Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Koruptor Selalu Menggunakan Sandi?

17 Oktober 2018   12:27 Diperbarui: 24 Januari 2019   16:31 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan nama Tina Toon ramai dibicarakan terkait dengan kasus korupsi. Tina Toon di sini bukan mantan artis cilik yang sempat populer dengan goyang leher "bolo-bolo". Tina Toon adalah sandi atau kode yang digunakan dalam kasus suap proyek Meikarta yang melibatkan Bupati Bekasi dan beberapa pejabat Pemkab terkait. 

Sejauh ini belum ada konfirmasi, apa maksud sandi "Tina Toon" ini, apakah ada kaitan langsung atau tidak langsung dengan nama Tina sang artis, keluarga atau kerabat dekatnya. Atau hanya sebuah sandi yang hanya diketahui oleh para pelaku, sebagai bagian dari kode yang disepakati.

Penggunaan sandi dalam praktik korupsi, bukan sekali ini saja terjadi.  Sebelumnya juga ada beberapa sandi korupsi yang sempat heboh, misalnya istilah "apel Malang" dan "apel Washington". Sandi tersebut populer dalam kasus wisma atlit, digunakan dalam percakapan antara Rosa dan Angelina Sondakh untuk menyebut rupiah dan dollar. Sebuah sandi yang cukup representatif, meskipun juga cukup mudah untuk ditebak.

Dalam kasus korupsi pengadaan Al-Qur'an yang pernah menjerat salah satu anggota Dewan, sandi juga muncul sebagai komunikasi atar pelaku. Karena yang dikorupsi adalah Al-Quran, istilah yang digunakan pun menggunakan bahasa Al-Qur'an, yakni bahasa Arab. 

Barang kali hal ini dimaksudkan biar lebih fasih dan lebih afdhol korupsinya. Atau, mungkin juga agar dosa korupsi akan menjadi lebih ringan, bila menggunakan bahasa arab. Sandi "maktab" dan "thoyyib" konon digunakan dalam melakukan komunikasi antar pelaku. Selain itu istilah ulama', ustadz dan santri juga memiliki makna kiasan yang berkaitan dengan modus praktik korupsi ini.

Dalam kasus suap impor daging sapi, yang melibatkan mantan presiden partai dari partai "dakwah" juga menggunakan sandi-sandi khusus. Dalam rekaman percakapan yang dibeber KPK, terkuak sandi yang dipakai oleh keduanya, yakni "pustun" dan "jawi syarqiyah". Istilah pustun yang ternyata mengacu pada "gadis cantik" pun dulu pernah menjadi istilah yang populer dan menjadi bahan meme dan sindiran-sindiran lucu.

Secara umum, sandi dapat diartikan sebagai simbol, pertanda, isyarat rahasia yang digunakan dalam berkomunikasi, tujuannya tentunya agar orang lain tidak tahu. Dulu waktu kita ikut pramuka, kita juga  diperkenalkan banyak sandi. 

Sandi tersebut digunakan untuk membaca pesan tersembunyi dalam sebuah permainan. Jangan-jangan para koruptor pengguna sandi ini adalah alumni Pramuka? Semoga saja tidak. Sandi adalah simbol. Sejarah simbol sudah dikenal oleh umat manusia jauh-jauh abad sebelum Masehi. Bahkan konon sebelum manusia mengenal tulisan, manusia pra sejarah menggunakan simbol untuk berekspresi dan berkomunikasi. 

Nah pada zaman modern ini, saat manusia sudah mengenal tulisan, bahkan dengan teknologi yang semakin canggih, ternyata simbol dan sandi juga masih relevan untuk digunakan. Itulah efektifnya sebuah simbol. Dan dalam banyak kasus, simbol sering kali lebih digunakan dalam praktek kejahatan.

Membincang simbologi, akan sangat menarik kalau kita baca karya Dan Brown. Dalam novel best seller nya, mulai The Davinci Code (2002) sampai Origin (2017) selalu menampilkan simbol dan kode rahasia. Simbologi menjadi menarik karena memuat makna, dogma, ajaran suatu kepercayaan yang terkadang memiliki nilai spiritual-metafisis yang tinggi. 

Begitulah simbol, mampu memberi makna tersendiri bagi pembacanya. Bahkan wahyu Tuhan, misalnya dalam Al-Qur'an mengisyaratkan banyak sandi dan simbol yang sulit untuk diungkap. Dalam Al-Quran, ada simbol dajjal, imam mahdi, ya'juj makjuj, atau barang kali juga syurga dan neraka yang semua itu adalah simbol abstrak yang sangat absurd. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun