Membaca Origin, kita dibawa menelusuri tiga kota penting di Spanyol, Bilbao, Barcelona dan Madrid. Seperti pada novel-novel karya Dan Brown sebelumnya, Origin menghadirkan fakta-fakta tentang karya seni yang berjalin dengan simbol dan kode yang sarat makna.Â
Origin kali ini akan menelanjangi secara tajam karya arsitek dan perupa terkenal Spanyol, Antonio Gaudi. Mulai dari Museum Guggenheim di Bilbao, Istana Kerajaan di Madrid (Palacio Real de Madrid), Casa Milla sampai pada karya Gaudi yang sampai sekarang belum "rampung", Gereja Sagrada Familia.
Origin ini sendiri merupakan sekuel kelima dari tokoh fiktif Robert Langdon, setelah Angel and Demon (2000), Da Vinci Code (2003), The Lost Symbol (2009) dan Inferno (2013). Novel Da Vinci Code menjadi novel terlaris dan paling kontroversial, karena dianggap "melecehkan" Yesus dan Gereja Kristen. Kali ini Langdon -- sebagaimana pada novel sebelumnya -- ditemani seorang gadis cantik Ambra Vidal, seorang Kepala Museum yang sekaligus tunangan Putra Makhkota Kerajaan spanyol, mencoba memecahkan teka-teki yang ditinggalkan oleh seorang futuris kaya raya Edmont Kirsch. Kirsch sendiri adalah seorang ilmuan atheis yang bisa dikatakan sangat menentang agama.
Temuannya yang akan diumumkan di Museum Guggenheim, diklaim akan mampu meruntuhkan sendi-sendi dasar keimanan ummat beragama. Kirsch hendak meruntuhkan agama dengan sains, melalui dua pertanyaan dasar: dari mana manusia berasal dan kemana manusia akan pergi. Pertanyaan tersebut akan meruntuhkan doktrin agama yang menganggap Tuhanlah pencipta dan tempat kembali manusia, sehingga kata Kirsch " Abad agama hampir berakhir" (hal. 105)
Selanjutkan, bersama Vidal, Langdon akan berpetualang penuh tantangan menelusuri kode-kode dalam rangka mengungkap temuan Kirsch yang mati tertembak beberapa detik sebelum mengungkapkan temuannya.Â
Khas Dan brown, setting waktu yang terjadi hanya dalam masa satu malam, intrik antara Gereja, kerajaan, ordo agama "sesat", organisasi rahasia, akan mewarnai alur novel, membuat kita menebak-nebak siapa "sang regent" yang menjadi dalang kematian dan kegaduhan ini.
Dan tentu saja, Dan Brown secara cerdik mengarahkan alur supaya pembaca mencurigai seseorang, dengan data, fakta dan karakter yang relevan. Meskipun, jika kita telah membaca karya Brown sebelumnya, kecurigaan kita pasti lah salah, pelaku yang sesungguhnya boleh jadi pihak yang tidak pernah kita duga sama sekali.
Pada Novel awal, Angel and Demon agama dan sains juga menjadi latar konflik yang diangkat Dan Brown. Kita pasti masih ingat bagaimana Gereja dianggap pihak yang paling bersalah dalam membunuh para ilmuan yang mencoba kritis terhadap gereja.
Galileo Galilei adalah satu dari puluhan ilmuan yang harus merelakan nyawanya hanya karena kontroversi dengan doktrin gereja. Alasan inilah yang dalam Angel and Demon digunakan sebagai pintu masuk untuk menculik dan membunuh para kardinal yang sedang melakukan konklave (pemilihan Paus) di Vatikan, melalui isu kelompok rahasia "Illuminati", yang dikemas apik dalam simbol tanah, api, angin dan Air.
Tidak jauh beda, dalam Da Vinci Code konflik agama dan sains juga mewarnai alur pemecahan kode Langdon. Melalui The Last Supper (perjamuan terakhir), Dan Brown hendak menyingkap kode-kode yang disembunyikan Da Vinci melalui karya dan lukisannya. Bahkan dibangun sebuah opini jika sesungguhnya Maria Magdalena dalam lukisan Perjamuan Terakhir, merupakan istri dari Yesus. Dan pencarian "cawan suci" Maria sampai pada penemuan para "anak" keturunannya.