Anda pernah jatuh cinta? Aha, cinta memang merupakan kata yang sangat populer dalam hidup ini. Dimana-mana orang selalu membicarakannya. Selama dunia masih berputar, mungkin orang tidak akan pernah berhenti memperbincangkannya. Berbagai cerita remaja, kisah kehidupan selalu dirajut dengan jalinan rasa cinta. Bahkan tiba-tiba cinta mempunyai lambang tersendiri yang sangat menarik dihati, berwarna merah muda yang ditusuk dengan panah, itulah lambang cinta.
Seorang penyair mengatakan, cinta itu memiliki sejumlah konsekuensi yang harus dijalani. Semua unsur rasa, perasaan, rindu, gelisah, bercampur dalam diri orang yang sedang dimabuk cinta.
Namun semua menjadi hampa, air mata duka meleleh, hati menjadi benci, hidup seperti tidak berarti, tidak tahu harus berbuat apa, itulah gambaran bagi orang yang telah pupus cinta. Oh, betapa malang nasibnya, apalah arti hidup ini tanpa cinta.
Begitulah bagi orang yang sedang jatuh cinta. “Gejolak cinta merupakan jenis penyakit hati yang memerlukan penangan khusus” demikian kata Ibnu Qoyim Al-Jauziyah dalam bukunya “Zaadul Ma’ad”. Cinta, akan menerpa siapa saja. Tidak mengenal pejabat, politisi, mahasiswa, pelajar, bahkan orang kere sekalipun.
Dahsyatnya Cinta
Begitu dahsyat kekuatan cinta, ia membuat orang berbuat apa saja sampai diluar kesadarannya. Kisah Laila Majnun adalah salah satu contoh keganasannya. Cintalah yang membuat Qois menjadi gila sehingga berhari-hari bersimpuh dan memeluk nisan kekasihnya sampai ia pun akhirnya meninggal. Cinta juga yang membuat Romeo menenggak racun gara-gara disangkanya Juliet telah meninggal.
Namun tak selamanya cinta membawa petaka. Cinta tak jarang juga menghadirkan suasana suka dan gembira. Karena cinta, sesuatu yang tadinya pahit menjadi terasa manis. Cintalah yang mengubah sengsara membawa nikmat, seperti yang diceritakan dalam film Siti Nurbaya. Karena cinta pula yang melahirkan kekuatan yang maha dahsyat.
Dalam mitos kita tahu, cintalah yang sanggup membuat Bandung Bondowoso menjawab tantangan menegakan seribu candi untuk Loro Jongrang. Sampai sekarang pun kita masih menyaksikan “kepongahan” Tajmahal di India yang begitu indah, setiap jengkalnya nyaris ada nama sang kekasihnya yang tertulis di atas marmer, terbangun juga karena cinta.
Islam menempatkan cinta dengan sangat besar. Cinta diciptakan seiring dengan tetesan pertama nuthfah (air mani) manusia. Ia adalah fitrah sekaligus hiasan yang diciptakan Allah untuk manusia. Oleh karena itu, cinta tidak boleh ditahan, tetapi harus diarahkan.
Kaum agamawan nan bijaksana menggunakan cinta sebagai kekuatan terakhir untuk bertemu dengan Tuhan. Usahawan yang berhasil menggunakan tenaga maha besar ini untuk menekuni seluruh pekerjaannya. Ibu yang mencintai keluarganya mengabdikan seluruh tenaganya untuk mencintai anak dan suaminya. Pekerja yang menyadari kekuatan cinta akan menggunakannya untuk bekerja mencari harta di jalan-jalan cinta.
Jadi, cinta tidak hanya ada pada tanggal 14 Februari saja, dimana anak-anak muda mengistilahkannya dengan Valentine Day, mereka merayakannya dengan suka cita. Kasih sayang ada setiap saat dalam desahan napas setiap manusia. Cinta adalah sebuah kejadian spiritual yang bermuara pada keabadian Tuhan.
Ketika kita merasakan tarikan cinta semua kelihatan serba sempurna. Air sungai, daun di pohon, desir angin, ombak, begitu menakjubkan. Seorang sahabat yang kerap sering jatuh cinta pernah mengungkapkan, dalam keadaan jatuh cinta, setiap lembar daun di pohon apapun, terlihat seperti halaman buku suci yang penuh inspirasi. Setiap hembusan angin adalah pelukan-pelukan tangan kekasih yang amat menyentuh. Setiap suara air adalah nyanyian-nyanyian merdu yang menyentuh kalbu. Setiap melihat kekasih adalah kelopak cinta yang akan mengangkatnya ke tepian surga. Anda tertarik? Yu kita jatuh cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H