Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Koruptor Selalu Menggunakan Sandi?

17 Oktober 2018   12:27 Diperbarui: 24 Januari 2019   16:31 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Isyarat Tuhan yang melampau batas ruang waktu tersebut sulit untuk dibaca, ditafsirkan dan dibuktikan secara empiris. Namun karena muatan kebenaran transendental, maka ummat harus percaya dan iman akan berita dan simbol tersebut.

Kembali ke persoalan sandi korupsi, bahwa ini adalah semacam ikhtiar manajerial. Setiap orang berusaha mewujudkan tujuan kepentingannya, baik secara individu maupun kolektif. Untuk keperluan inilah, cara, metode, alat digunakan dalam mewujudkan tujuan bersama ini. Dalam hal ini, sandi adalah metode yang digunakan untuk memuluskan tujuan bersama. 

Meskipun terkesan machiavellian, toh nyatanya ini sebuah kenyataan. Sudah beberapa kasus korupsi yang diungkap KPK, menggunakan sandi sebagai bagian dari "pengaman" modus korupsinya.

Korupsi yang semakin cerdas ini sudah seharusnya menjadi pemantik aparatur kita untuk lebih cerdas pula memberantasnya. Kejahatan kaum terdidik akan lebih berbahaya daripada kerusakan yang dilakukan oleh orang bodoh. Sebagaimana bunyi adagium "Kebaikan bila tidak diorganisir dengan baik, akan mudah dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir". 

Sandi dalam korupsi adalah bukti cerdas dan rapinya organisir dalam kejahatan. Perang melawan korupsi hanya akan menjadi simbol bila tidak ada upaya cerdas dan tekat kuat untuk memeranginya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun