Banyak buku yang muncul membahas tentang self improvement yang beredar di pasaran. Tujuan dari para penulis adalah mengajak diri sendiri dan pembaca untuk selalu mengingat akan kondisi kehidupan manusia yang mudah sekali terkena stress akibat tekanan dari dunia luar. Tekanan eksternalitas yang muncul menjadikan beban diri dan menjadikan hidup mudah putus asa, kehilangan motivasi hidup dan bahkan diikuti dengan penyakit-penyakit yang menjangkitinya.
Kesadaran inilah yang menyebabkan diri yang baru belajar untuk menulis mulai menggali kondisi-kondisi yang mungkin selama ini menjadi penjara dalam kehidupan. Penjara bukanlah sebagai bentuk fisik melainkan hal yang bersifat non fisik namun menjadi beban pikir diri setiap manusia. Sebetulnya menurut penulis inilah yang merupakan hakekat penjara yang sesungguhnya karena membatasi ledakan potensi diri sebagai manusia yang sesungguhnya yaitu sebagai makhluk yang sempurna.
Kesadaran diri akibat kekeringan ini memunculkan sebuah ide bagaimana diri seharusnya selalu intropeksi atau memaknai peristiwa yang telah terjadi dan meneruskan lelaku sebagai manusia yang sesungguhnya agar dapat menjadi diri sebagai kekasih sang Pencipta. Rangkaian muncul menjadikan sebuah kata-kata yang tersambung ini menjadikan buku baru yitu dengan judul TERAPI DAN rEKONSTRUKSI DIRI .
Buku ini mengajak diri untuk mengkoreksi posisi diri dibagian mana sebetulnya terjebaknya diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Buku ini dibagi menjadi lima bagian. Kelima bagian ini menggambarkan kondisi dan realita yang seharusnya di jalani oleh manusia dalam kehidupan di dunia ini. Kelima bagian dalam buku ini dapat digambarkan secara singkat dan dalam bentuk cerita ringan untuk memudahkan pembaca untuk memahami kondisi “palsu” dan kondisi “asli/seharusnya” yang ada dalam kehidupan.
Pertama: Bagian Nol,
Pada bagian ini membahas tentang tingkah laku dan perilaku diri manusia dalam kehidupan tanpa memiliki dasar hidup yang berdasarkan pada pemahaman dan pengetahuan yang benar sesuai dengan buku panduan. Bagian ini ibarat seperti sebuah kehidupan yang dijalani manusia dengan tujuan hidup yang baik namun tidak berdasarkan buku Panduan akan tetapi berdasarkan atas norma dan aturan yang berkembang dengan teori yang manusia kembangkan dengan menggunakan buku panduan yang lain. Ibarat kehidupan manusia di bagian kehidupan yang diluar jalur dari kehendak Sang Pencipta. Maka bagian ini disebut sebagai bagian diri dalam kekeliruan.
Kedua: Bagian Satu
Bagian ini membahas tentang tingkah laku dan perilaku manusia pada level terendah dalam pemahaman keilmuwan. Bab ini penulis namakan sebagai bagian diri mengenal pendidikan. Ibarat orang yang baru dilahirkan dari bagian nol kemudian diri mengenal akan pendidikan setingkat TK. Level pendidikan yang demikian laksana bagian yang baru kenal dan dikenalkan akan ajaran dari orang lain. Sehingga kemampuannyapun baru sebatas pada pendengaran dan penghilatan. Diri pada bagian ini sudah merasa puas jika diri sudah mampu melaksanakan “ritual” sebatas pada “ritual” fisik tanpa mengerti makna dan hekekat akan perbuatan yang dilakukan. Banyak diri kita yang terjebak pada bagian ini dan merasa sudah puas karena sudah banyak “hafalan dan ritual” yang mencerminkan peribadatan diri kepada Sang Pencipta. Bagian kehidupan ini bagai dalam kerangkeng fenomena kehidupan dimana kehidupan hanyalah sebatas untuk kepentingan yang hanya diukur dari fisik atau jasmaniah saja.
Ketiga: Bagian Dua
Bagian Dua ini membahas tentang diri yang sudah memiliki bekal dasar untuk belajar lebih lanjut agar mendapatkan jalan kehidupan yang benar untuk mendapatkan rute perjalanan yang benar. Maka bab ini dinamakan sebagai Bagian Diri Dalam Perjalanan. Isi dari bagian ini adalah perwujudan atas polah diri kita yang menjalani kehidupan setelah diri merasa memiliki ilmu dasar untuk membaca peta perjalanan. Maka ketika diri merasa yakin dengan peta tersebut dan membentuk sebuah prinsip hidup yang menguatkan keyakinan dalam menjalani kehidupan di dunia untuk mendapatkan bekal sebagai tamu di rumah Sang Pencipta. Waluapun sebetulnya peta perjalanan ini masih merupakan sebuah “katanya” dari orang lain namun keyakinan dan kepercayaan atas kebenaran perkataan orang lain yang mendominasi perilaku serta pemikiran diri.