Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Manusia Langitan (Melawan Gravitasi Dunia)

19 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 4 Maret 2024   21:43 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali diri mendengar istilah manusia langitan hanya disempatkan kepada orang-orang yang berilmu tinggi dan hidupnya selalu dipuja karena dirasa memiliki sebuah kharismatik.  Pemahaman diri yang demikian akan mengakibatkan pembangunan pembatas hidup bahwa tidak mungkin akan mampu menyamai orang-orang atau tokoh-tokoh seperti itu.  Ketika hal itu sudah menjadi sebuah asumsi yang berkembang maka diri tak pernah akan mampu bahwa hanya sebatas pengekor atau pengikut yang mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dengan sang tokoh tersebut.

Bahkan mungkin fenomena yang berkembang orientasi pikir diri akan membenarkan bahwa menjadi pengikut yang gemar berkunjung ke orientasi raga (tempat-tempat yang disinggahi/makamnya) agar mendapatkan ketentraman diri bahkan meminta berkah untuk kehidupan dari mereka.  Ketika hal ini terjadi bukankah ini merupakan sebuah pilihan jalan yang keliru akibat kemalasan diri dalam baca dan belajar tentang ilmu.  Dan mengakibatkan diri lupa dengan posisi sebagai pribadi yang sempurna.

Kelupaan diri menelisik dengan sesuatu yang non raga yang dapat digali dengan pencarian ilmu atau pemahaman tentang kehidupan yang di miliki mereka (sebab-sebab) menjadikan dirinya sebagai  seorang yang kharismatik merupakan dampaknya.  Hal ini mengakibatkan kehidupan diri bagaikan hewan ternak yang dibatasi oleh pagar-pagar ilmu yang kurang benar. Dan malah menjadikan diri takut menerjang atau menembus batas karena khawatir tak dapat bertahan hidup karena unsur raga yang kekurangan.

"Tak mungkin diri mampu" adalah sering kali terbenam dalam hati diri kita manakala berbicara tentang manusia langitan.  Bukankah ini sudah menjadi pembatas kehidupan dalam pencarian identitas diri sebagai manusia.  Padahal Sang Pencipta menciptakan manusia dari unsur yang sama dan diberi modal yang tidak berbeda pada setiap diri yang diciptakan. Dan tidak heran dalam kehidupan sekarang hidup bukan semakin menjadi tinggi kualitasnya melainkan semakin menyempitkan pagar diri untuk mengembangkan diri menjadi diri yang sempurna.

Kerugian dalam berdagang adalah kata yang tepat manakala diri dalam kondisi yang demikian.  Tidak pernah mendapatkan keuntungan (kebahagian atau kenikmatan hidup) adalah yang diterimanya karena perilaku mengurangi takaran timbangan untuk menjadi manusia sempurna dilakukan akibat kepemilikan pikir yang demikian.  Modal yang dimiliki tidak berkembang dan bahkan semakin menyempit akibat perilaku ketidak sadaran diri dalam menggunakan pikir untuk mengembangkan potensi diri sebagai manusia.

Tugas baca dan belajar adalah hal pokok yang harus dilakukan   oleh setiap diri manusia agar dapat mencapai kesadaran hidup.  Maka ketika diri tidak sadar ibarat diri hidup dalam kondisi koma ataupun dapat dikatakan selalu dalam posisi "mabuk".  Berarti posisi koma atau mabuk bukan karena perilaku minum minuman keras atau sakit melainkan sebuah proses belajar yang keliru akibat dari keterbatasan penjara pemahaman tentang kehidupan sebagai diri manusia. 

Beban Gravitasi Dunia

Memahami tentang gravitasi bumi atau dunia maka orientasi pikir akan selalu pada pemahaman para fisikawan yang menyatakan bahwa manusia bisa hidup manakala magnet bumi masih bekerja.  Namun ketika gravitasi hilang akan menjadi diri mengambang di udara dan tidak dapat hidup di dunia ini.  Maka tidak heran manakala pemahaman ini berlaku kehidupan diri akan selalu pada hal-hal yang bersifat keduniawian dan menganggap bahwa hidup di awan adalah hal yang mustahil untuk dilakoninya.  Manakala diri mengartikan gravitasi secara sempit seperti ini maka hidup akan fokus pada cinta pada dunia.

Sejalan dengan pemahaman umum gravitasi adalah sebuah fenomena alam yang memiliki massa atau energi di alam semesta yang menyebabkan kehidupan dapat berkembang akibat tarikan magnet yang besar. Gravitasi tidak hanya terdapat pada dunia (bumi) saja melainkan bisa terjadi di ruang angkasa (langit).  Akibat diri tidak membaca secara benar dan lengkap maka mengakibatkan diri terpenjara bahwa gravitasi hanya ada di bumi ini. 

Padahal makna gravitasi adalah sebuah perjalanan diri yang harus dilakukan dan dilampaui oleh setiap insan agar menjadi manusia yang diciptakan dari tanah untuk menjadi diri insan langitan.  Semakin tinggi diri mengudara di langit maka diri akan memiliki rotasi garis edar yang luas.  Dan semakin tinggi diri dalam mengudara akan menjadikan diri mudah untuk melaksanakan tugas sebagai insan yang sempurna.

Hal ini ditegaskan bahwa diri manusia yang mampu mengemban tugas dari Sang Pencipta adalah para manusia langitan yang memiliki kesadaran akan pentingnya mengelola gravitasi.  Pengelolaan gravitasi inilah seharusnya menjadi acuan untuk kehidupan diri agar mampu berjalan di dunia ini sebagai seorang musafir.  Apabila diri tidak mampu mengelola gravitasi maka ibaratnya diri diciptakan dari tanah dan hidup untuk mencari tanah agar raga tetap tegar namun memiliki perilaku yang tidak sesuai dengan kehendakNYA .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun