Sering kali diri mendengarkan sebuah syair dan kata yang terbingkai dalam sebuah irama, dan tanpa disadari diikuti dengan tetesan air mata yang ada di pipi ataupun sekedar mata yang berkaca-kaca.  Hal ini mungkin adanya sebuah koneksi ataupun "aroma" kerinduan dan kenangan kepada kekasih yang meningkatkan emosi akibat dari irama yang di dengarkan. Fenomena seperti ini banyak terjadi pada setiap diri manusia dan  mungkin tidak banyak yang menindaklanjuti mengapa hal ini bisa terjadi atau malah hanya dianggap sepintas seperti sebuah kerinduan yang terlintas.  Â
Padahal mungkin fenomena ini terjadi karena adanya sebuah letupan yang muncul dari dasar hati akibat memendam "aroma kerinduan" kepada sang kekasihnya. Â Letupan hati yang muncul diluar kesadaran diri ini sebetulnya merupakan pengingat pada sebuah tujuan yang ingin dicapai. Â Namun karena adanya sebuah rintangan yang mungkin menjadi penghalang menjadikan diri lupa pada tujuan yang seharusnya di raihnya.
Setiap diri manusia memiliki cara untuk mendapatkan cinta dari sang kekasihnya. Â Perjuangan untuk meraih cinta tersebut dilakukan dengan berbagai cara seperti menemukan cara bagaimana diri untuk mencapainya. Â Dan termasuk juga semangat yang tak kenal lelah untuk meraihnya walaupun tembok besar menghalanginya.
Ibarat seperti melakukan ibadah haji ada banyak cara yang dilakukan sampai bagaimana diri harus mengumpulkan bekal perjalanan dan cara untuk menunaikan hal tersebut. Â Jika diri melihat tujuannya pasti akan menemukan hal sama untuk mencapai satu tujuan. Karena setiap hati pasti menginginkan bertemu dengan sang kekasihnya. Â
Perbedaan hanyalah sebuah proses yang harus dijalani karena di dasarkan oleh kadar pemahaman yang dimilikinya. Â Namun hakekatnya perbedaan ini masih dalam rerangka murni dalam mencari jalan menuju aroma sang kekasih. Dan bukan di dasarkan oleh rasa kecemburuan yang hanya sekedar untuk menjatuhkan diri manusia lain agar merasa perjalanannya terbebas dari gangguan dari manusia lain.
Jalan Menuju Sang Kekasih
Setiap hati yang dimiliki oleh diri manusia memiliki hubungan, kerinduan, dan kecemburuan terhadap sang kekasih. Â Namun antara rindu dan cemburu yang dimiliki tidak akan mengganggu dari "aroma sang kekasih". Malah mungkin akan menjadi sebuah cerita yang menyertai untuk mendapatkan cintanya.
Perjuangan diri mendapatkan jalan cinta sang kekasih mungkin banyak berbeda-beda dengan kadar perjuangan yang berbeda pula.  Maka tidak logis manakala diri merasa paling benar jalannya bila dibandingkan dengan jalan para pencari cinta yang lain.  Tapi realita banyak diri  manusia yang selalu memperdebatkan pergulatan dan perbedaan jalan yang berbeda ini serta menganggap bahwa jalan orang lain adalah salah.
Kengototan diri atas pendapat bahwa diri kita yang paling benar sebetulnya merupakan bentuk ketidak cakapan diri atas pengetahuan yang dimiliki. Â Seperti katak dalam tempurung yang sekedar memahami apa yang ada di dalam tempurung namun tak pernah mau melihat jalan di luar yang sangat luas dan banyak pengetahuan untuk mencari jalan cinta. Â Jika diri sampai tujuan maka hakekatnya perbedaan tersebut hanyalah seperti terjadi perbedaan jalan saja untuk menuju rumah sang kekasih.
Pemahaman akan pengetahuan adalah muara dari perbedaan jalan tersebut.  Dan pengetahuanlah yang sebetulnya merupakan pembangunan prinsip diri yang berupa keyakinan hidup.  Dan keyakinan inilah yang merupakan bentuk abstrak dan dimiliki oleh setiap diri manusia karena ada di dalam hati dan tidak dapat dihakimi. Â
Perbedaan keyakinan ini baru dapat terlihat manakala  mengalir dalam lisan yang berbentuk ungkapan atau kata-kata dan menggerakkan tubuh manusia untuk melakukan aksiden.  Dari ungkapan dan aksiden diri manusia inilah baru muncul apakah perjalanan untuk menemukan aroma sang kekasih adalah salah atau benar.  Namun pembenarannya pun juga didasarkan atas pengetahuan yang universal bukan dengan pemahaman yang sepotong-potong.