Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sirkus Pohon Hirata, dari Kisah Asmara sampai Kritik Sosial

6 Mei 2018   14:35 Diperbarui: 6 Mei 2018   14:44 1569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sirkus Pohon, novel ke sepuluh dari Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi ini tampaknya lain dari novel-novel sebelumnya. Sirkus Pohon adalah sisi lain Andrea dalam menuliskan sebuah realita. 

Jika beberapa tulisan sebelumnya cenderung bercorak realistis, semacam true story, maka Sirkus Pohon adalah karya absurd dari sang maestro. Meskipun sisi-sisi kenyataan dan pengalaman empiris tetap coba dimasukkan, sebagai gambaran sosial, kritik realitas maupun harapan ideal dari nilai sebuah tulisan.

Cinta, cita-cita, kesederhanaan, kampung, masih mewarnai latar novel ini. Berkisah tentang bujang lapuk- istilah melayu untuk menyebut perjaka tua yang tak laku-laku -- bernama Sobriudin, Sobri atau nama kerennya Hob dengan segala lika-liku, intrik dan dramaturgi kehidupan dan asmaranya. 

Sang tokoh yang menceritakan pada sudut orang pertama ini menarasikan keluguan, kedunguan, bahkan ketololannya dengan penuh pede (percaya diri). Narasi absurd sang tokoh, mulai dari berbicara dengan pohon delima, dialog sepasang kutilang sampai dengan karakter badut yang penuh akan satire kehidupan.

Kisah Cinta Abadi

Setelah lebih berusia kepala tiga, Sobri akhirnya mendapatkan cinta pertamanya. Hatinya terpaut dengan seorang pujaan hati berama Dinda, seorang gadis penjaga toko. Pesimisme dan rendah hati sempat menjadi hambatan dalam pengutarakan maksud hati. Tidak dinyana, ternyata Dinda mempunyai rasa yang sama. Dua hati inipun akhirnya bersatu, dengan satu syarat, Sobri harus punya pekerjaan tetap. 

Dan syarat yang sama juga diajukan adik Sobri yang paling cerewet dan galak, jika ia masih mau "numpang" di rumahnya. Asmara mampu menyulut semangat, membangkitkan selera, dan membakar motivasi. Sobri harus berjuang keras demi mendapatkan pekerjaan "tetap", agar bisa meraih cinta dan mempertahankan hidupnya. Dan badut adalah pekerjaan tetap yang membuat ia bahagia.

Menjadi seorang badut adalah pekerjaan tetap yang sangat dinikmati Sobri. Menjadi badut adalah "kunci" yang akan membuka pintu untuk mempersunting pujaan hati. Dan melalui pekerjaan badut  inilah Sobri akhirnya mampu meningkatkan kehidupannya, ia mampu membangun rumah yang akan ditinggali setelah menikah nanti. Namun tragedi menghampirinya. 

Sang kekasih tiba-tiba linglung seperti orang tidak waras. Pernikahanpun ditunda dalam tempo waktu yang tidak ditentukan. Toh demikian, sang badut tetap setia menunggu tambatan hatinya.

Selain roman cinta Sobri-Dinda, dalam Sirkus Pohon ini juga menceritakan kisah percintaan dua anak manusia, Tegar dan Tara. Kedua anak yang awal bertemu di sebuah taman depan Pengadilan Agama ini akhirnya menjadi cinta abadi yang tak tergantikan. 

Tegar yang menolong Tara dari gangguan anak-anak nakal, ketika mereka sama-sama kelas 5 SD ini menjadi benih simpati yang berubah menjadi cinta. Tanpa sempat bertanya nama sang pahlawan, mereka akhirnya harus berpisah dengan meninggalkan kenangan rasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun