Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Potensi Diri (Build your self up 3)

11 Februari 2023   05:00 Diperbarui: 11 Februari 2023   05:27 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pertama: Bahan yang bersifat kehewanan yang ada pada diri manusia.  Bahan ini adalah unsur awal yang dimiliki oleh manusia dan juga merupakan hal yang dimiliki oleh hewan pada umumunya.  Bentuk dari bahan ini adalah hal-hal yang bersifat dunia material karena tujuannya adalah untuk proses dan liku-liku kehidupan manusia di dunia ini.  

Dikatakan sebagai hal-hal yang bersifat kehewanan karena merupakan hidangan yang bersifat memuaskan secara material pada diri manusia.  Kepuasan ini merupakan dorongan keinginan yang  muncul dari nafsu dan harapan yang tidak ada bedanya dengan hewan.  Maka bahan ini juga melekat dan dimiliki pada makhluk lain yang hidup di dunia ini.

Bahan yang dijadikan sebagai dasar yang membentuk diri dan menjadi prioritas dalam mengembangkan pemahaman jika didominasi oleh sifat kehewanan maka yang muncul adalah pengetahuan bagaimana diri manusia bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya.  Dan pasti aturan main yang menjadi peraturan hidup adalah hukum rimba.

Istilah adanya perbedaan derajat akibat adanya penguasa dan yang dikuasai didasarkan atas kekuatan materi yang dimilikinya. Dan  semakin kuat pemahaman/kepemilikan materi yang dimiliki maka akan semakin berkuasa diri manusia tersebut.  Dan semakin lemah pemahaman/kepemilikan tentang materi yang dimiliki maka semakin tertindas dalam kehidupannya.

Ketika pembangunan diri hanya berorientasi pada bahan ini maka sebetulnya diri adalah makhluk hewani yang rapuh dalam kekuatannya bahkan mungkin bisa dijajah oleh hewan yang sesungguhnya.  Kerapuhan ini akibat diri tidak memiliki pondasi kuat yang berupa non fisik (kesempurnaan kemanusiaan) dan merupakan kerangka dasar kehidupan yang kuat untuk menjadi "manusia".  Ataupun ketika diri  berkuasa di dunia ini akan berperilaku seperti hewan malah mungkin lebih buas dan kejam dibandingkan dengan hewan yang sesungguhnya.  

Sebuah kerugian manakala diri hanya berorientasi pada bahan untuk proses pembangunan diri yang berorientasi pada sifat kehewanan ini.  Hal ini dikarenakan diri menjadi pribadi yang lalai dan menjadikan diri sebagai makhluk yang melupakan sifat-sifat Tuhan.  Sifat hewani pasti akan menjadi kepribadian diri dan hal ini menjadikan diri semakin menjauh Sang Pencipta.

Kedua: Bahan yang bersifat kemanusiaan yang ada pada diri manusia.  Bahan ini adalah unsur tambahan namun bersifat utama dalam proses pembangunan diri manusia.

Bahan kemanusiaan ini sebetulnya merupakan sebuah hal yang sudah melekat pada diri manusia.  Namun bahan tersebut menjauh dari diri kita manakala manusia dilahirkan di muka bumi ini.  Menjauhnya bahan tersebut merupakan skenario yang diciptakan agar manusia hidup dengan mengupayakan dan berusaha agar diri menjadi manusia yang tangguh.  Bentuk upaya dan ketangguhan inilah merupakan pembunuh sifat-sifat hewani yang ada pada diri manusia.

Skenario yang mendidik dari Sang Pencipta agar diri selalu berusaha maksimal dalam kehidupan. Proses pencarian inilah sebetulnya merupakan kewajiban manusia agar selalu "baca dan belajar" agar menemukan bahan kemanusiaan yang menjadi bekal untuk kehidupan di dunia ini.  Memang bukan hal yang mudah dan sepele untuk menemukan bahan ini, namun Sang Pencipta menjamin bahwa diri manusia mampu menemukannya.

Bahan yang bersifat kemanusiaan inilah sebetulnya merupakan konektivitas diri dengan Sang Pencipta agar mampu menjalankan tugas yang diemban manusia di muka bumi ini.  Manakala konektivitas diri ini dapat tercapai maka derajat sebagai manusia yang sempurna dan memiliki derajat yang tertinggi adalah gelar yang pantas untuk disandangnya.  Bukan hal yang ringan untuk diraihnya karena Sang Pencipta juga menyatakan tidak sedikit dari diri kita yang gagal meraihnya.

Kegagalan ini diakibatkan karena godaan materi dan bisikan dari sang pengganggu yang sebetulnya menolak kehadiran manusia untuk dijadikan penerima mandat tugas di bumi ini.  Mungkin diri bisa menyadari dimana kondisi diri kita sekarang ini berada, apakah dalam kondisi orientasi sifat hewani atau dalam dominasi sifat kemanusiaan.  Kesadaran dibutuhkan untuk menyeimbangkan kembali atau mengganti bahan bangunan yang sudah terdapat dalam diri kita sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun