Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Hukum Artikel Utama

Hari Anti Hoaks Nasional, Perlukah?

5 Oktober 2018   13:51 Diperbarui: 5 Oktober 2018   16:48 2907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari sini, berpolitik itu perlu akal sehat. Seorang politisi, harus menggunakan akal sehat, dalam menerima, menggunakan dan menggerakkan informasi. Emosi dan kebencian hanya akan melahirkan dan mereproduksi hoaks untuk tujuan politiknya. 

Dan ini yang kita sayangkan dari para politisi kita, menggunakan segala cara -- termasuk kebohongan -- untuk tujuan politik praktis mereka, nalar machiavellian. Pola seperti ini hanya kan menjauhkan dari etika dan fatsun politik. 

Politik akal sehat adalah bagaimana menggunakan politik dengan logika yang jernih, nurani yang bersih, sehingga tidak mudah dimainkan oleh hoaks yang terkadang mampu mengaduk-aduk emosi, simpati dan empati.

Era teknologi informasi saat ini benar-benar telah mampu menggeser akal sehat manusia. Di media sosial, terkadang netizen dengan mudah men-share informasi tanpa membuka dan membacanya terlebih dahulu. 

Sederhananya, jempol telah mampu mengambil alih kuasa akal. Kebohongan kalau itu banyak dibaca dan dibagikan, maka derajatnya akan semakin "naik tingkat" kepada kebenaran. 

Dan jika hal ini masuk ke ranah politik, maka dampak dan resonansinya akan semakin besar. Inilah yang barangkali dikhawatirkan salah satu penulis novel, bahwa masa depan manusia adalah evolusi manusia yang menyatu dengan teknologi. 

Yang menggerakkan manusia bukan lagi akal dan nuraninya, namun oleh teknologi yang mengalir ke dalam darah dan benaknya. Meskipun teknologi tersebut memerintahkan kepada kebencihan dan kejahatan. Semoga saja hal ini keliru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun