Padahal yang dimaksud oleh meneer Belanda saat ia menunjuk kepala, untuk menghasilkan jembatan yang kokoh menggunakan isi kepala (otak).
Meskipun istilah Bedogan populer di era 80-90 an dan juga 2000 an, akan tetapi sepertinya saat ini tidak jarang sebagian orang tua yang menggunakan istilah Bedogan kepada anak mereka. Bahkan masyarakat yang pernah mendengar istilah Bedogan di era 80-2000 an juga masih ada saja yang saat ini terngiang-ngiang dengan istilah Bedogan ini (termasuk saya).
Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang ada, fenomena atau istilah Bedogan ini sepertinya sudah mulai hilang ditelan zaman. Sebagai bukti, saat ini yang saya lihat dan mungkin sebagian masyarakat lihat juga banyak anak-anak yang bermain hingga siang hari, namun tidak ada orang tua yang melarang anaknya main dengan menggunakan istilah 'Bedogan' ini.
Namun siapa sangka, meskipun Bedogan ini sudah mulai hilang. Sosok Bedogan sempat dituangkan dalam sebuah film pendek 'Bedogan 1990' karya anak Pemalang. Riki Yusup sang penulis cerita dalam sinopsisnya menceritakan sosok Bedogan yang sangat ditakuti oleh masyarakat, keberadaannya yang membuat orang tua selalu menakut-nakuti anak agar jangan keluar rumah di siang bolong.
Dalam film Bedogan ini menceritakan seorang wanita bernama Winarsih yang sudah lama tidak pulang ke rumah, Winarsih pulang dengan kekasihnya Yanto. Keanehan dirasakan Yanto ketika memasuki desa tersebut, masyarakat di desa ini selalu menutup pintu dan ketakutan ketika adzan duhur berkumandang. Ternyata masyarakat di desa tersebut percaya dengan mitos Hantu Bedogan yang berkeliaran pada saat jam tersebut.
Kalau kalian mendengar atau membaca cerita tentang Bedogan ini percaya atau tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H