Mohon tunggu...
Muhamad Thorik
Muhamad Thorik Mohon Tunggu... karyawan swasta -

I am a Muslim, a moderate one. A good Muslim is always a moderate, Islam never allows its followers towards any path of extremity (Quran 2:143). Hatred, fanaticism or diehardism towards anything or anyone, therefore, is unislamic (Quran 4:135; 4:103)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ingat “Pilkada“ Berjuta Jurus untuk Menarik Simpatik

26 Mei 2011   11:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:11 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berjuta jurus menggaet simpati pemilih dilakoni para Calon Gubernur beberapa waktu kini, ada yang mulai pasang bendera, baliho, stiker foto calon. Ada juga yang mulai merapat ke tokoh masyarakat, ulama, pendeta bahkan tokoh preman untuk sekedar meminta dukungan maupun do’a restu. Ada juga yang sontak berlagak dermawan dengan menyebar ”uwur” sembako, kaos dan kalender gambar Calon.

Harapan kita budaya kampanye Cagub/Cawagub nantinya bisa mulai mengkonsentrasikan pada masalah-masalah tematis dan mulai menggeser cara-cara pragmatisme dangkal. Pengumpulan massa dan pengibaran bendera memang tidak bisa ditinggalkan dalam setiap kampanye. Tetapi yang lebih mendasar bukan hanya dengan pengerahan massa tetapi bagaimana merencanakan sebuah kampanye menjadi menarik dan menjanjikan perubahan.Parpol dan kandidat Calgub/Calwagub dituntut memulai sebuah strategi yang benar-benar baru. Misalnya, memberikan contoh unsur-unsur kampanye yang berbeda dari kampanye pemilu pada umumnya, yakni meliputi unsur teknik, target dan sebagainya.Kita bisa melihat kemenangan Barac Obama karena ditunjang ketika ia berakrobatik memainkan isu dalam kampanye pemilihan Presiden AS. permainan isu kampanye kemenangan dan kemenangannya dalam membangun aliansi partai pendukung juga karena permainan isu kampanye

Semestinya pemilihan Calgub di Banten mulailah bermain dengan isu tentang keadilan sosial, masalah tenaga kerja dan pendidikan yang bisa menjadi isu sentral kampanye P[ILGUB mendatang. Meskipun bobot masing-masing bidang tersebut tentunya sangat berbeda.Pemilih pinggiran yang cenderung tradisional tentu akan lebih mengutamakan keadilan sosial dan perekonomian, sedangkan pemilih terpelajar akan banyak menuntut perbaikan ekonomi, juga lapangan kerja dan pendidikan justru menjadi faktor yang lebih penting. Pada dasarnya substansi pembahasan tema kampanye ini akan menentukan motivasi pemilihan.Meskipun bagi pemilih tradisional komposisi figur akan sangat menentukan pilihannya, karena pemilih tradisional lebih melihat ikatan idiologis sosok kandidat daripada pilihan atas dasar program. Sementara pada pemilih rasional yang terpusat di perkotaan akan lebih memilih menurut substansi program.

Oleh karenanya, pemilih tradisional sering terjebak dalam kampanye yang meletakan penampilan tokoh-tokoh sebagai daya tarik tanpa memandang kapabilitas. Artinya, penampilan kandidat yang sensasional lebih menyihir sebagai daya tarik, daripada visi dan program. Ketika faktor visi dan program cenderung dikorbankan, maka oreintasi pemilih hanya melihat penampilan saja.mengusung tokoh-tokoh lokal yang dekat dengan akar rumput. Ikatan sentimen idiologis pada masa kini akan semakin memudar karena meningkatnya sentimen emosional dan kedekatan dengan Cagub menjadi dasar pilihan.Personalisasi Politik Pemilih kita tidak bodoh. Mereka akan melihat kampanye bukan lagi sebagai retorika-retorika kosong atau pola-pola “adu citra”. Karena bagaimanapun, pemilih kini telah memiliki antena yang lebih peka untuk menilai kemampuan kandidat. Terutama kepada peran Calon yang akan mereka pilih sungguh mengemban amanat dan aspirasi rakyat ?

Sejalan dengan perkembangan ini setiap kampanye harusnya memunculkan pertanyaan-pertanyaan tentang konsekuensi politik, yakni tentang peluang dilakukannya reformasi dan perspektif pembelaan aspirasi rakyat. Pertanyaan ini tidak hanya berhenti di sini saja, namun masih ada pertanyaan-pertanyaan lain, yakni tentang munculnya faktor-faktor yang menentukan sikap pemilih dalam pemilu tersebut, tentang arti kondisi ekonomi dan tentang pengaruh personalisasi yang meliputi moralitas figur kadidat.

Sehingga dalam PILGUB Banten diharapkan munculkan peran pribadi kandidat (personalisasi) yang konsekuen dan dapat diinterpretasikan sebagai teori kepahlawanan politik.

Pada saat ini yang dikhawatirkan adalah pola-pola ”penghukuman” terhadap mereka maupun partainya dalam bentuk tidak mengikuti pemilu(golput). Pemilu PILGUB kali akan berbeda dengan munculnya tuntutan yang kuat terhadap aktualisasi figur kandidat. Mereka yang berhasil meraih kesuksesan adalah yang mampu mepresentasikan moral dan keyakinan politik mereka secara kompak, utuh dan talenta politik yang sangat menonjol.

Dengan kata lain, loyalis (pemilih) sewaktu-waktu bisa saja menjadi “musuh” mereka, karena tidak adanya visi dan kinerja yang dianggap kredibel ketika mereka menjabat. Meskipun bagi pemilih tradisional sering terjebak oleh sihir penampilan tokoh-tokoh yang memikat tanpa memandang kapabilitas, tetapi siap-siap saja mereka kecewa ketika melihat kiprah pilihannya.

Ketika faktor visi dan program cenderung dikorbankan, oreintasi pemilih hanya melihat penampilan. Maka yang akan muncul adalah petualang-petualang politik, para oportunis dan orang-orang pemegang kapital dan kekuasaan yang akan mementaskan panggung politik karena merekalah yang bisa memainkan panggung sandiwara politik.

Fenomena meningkatnya angka golput dalam pilkada Pilgub dan Pilwalkot beberapa waktu lalu merupakan indikasi merosotnya kepercayaan masyarakat terhadap politisi. Masyarakat cenderung jenuh pada perhelatan politik, pemilu dipandang sebagai kegiatan rutin yang nyaris tidak memberikan perubahan signifikan. Akibatnya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan politik menjadi rendah.

Realisasi janji kampanye sering dilupakan ketika mereka telah duduk sebagai wakil rakyat atau pemangku kekuasaan. Jika tujuan jangka panjang strategi politik hanya untuk kemenangan saja, maka perjuangan politiknya tampak sebagai perjuangan ke arah kekuasaan semata atau hanya menggapai kekayaan pribadi. Oleh karenanya, pada masa kampanye pilgub nanti yang perlu diusung adalah reaktualisasi kampanye tematis dan kontrak politik. Dimana ajang kampanye bisa dilihat sebagai medium pendidikan politik, dialog politik dan konsultasi politik.

Dalam hal ini kampanye tematis menjadi wacana yang bersifat strategis, dan jika kita ragu akan janji kampanye itu, maka pilihan ”menghukuman” terhadap mereka tentunya merupakan pilihan lain secara politik.  (kontak-banten.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun