Mohon tunggu...
Muhamad Rafi
Muhamad Rafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Panggilan aja Rafi

Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Asmara Hadi: Sastrawan Era Pujangga Baru (Antara Sastra dan Politik)

11 April 2022   22:20 Diperbarui: 11 April 2022   22:21 1159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika adanya era Orde Baru, Asmara Hadi berhenti dari dunia politik. Beliau kembali menekuni dunia sastra dan jurnalistik. Kedua hal tersebut, sudah menjadi panggilan jiwanya. Pengalamannya pada bidang jurnalistik bisa dibilang cukup banyak. Mulai dari pimpinan redaksi Pikiran Rakyat dan pimpinan majalah Toejoen Rakyat. Tidak lama kemudian, Asmara Hadi bekerja sebagai redaktur harian Bintang Timoer dan redaktur pada majalah Efficiency. Pernah juga bekerja di Penerbit Pembangunan.

Di bidang sastra Asmara Hadi selain menulis puisi, beliau juga gemar menulis cerita pendek. Sebagian karya-karya puisi Asmara Hadi penuh dengan kesedihan. Ketika sedang berjuang, Asmara Hadi meneladani seorang pejuang wanita asal Jerman, wanita tersebut sangat gigih dan wanita asal Jerman itu bernama Rosa Luxemburg. Ketertarikan kepada wanita tersebut tertuang ke dalam sebuah puisi yang berjudul Rosa. Sedangkan cerita pendek yang ditulisnya berjudul Yang Tidak Dapat Dihilangkan. Cerita pendek tersebut berisi tentang riwayat temannya selama perjuangan yang sudah kehilangan harta bendanya. Cerita pendek lainnya berjudul Di Belakang Kawat Berduri yang mengisahkan pengalamannya selama ditahan oleh Belanda.

Kegagalan cinta bagi Asmara Hadi menimbulkan semangat yang tak kunjung padam. Semangat  itulah yang melahirkan sebuah sajak Kepada Diponegoro. Semangat kebangsaan yang ada di dalam puisinya dilihat melalui unsur romantik yang dipadukan dengan patriotisme. Dengan begitu, isi puisinya penuh dengan harapan untuk bangsa Indonesia.

Beberapa puisi karya Asmara Hadi yang menggambarkan semangat kebangsaan, yaitu:

  • Bangsaku Bersatulah
  • Chandara Birawa
  • Sengsara Doenia
  • Kemenangan Pasti

Selain puisinya yang menggambarkan kebangsaan, ada juga puisinya yang lain, seperti:

  • Nasib Tanah Airku
  • Sekarangan Kembang
  • Merindukan Bahagia
  • Rindu
  • Generasi Sekarang
  • Pesanku
  • Kuingat Padamu
  • Hidup Baru
  • Kami Penabur
  • Selamat Tinggal Periangan

KESIMPULAN

Pujangga Baru sudah ada sekitar tahun 1930-an. Pujangga Baru merupakan satu hal yang penting dalam perjalanan sastra Indonesia. Sutan Takdir Alisjahbana atau biasa disingkat STA menjadi pelopor era Pujangga Baru. Karya sastra yang muncul di era Pujangga Baru cenderung ke arah nasionalis, tetapi tidak menutup kemungkinan adanya sastra yang berbentuk idealistik dan romantis. Sastrawan asal Indonesia yang menciptakan karyanya ke arah nasionalis adalah Asmara Hadi.

Asmara Hadi merupakan seorang sastrawan asal Bengkulu. Beliau pernah terikat di politik Indonesia dan juga pernah menggeluti dunia jurnalistik. Pengalamannya yang banyak tentang dunia kepolitikan tidak membuat Asmara Hadi lupa akan jati dirinya sebagai seorang sastrawan. Banyak karya-karyanya yang ditulis seakan-akan menggambarkan rasa kebangsaannya terhadap Indonesia. Lewat kepribadiannya Asmara Hadi memiliki keunikan tersendiri, yaitu bisa bergelut di dunia politik sambil menggores pena di atas kertas dengan situasi yang dialaminya.

Daftra Pustaka

Ensiklopedia Sastra Indonesia. Asmara Hadi (1915-1976).

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun