Time is money adalah sebuah slogan yang biasa dilakukan oleh setiap diri kita sekarang ini. Sifat keiklhasan dan kemanusiaan sudah menghilang dari diri kita akibat dari pemahaman tersebut. Â Mungkin bukan dianggap sebuah kekeliruan ketika diri tak pernah menyadari dan lepas dari hal yang bersifat religiusitas. Â Karena setiap diri kita akan selalu termotivasi untuk tujuan diri mendapatkan materi sedangkan hal religuisitas dan kemanusiaan hanyalah unsur pelengkap dalam kehidupan.
Paham materialisme muncul akibat lemahnya diri dan tidak mampu mengendalikan penyakit dasar yang menjangkiti setiap diri manusia yaitu rasa khawatir dan keluh kesah. Â Dua penyakit ini merupakan sebuah unsur yang melekat pada diri kita ketika manusia diciptakan. Â Namun Sang Pencipta memberikan obat keseimbangan yaitu "keyakinan dan jaminan kehidupan" agar diri manusia mampu mengendalikan penyakit tersebut.
Keyakinan dan jaminan kehidupan ini merupakan sebuah bangunan yang harus terus dibangun dengan usaha belajar sepanjang masa.  Karena sebuah bangunan maka tidak mungkin berdiri secara instan tanpa perjuangan.  Perjuangan ini akan memunculkan keyakinan manakala pengetahuan tentang hakekat "hidup" dapat dipahami.  Titik pencapaian inilah  potensi diri sebagai manusia ditemukan sehingga menjadikan rasa yakin bahwa hidup ini harus dijalani dengan kesadaran dan penerimaan.
Hakekat Materialisme
Kesadaran dan sifat kritis yang dibangun diri sebagai manusia merupakan langkah awal dalam belajar. Â Karena dengan kesadaran dan sifat kritis adalah sebuah bentuk pembukaan mata dan telinga sebagai sumber informasi untuk menemukan hikmah dari kehidupan. Â Ketika mata dan telinga mampu menangkap informasi yang keliru dan dilanjutkan diproses dalam indra (pikiran, perasaan dan keinginan serta hati sebagai penyelaras atau motor kerja) akan memberikan motivasi untuk memperbaiki diri agar tidak terjebak dalam arus yang menyesatkan.
Sebetulnya paham materialisme bukanlah hal yang bertentangan atau berbeda jalur dengan proses perjalanan kehidupan diri pencarian potensi jati diri manusia. Â Karena materialisme adalah hakekatnya adalah sebuah paham yang seharusnya menjelaskan alur pikir bahwa diri manusia adalah hanya sebuah bahan dasar untuk menjadi pemimpin atas alam semesta. Â Untuk mencapai kesempurnaan menjadi manusia diri harus mencari unsur "materi" yang menjadikan pelengkap agar menjadi makhluk yang sempurna.
Unsur materi yang menjadikan diri sebagai makhluk yang sempurna ini merupakan sebuah zat yang abstrak (non materi) namun merupakan bahan dasar atau modal untuk  penyeimbang dalam kehidupan.  Unsur materi inilah yang diberikan kepada diri manusia sebagai pembeda dengan makhluk lain dan juga merupakan tangga untuk naik derajat.  Namun manakala unsur materi ini tidak dapat dicapai maka diri hakekatnya adalah makhluk yang memiliki derajat terendah dibandingkan dengan lainnya.
Perjuangan menemukan materi ini memang disertakan pada diri setiap insan manusia. Â Namun materi ini ibarat "ujung tangga atau alat konektivitas" kepada Tuhan. Â Dibutuhkan kerja (hidup dan belajar) yang berat untuk meraihnya karena materi merupakan mahkota perjuangan diri sebagai pembeda dengan yang lain. Â Manakala diri tak memiliki semangat dan tidak berusaha untuk meraihnya maka perjalanan manusia dalam kehidupan hanya pada tuhan diri manusia yaitu ego diri.
Pengubahan atau dekonstruksi atas paradigma paham materialisme perlu dilakukan. Makna paham materialisme tidak sempit hanya fokus pada kebendaan yang bersifat fisik semata namun merupakan sebuah kesempurnaan pemahaman yang berisi keseimbangan bahan atau dasar jati diri manusia. Â Karena diri manusia di tempatkan dalam derajat yang tertinggi jika mampu meraih materi yang diharapkan.
Dekonstruksi atas makna paham materialisme sebagai sebuah alur pengetahuan yang benar dilakukan dengan melakukan pelebaran pemahaman atas unsur materi yang sesungguhnya. Â Karena materi itu sendiri berarti sebagai sebuah bahan yang melekat pada diri baik dari unsur fisik maupun non fisik sebagai bentuk keseimbangan dan kesempurnaan manusia dalam kehidupan. Â Pelebaran orientasi materi ini menunjukkan bahwa sebetulnya paham materialisme adalah tidak keliru namun sekedar terpangkas akibat pemahaman yang tidak sempurna.
Penguatan atas paham materialisme yang benar selalu diupayakan agar tidak keliru karena merupakan paham utama yang harus diyakini agar selamat dalam perjalanan di kehidupan di dunia ini. Â Paham materialisme bukan hanya pada orientasi pada kebendaan melainkan sebuah bentuk pemahaman kemanunggalan diri agar menjadi manusia yang sempurna.