4. Kritik dan Kontroversi:
Meskipun populer, Black Friday menghadapi kritik karena mendorong budaya konsumerisme dan materialisme. Beberapa berpendapat bahwa penekanan pada mendapatkan penawaran terbaik dapat menyebabkan pembelian impulsif dan tidak perlu, berkontribusi pada konsumsi berlebihan dan masalah lingkungan.
Selain itu, ada kasus cedera dan bahkan kematian akibat dorongan dan perkelahian di antara para pembeli. Sebagai respons terhadap kekhawatiran ini, beberapa pengecer telah menerapkan langkah-langkah untuk memastikan lingkungan belanja yang lebih aman, seperti penjualan pra-online dan perpanjangan jam belanja.
Kesimpulan:
Black Friday tetap menjadi acara yang signifikan dalam kalender ritel, menarik jutaan pembeli di seluruh dunia. Baik Anda memilih untuk menghadapi kerumunan di toko fisik atau lebih suka kenyamanan belanja online, daya tarik untuk mendapatkan penawaran bagus dan memulai musim belanja liburan tetap menjadi kekuatan yang kuat bagi konsumen dan pengecer.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H