Sekarang kita terpisah dalam ruang-ruang  dingin yang kedap akan suara walaupun berbicara dengan kata-kata yang keluar dari hati. Entah apa yang terjadi hingga menimbulkan kebosanan dalam bersama yang membuat hati tidak bisa berbuat apa-apa.
Aku selalu berpikir keras, seperti membenturkan kepala untuk bisa mengeluarkan kita dari ruang yang abstrak, dan tidak bisa di tembus, juga sangat sulit untuk dinarasikan. Saat ini aku masih berpikir dan berpikir untuk menarasikan soal ruang yang memisahkan kita walau dalam bersama, apakah ruang ini muncul karna problematika pada dia atau pada kita?
Apakah problematika dalam bersama?
Apa..?
Kita tidak harus independen dalam bersama, kata independen disaat kita tidak membina dua hati untuk disatukan. Kita harus bersama menarasikan isi hati untuk mencapai titik bahagia dalam bersama.
Egoisme saya ini tidak akan menghancurkan kita.
Kini dia seperti malam yang dingin dan gelap.
Jika bisa, saya siap menjadi matahari dalam malam untuk menghangatkan dia dalam malam.
Kawangkoan. 22, Desember
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI