Tidaklah terlalu sulit menemukan mantan atlet yang harus beruang keras menafkahi keluarga ketika mereka pensiun. Mereka yang pernah juara saja harus pontang-panting menjalani kehidupan masa tua, apalah lagi para atlet tanpa prestasi.
"Sebagian besar masyarakat di Tanah Air sudah melupakan nama Nanda Telambanua, pemecah rekor angkat berat dunia junior 1984, yang sempat mencari nafkah sebagai penarik ojek. Begitu juga dengan Martha Kase, peraih medali emas nomor lari SEA Games 1987, yang kini mengais rezeki hanya sebagai penjual teh botol. Peraih juara dunia tinju (IBF), Ellyas Pical, terpaksa sempat menjadi satpam diskotek pada masa pensiunnya. Namun, berkat uluran tangan mantan Menpora Adhyaksa Dault, mantan juara dunia itu kini diarahkan bekerja di kantor KONI/KOI," tutur Rudy Hartono, selaku Dewan Pengawas YOI (dikutip dari KOMPAS.com 1/6/2011). Masih banyak lagi atlet kita yang mengalami hal yang serupa.
Jika memang pemerintah ingin melupakan mereka yang sudah tidak produktif lagi. Maka komitmen pemerintah untuk memberikan kesejahteraan bagi atlet sekarang harus benar-benar menjadi nyata, bukan hanya wacana saja.
Muhamad Bai’ul Hak
- Penulis berharap ada tambahan informasi terkait perlakuan bagi atlet tanpa medali dan juga bagi atlet yang tidak ikut olimpiade. Perlakuan dalam hal ini adalah kepastian hari tua mereka,
- Mohon koreksi juga jika ada yang mengetahui informasi terkait kenapa yang diundang hanya peraih medali saja.
Terima kasih.
Lombok, 24/08/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H