Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Puasa sebagai Lokomotif Kesalehan

20 Mei 2018   06:44 Diperbarui: 20 Mei 2018   08:46 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kedua, fungsi lokomotif adalah transportatif dan transformatif, yaitu melakukan perpindahan dan perubahan. Demikian halnya puasa, mempunyai peran dalam melakukan perpindahan dan perubahan bagi ummatnya.

Puasa berfungsi melakukan perpindahan, dari kondisi banyak dosa, menjadi orang yang sedikit dosa, dari seseorang yang malas beribadah menjadi orang yang rajin.

Dan akhirnya lokomotif puasa akan membawa kita ke stasiun " Idul fitri". Idul fitri merupakan kondisi dimana kita kembali kepada kesucian. Inilah tujuan puasa, mengantarkan kita menjadi orang yang suci, rajin, optimis, humanis, rendah hati yang semua itu terbungkus dalam istilah 'bertaqwa", la'allakum tattaqun.

Membangun "Puasa Sosial"

Secara bahasa, puasa diartikan sebagai menahan diri. Pengertian ini membawa pada pemahaman istilah bahwa puasa itu menahan diri dari perbuatan yang bisa membatalkan, mulai dari fajar sampai terbenamnya matahari.

Nah, dalam pemahaman umum, puasa itu ya tidak makan, minum, melakukan sex pada siang hari. Pemahaman ini kiranya tidak salah, hanya saja harus dikembangkan pada aspek yang lebih luas.

Hakekat puasa adalah menahan diri. Ini berarti orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari berbagai tindakan dan prilaku yang bisa merugikan orang lain dan merusak. Inilah makna komprehensif puasa, yang tidak sekedar menahan makan dan minum.

Bahkan Rasulullah pernah memperingatkan bahwa, banyak orang yang berpuasa itu hanya lapar dan haus. Artinya, jika seseorang berpuasa hanya bisa menahan diri dari makan dan minum, namun secara sosial ia merugikan orang lain, baginya hanyalah rasa lapar dan haus.

Karena itu, puasa mengajarkan kita untuk menahan diri dari setiap prilaku yang negatif, merugikan orang lain dan tidak bermanfaat.

Di sinilah urgensi puasa diuji, bagaimana menahan diri dari tindakan yang merusak dan merugikan orang lain. Karena puasa tidak hanya bertujuan membangun kesalihan individual, namun juga merangsang terwujudnya kesalehan sosial.

Sikap empati, simpati, toleransi adalah beberapa sifat sosial yang dibangun dalam puasa. Mengutamakan kesalehan inividu, dengan mengorbankan kesalehan sosial kiranya adalah prilaku yang kurang arif dan bijaksana. Semoga  puasa kita semakin menjadikan diri kita saleh, baik secara individu maupun sosial!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun