Surabaya berhasil melaksanakan program kerja inovatif bertajuk "Apartemen Jangkrik" di Desa Bendunganjati, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto. Program ini dirancang untuk mengatasi tantangan dalam budidaya jangkrik, termasuk pengelolaan limbah kotoran dan pemisahan populasi jangkrik. Tim yang terdiri dari mahasiswa lintas jurusan, yakni Muhamad Arvan Thomafi (Arsitektur), Ryan Hardiansyah Alanshar (Teknik Industri), Arif Rianta Ramadhan (Teknik Industri), Daniel Kurnia Putra (Teknik Informatika), dan Ghalin Alryandi (Teknik Mesin), memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT) untuk mendukung sistem teknologi tepat guna.
Sub Kelompok 3 KKN R12 Universitas 17 Agustus 1945Permintaan jangkrik yang terus meningkat sebagai bahan pakan hewan memerlukan pembaruan teknologi budidaya. Akumulasi kotoran jangkrik sering menjadi masalah karena dapat memicu penyakit dan menurunkan kualitas udara. Selain itu, proses pemisahan manual antara induk dan anakan memakan waktu serta menyebabkan stres pada jangkrik.
Program "Apartemen Jangkrik" bertujuan memberikan solusi efisien dan berkelanjutan untuk peternakan jangkrik Bu Asniah di Dusun Karangsari, Desa Bendunganjati. Dengan kandang vertikal bertingkat, kapasitas penampungan meningkat tanpa memakan banyak ruang. Teknologi IoT menjadi inti sistem ini, dilengkapi sensor suhu dan kelembaban yang memantau kondisi lingkungan secara real-time, serta sprayer otomatis untuk menjaga kelembaban kandang sesuai kebutuhan jangkrik. Semua fungsi ini dapat dikontrol melalui aplikasi di smartphone, mempermudah pengelolaan peternakan.
Program ini dimulai dengan survei awal untuk mengidentifikasi masalah utama di peternakan Bu Asniah. Berdasarkan hasil survei, tim merancang prototipe "Apartemen Jangkrik" yang dilengkapi sistem filtrasi otomatis berbasis IoT dan mekanisme pemisahan populasi. Tim juga menyelenggarakan seminar, pelatihan, serta pendampingan untuk memastikan pemahaman dan penerapan sistem berjalan lancar.
Hasilnya, sistem berbasis IoT memungkinkan pengawasan kandang secara real-time, menjaga kebersihan, dan mengurangi risiko penyakit. Penyemprotan kelembaban yang sebelumnya dilakukan manual kini otomatis, menciptakan lingkungan ideal bagi jangkrik. Proses pemisahan induk dan anakan juga lebih cepat dan presisi, meningkatkan produktivitas peternakan.
Secara ekonomi, produktivitas dan kualitas hasil jangkrik meningkat, memberikan dampak positif pada pendapatan peternak. Secara sosial, program ini menjadi contoh inovasi teknologi bagi peternak lain. Dari sisi lingkungan, sistem filtrasi membantu mengurangi limbah organik, menciptakan kondisi lebih sehat dan bersih.
Inovasi "Apartemen Jangkrik" membuktikan bahwa integrasi teknologi tepat guna seperti IoT dapat menciptakan solusi berkelanjutan di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan. Peternakan Bu Asniah menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara teknologi modern dan kearifan lokal mampu menghadirkan perubahan positif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H