Begitulah ucapan Sabariah kepada sumainya yang hendak meninggalkannya. Bertakatlah Pulai, hilang pikiran dari mengingat Allah tatkala mendengar perkataan istrinya itu, "Adik Kandung Sabariah, relakan nyawa Adik Kandung. Sama-sama mati kota elok."
Tidak sampai Sabariah menjawab, Pulai menikam perut Sabariah, lalu ditikam pula pada lehernya. Meninggallah Sabariah. Sariaman pun mendengar suara gemuruh dari bilik, betapa terkejutnya ia melihat putrinya sudah tidak bernyawa, Pulai pun menikam Sariaman dan mendapatkan luka. Adapun Pulai, ia sempat di bawa berobat ke dokter, tetapi tak dapat ia terselamatkan, lalu meninggallah ia, sebelumnya ia sempat meminta maaf dan meninggalkan pesan kepada orang-orang yang membuat mereka yang menyaksikan menangis haru pilu. Setelah warga mendatangi dan memergokinya, terdapat maklumat tersirat bahwasannya ini merupakan peringatan akan perasaan sakit hati yang ia pendam dan dia berharap tidak akan ada kejadian sama yang terulang.
Sabariah ini adalah novel Hamka pertama dengan judul asli "Cerita si Sabariah." Novel ini ditulis dalam bahasa Minangkabau dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Sabariah diterbitkan terakhir kali pada tahun 1957 dengan bahasa Minangkabau sehingga novel ini sangat sulit ditemukan.
Banyak hikmah yang dapat kita serap daripada novel ini, dengan menghindari sifat rakus, terus berikhtiar, serta bersyukur atas nikmat yang telah diturunkan oleh Allah Swt.
Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anak itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
(al-Anfal:28)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H