Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal
Muhamad Iqbal Mohon Tunggu... -

Pemikir Radikal, Rasional, Fundamental, Filosofis, Oposisi Pemerintah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Teologi, Manusia dan Eksistensi Tuhan

12 November 2018   23:40 Diperbarui: 13 November 2018   07:54 1337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makna kehidupan tentunya perlu untuk diraih oleh setiap manusia. Dan juga itu merupakan satu hal yang menjadi ciri khas dari manusia. Manusia memulai kehidupannya dengan pencarian aksiologi / nilai kehidupan. Bagaikan seorang manusia yang dikirimkan ke suatu hutan belantara yang asing. Ketidaktahuan dan kebingungan muncul satu per satu. Seperti skema dibawah ini :

a-5be99c2943322f385236f356.png
a-5be99c2943322f385236f356.png
Mungkin, para Atheis mengatakan bahwa kehidupan adalah sebagai proses alamiah belaka, tapi sebenarnya Tuhan adalah sebuah entitas absolut sekaligus pencipta kita, yang disana pasti membekali kita dengan sebuah misi. Analoginya, misalkan ketika kita "menciptakan" sebuah kursi dari kayu. Dalam benak kita, kita menginginkan bahwa kursi ini menjadi sebuah tempat untuk manusia duduk dan beristirahat. 

Pernyataan bahwa "kursi adalah tempat duduk dan beristirahat" merupakan misi / "jalan hidup" sebuah kursi. Mungkin karena yang dicontohkan adalah realitas yang sama dengan manusia, yaitu terbatas oleh dimensi ruang dan waktu, mungkin "misi"nya tak akan jauh dari kebutuhan manusia itu sendiri akan yang diciptakannya. Namun, pada prinsipnya, sama - sama memberikan "misi / aksiologi" atas apa yang diciptakannya.

Begitu pula Tuhan yang disana telah menciptakan manusia, pasti memiliki "misi" yang disana diberikan pada manusia untuk hidup di dunia. Mustahil ketika Tuhan menciptakan manusia tanpa sebuah misi. Karena logikanya, Tuhan tak mungkin main -- main dan bersenda gurau ketika menciptakan milyaran manusia. Dengan kecerdasan, keadilan, ke-absolut-an Tuhan, pasti ada sebuah aksiologi kehidupan yang disana ditujukan untuk manusia, agar manusia -- manusia itu tak terjebak dalam euforia kehidupan yang sia - sia. Pasti ada jalan hidup yang disana harus kita lalui untuk hidup yang disana bermakna dan mendapatkan makna kehidupan yang sejati.

Jalan hidup Tuhan itulah yang disebut "Agama". Kita mengenali banyak sekali "Agama" yang ada di dunia, yang masing - masing mengklaim bahwa "agama" mereka akan membawakan manusia akan aksiologi yang hakiki. Ini tinggal bagaimana manusia menyikapi jamak-nya "Agama". Kita sama - sama mengakui bahwa Tuhan telah menganugerahkan "akal" yang luar biasa hebatnya. Dan potensi dari akal memang tak pantas dianggap remeh. Sebagai manusia yang berakal, tentunya kita tau bahwa jalan hidup yang diberikan Tuhan pasti logis / masuk akal. Karena Tuhan, dengan keluarbiasaan-nya mustahil untuk memberikan jalan hidup yang irrasional dan konyol, maka itu tugas utama kita untuk mencari, memilah, membandingkan satu per satu "Agama" yang ada. Itulah fungsi hakiki dalam komparasi Agama.

Dan mungkin memang banyak Theis yang terlalu "fanatik" terhadap keyakinannya, dan enggan terbuka dan saling kritis, maka sebenarnya dia menutup diri dari hakikat aksiologi kehidupan. Sampai kapanpun dia tak akan menemukan makna sejati hidupnya.

 Semua yang disana berpangkal pada sebuah paradigma bahwa Theos / Tuhan memang eksisten, maka manusia tersebut akan mendapatkan sebuah kebermaknaan hidup, karena dia telah memecahkan misteri dunia dan menemukan tujuan hidup. Dan ketika dia menemukan sebuah tujuan kehidupan, maka tak bisa disangkal bahwa dia tak akan "mati konyol" selepas hidup dalam keadaan hampa dan kosong, bagaikan sungai yang mengalir, begitu pula kehidupan yang mengalir, mengikuti arus, tanpa mengetahui "Siapakah diriku?", "Mengapa aku disini?", "Mengapa aku hidup?". Sampai mati pun dia hanya akan menjumpai kekosongan jiwa, dan tak memahami betapa bermaknanya hidup yang diberikan oleh Tuhan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun