Mohon tunggu...
Muhamad Carvin Syah
Muhamad Carvin Syah Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang mahasiswa yang juga bekerja sebagai freelancer foto dan video

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miskonsepsi Ilmu Fiqih tentang Najis pada Anjing di Masyarakat Indonesia

21 Desember 2023   11:38 Diperbarui: 21 Desember 2023   11:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika kita mencoba untuk menilik kembali sepanjang berjalannya tahun 2023, rasanya tidak sedikit berita, maupun unggahan kabar pada media sosial yang mengangkat tentang isu kekerasan pada hewan domestik, khususnya anjing, yang terjadi di berbagai penjuru kota Indonesia.

Mari kita awali tulisan ini dari berita seorang ustaz yang sempat ramai diperbincangkan masyarakat, lantaran, mengaku dengan sengaja menabrakkan kendaraan yang dikendarainya pada seekor anjing yang ia temui di jalan karena menganggap hewan tersebut adalah najis sehingga pantas untuk disakiti.

"Kutabrak juga seekor anjing, enggak tahu punya siapa. Dia lari pincang kakinya. Kalau kambing masih saya rem, tapi kulihat anjing, najis, kutembak satu yang paling depan,"

Lalu, berikutnya datang dari Kabupaten Natuna, tentang unggahan video yang memperlihatkan seorang pemuda menganiaya seekor anak anjing dengan cara dibanting berkali-kali hingga anjing tersebut tewas. Aksi penganiayaan tersebut tampak ditonton beramai-ramai dan direkam menggunakan ponsel oleh warga setempat yang menyaksikan.

Berita-berita tersebut merupakan sedikit dari banyaknya kisah tentang penganiayaan hewan yang terus berulang kali terjadi di Indonesia. Lantas, hal ini tentunya menimbulkan sejumlah polemik dan pertanyaan besar; Mengapa kita sebagai muslim harus membenci anjing? Mengapa Negara kita yang merupakan mayoritas beragama muslim, menjadi tempat yang tidak aman bagi hewan yang dikenal akan kesetiaannya tersebut? Bukankah kita sedari kecil diajarkan untuk selalu mengedepankan rasa cinta kasih sayang kepada sesama manusia dan juga makhluk-makhluk Allah lainnya?

Memahami mengapa ada seekor anjing yang mendapat jaminan masuk surga, sepertinya memang tidak mudah. Karena dalam surah al-A'raf, Alquran menjadikan anjing sebagai perumpamaan terhadap orang-orang yang telah mendapatkan ayat-ayat Allah, tetapi mereka memalingkan diri dari jalan Allah.

"Sekiranya Aku berkehendak, Aku bisa saja mengangkatnya, tetapi ia lebih condong pada kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya. Bagaikan seekor anjing, yang ketika kamu serang akan terengah-engah dengan lidah terjulur, namun saat kamu biarkan, anjing itu pun tetap berlaku demikian." (QS. 7:176)

Dalam Islam, hanya diperintahkan untuk menjauhi hewan-hewan yang memiliki najis, seperti anjing, dan apabila tersentuh, cukup dibilas tujuh kali dengan air dan satu bilasan menggunakan tanah. Tidak ada dalil untuk menyiksa anjing karena najisnya apalagi sampai membunuhnya. Membunuh makhluk hidup binatang tanpa alasan yang jelas tidaklah diperkenankan, terkecuali jika mengancam dan mengganggu keselamatan bersama.

Sebagaimana yang terkandung dalam surah al-Anbiya ayat 107, yang berbunyi; "Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin," Sesungguhnya Allah mengutus Nabi Muhammad untuk menjadi Rahmat bagi lil alamin (semesta alam), bukan hanya terbatas pada lil mu'minin (umat manusia), maupun lil muslimin (orang-orang muslim).

Kita pun juga perlu mengingat, bahwasanya anjing merupakan salah satu binatang yang ditegaskan dalam Alquran pasti masuk surga, yaitu anjing yang setia menemani Ashabul Kahfi.

Allah juga memperlihatkan keagungannya pada kita dengan menciptakan anjing, sesungguhnya anjing itu memiliki sifat baik, yang kalau ada pada diri manusia tentu orang itu akan memperoleh derajat yang tinggi, sebagaimana dijelaskan adalah sebagai berikut; banyak menanggung lapar layaknya orang yang sedang berpuasa; tidak memiliki tempat-tempat tertentu seperti orang tawakal; sering terbangun di malam hari layaknya orang yang akan menunaikan ibadah tahajud; jika dipukul ia akan kembali tanpa rasa dendam; tidak meninggalkan tuannya sekalipun telah kasar terhadapnya, layaknya seorang murid yang saleh; rela tinggal di mana saja, seperti orang yang rendah hati dan ikhlas; tidak berlaku tamak, dan makan secukupnya.

Ada pula kisah seorang sufi yang meriwayatkan ketika hendak keluar dari suatu kota, terdapat seekor anjing yang mengikutinya, dan melihat bangkai hewan untuk dapat dimakannya. Lantas, kemudian anjing tersebut berbalik arah, dan mengajak gerombolan anjing lainnya untuk makan bersama. Anjing tersebut diamati oleh para sufi hanya duduk terdiam memperhatikan gerombolan anjing lainnya makan. Setelah gerombolannya selesai makan, barulah anjing tersebut memakan sisa makanannya. 

Dari sana kita dapat belajar, jika anjing itu adalah makhluk yang setia kawan, mengajak kawannya untuk makan, tidak makan sendiri. Nilai-nilai yang justru terkadang tidak dimiliki oleh semua makhluk berakal seperti manusia, yang memiliki kecenderungan memiliki sifat tamak, dengan berlaku korupsi, bahkan hingga membuat lapar manusia yang lainnya.

Jika kita diperkenankan untuk membenci anjing karena dagingnya haram untuk dimakan, maka daging manusia pun haram hukumnya untuk dimakan. Perihal berikutnya adalah ketika kita membenci anjing karena najis yang terkandung dalam dirinya, maka air kencing manusia dan juga darah haid perempuan adalah tergolong najis. Lantas, apakah kita akan saling membenci sebagai manusia karena kedua hal tersebut?

Jika anjing dibenci karena air liurnya, memang sebagian besar ulama berpendapat bahwa air liur yang dimiliki anjing adalah najis, tetapi ulama tidak pernah menganjurkan untuk membenci dan menyakitinya. Sebagaimana air liur yang terdapat pada seekor anjing itu adalah najis secara kodrat yang ditetapkan oleh Allah sebagai bagian dari Rahmat-Nya.

Jika kita memiliki sejumlah alasan untuk membenci anjing, bukankah seharusnya kita juga mengingat tentang kandungan yang terdapat dalam surah al-Isra ayat 44? Sebagaimana dijelaskan tentang semua makhluk yang ada di bumi dan di langit itu semua bertasbih kepada Allah, baik itu hewan, tumbuhan, maupun bebatuan, dan seluruh makhluk lainnya yang ada di langit dan bumi, semuanya menasbihkan diri kepada Allah.

"Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS. 17:44)

Anjing dengan gonggongannya bisa jadi itu adalah cara dia untuk bertasbih kepada Allah, kita hanya tidak mengerti bahasa yang digunakannya. Justru, terkadang kita sebagai manusia sering kali lupa untuk mengingat dan bertasbih kepada Allah.

Nabi dalam suatu riwayat pernah mengatakan; "Naajasatul lisan al badaat," Jika liurnya anjing itu adalah najis karena memang secara kodrat, sedangkan manusia liurnya tidak, tetapi bisa menjadi najis secara makna, jika lisannya dipergunakan untuk berkata hal-hal yang buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun