audit pajak dan konsep memimpin diri sendiri. Mangkunegaran IV, sebagai seorang pemimpin yang memiliki pendekatan filosofis dan spiritual dalam kepemimpinannya, memberikan pelajaran berharga dalam konteks ini. Berikut adalah pembahasan mengenai bagaimana kebatinan Mangkunegaran IV dapat dihubungkan dengan transformasi audit pajak dan prinsip memimpin diri sendiri.

Kebatinan Mangkunegaran IV

Kebatinan Mangkunegaran IV dapat dipahami melalui nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang beliau anut dalam memimpin. Beliau menekankan pentingnya keselarasan antara pikiran, tindakan, dan spiritualitas. Dalam banyak aspek, kebatinan ini mengajak seseorang untuk:

  1. Mendalami Diri: Memahami diri sendiri dan kekuatan internal merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

  2. Menjunjung Etika dan Moral: Pemimpin yang baik harus memiliki dasar moral yang kuat dalam setiap tindakan, termasuk dalam kebijakan publik.

  3. Keseimbangan: Mencari keseimbangan antara aspek fisik, mental, dan spiritual dalam setiap keputusan yang diambil.

Transformasi Audit Pajak

Dalam konteks audit pajak, transformasi mengacu pada perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam pengelolaan pajak. Prinsip-prinsip kebatinan Mangkunegaran IV dapat diterapkan dalam transformasi ini sebagai berikut:

  1. Etika dalam Pengelolaan Pajak: Mengedepankan nilai-nilai moral dan etika dalam setiap keputusan yang diambil oleh auditor. Hal ini penting untuk memastikan bahwa pengelolaan pajak dilakukan secara fair dan transparan.

  2. Fokus pada Kesejahteraan Masyarakat: Transformasi audit pajak harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, sejalan dengan visi Mangkunegaran IV untuk mensejahterakan rakyat. Hal ini dapat dicapai dengan memastikan bahwa pajak yang dipungut digunakan secara efektif untuk pembangunan.

  3. Adaptabilitas dan Inovasi: Mengikuti kesadaran dan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan, auditor pajak perlu mengadopsi teknologi dan metode baru untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi proses audit.

  4. Pembangunan Kapasitas Sumber Daya Manusia: Mengembangkan kompetensi para auditor untuk meningkatkan kualitas audit dengan mengedukasi mereka tentang peraturan pajak yang berlaku dan praktik terbaik.

Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Memimpin Diri Sendiri

Dalam konteks memimpin diri sendiri, pengaruh kebatinan Mangkunegaran IV dapat memberikan panduan dalam pengembangan pribadi:

  1. Kesadaran Diri: Menjadi pemimpin yang baik dimulai dengan pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri, termasuk nilai-nilai, tujuan, dan motivasi pribadi.

  2. Nilai-nilai Spiritual: Mengintegrasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Ini membantu individu untuk tetap berpegang pada prinsip dan etika di tengah tantangan.

  3. Kemandirian dan Tanggung Jawab: Mengambil tanggung jawab atas keputusan dan tindakan sendiri, serta mengembangkan kemandirian dalam berpikir dan bertindak.

  4. Visi Pribadi: Mengembangkan visi atau tujuan jangka panjang yang selaras dengan nilai-nilai pribadi dan berkomitmen untuk mencapainya.

Kesimpulan: Integrasi Nilai Kebatinan dalam Transformasi Modern

Kebatinan Mangkunegaran IV menawarkan panduan yang relevan untuk menghadapi tantangan modern, termasuk dalam bidang audit pajak. Nilai-nilai seperti kejujuran, dedikasi, dan keseimbangan batin menjadi dasar yang kokoh untuk memimpin diri sendiri dan orang lain.

Transformasi audit pajak di Indonesia memerlukan pendekatan yang tidak hanya teknis, tetapi juga etis dan moral. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kebatinan ke dalam sistem modern, diharapkan tercipta tata kelola pajak yang lebih transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Sebagaimana Mangkunegaran IV memimpin dengan kebijaksanaan, para pemimpin dan profesional masa kini juga dapat mengambil pelajaran berharga dari kebatinan sebagai panduan untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

Kepemimpinan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV adalah contoh yang menggabungkan aspek spiritual dan rasional dengan harmoni. Dengan memanfaatkan kedua pilar ini, beliau tidak hanya menciptakan pemerintahan yang kuat dan adil, tetapi juga mendorong pengembangan masyarakat yang seimbang antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan modernitas. Warisan kepemimpinan beliau tetap relevan hingga kini sebagai teladan bagi pemimpin masa depan.

Pelajaran dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran IV tentang memimpin diri sendiri sangat relevan dalam konteks kehidupan modern. Dengan menerapkan prinsip-prinsip yang beliau pegang, individu dapat menumbuhkan potensi diri, berkontribusi positif bagi orang lain, dan menciptakan perubahan yang bermakna baik dalam diri sendiri maupun komunitas. Memimpin diri sendiri adalah perjalanan yang berkesinambungan, dan mengadopsi nilai-nilai tersebut dapat membantu seseorang menjadi pemimpin yang lebih baik, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Mengintegrasikan kebatinan Mangkunegaran IV dalam transformasi audit pajak dan konsep memimpin diri sendiri memberikan panduan yang bermanfaat. Nilai-nilai etika, kesadaran diri, dan fokus pada kesejahteraan masyarakat sangat penting dalam konteks kepemimpinan modern. Implementasi prinsip-prinsip ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas pengelolaan pajak, tetapi juga mendorong individu untuk menjadi pemimpin yang lebih baik dalam kehidupan mereka, menghasilkan dampak positif baik bagi diri sendiri maupun masyarakat lebih luas.

Sumber:

  1. Modul Pembelajran Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG

  2. Mangkunegaran IV dan Tri Dharma Kepemimpinan

  3. Direktorat Jenderal Pajak, "Transformasi Digital dalam Audit Pajak," 2024.

  4. Susanto, T. (2020). Kebijaksanaan Jawa dalam Kepemimpinan Modern. Jakarta: Gramedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun