Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Kenali Potensi Diri

24 Juli 2022   05:00 Diperbarui: 24 Juli 2022   06:14 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak peristiwa sekarang ini silih berganti terjadi di sekeliling kita dan menjadi tajuk utama di media informasi yang ada.  Mulai dari wabah covid yang sampai sekarang ini belum reda hingga peristiwa baru sebuah "sandiwara di penegak hukum" yang terjadi. Peristiwa atau kasus kasus tersebut menjadikan pusat perhatian masyarakat dan menjadi perenungan apakah hanya terbuai dan sekedar pemerhati dalam mengikuti kabar terbaru yang terjadi atau mampu menangkap makna yang dihubungkan dengan kondisi kehidupan diri kita sekarang ini.  

Ketika diri tak memiliki kemampuan untuk memaknai maka ibarat diri hanya sebagai penonton yang menunggu hasil akhir dari peristiwa yang disajikan oleh media masa.  Hal ini sepertinya diri kita adalah hanya sekedar buih yang terombang-ambing dalam arus drama kehidupan.  Maka hal ini mengakibatkan hasilnya adalah sebuah komentar atas perasaan senang dan sedih dari peristiwa yang sedang terjadi.  

Atau malah mungkin tidak memiliki ketertarikan atas peristiwa yang "hangat" karena merasa tak memiliki dampak dalam kehidupan yang akan dijalaninya. Kondisi  demikian ini ibarat diri adalah masa bodoh atas  peristiwa yang terjadi sehingga tidak memiliki arti atau nilai baru tentang hidup yang seharusnya menjadikan tambahan pemahaman pengetahuan untuk bekal kehidupan di dunia ini

Namun ketika diri memiliki kemampuan maka akan memberikan bahan baru yang berupa pengetahuan agar mampu selalu memperbaiki posisi diri di kehidupan di dunia ini.  Karena tidak mungkin Tuhan memberikan peristiwa lewat aktor-aktor manusia tanpa ada makna dibalik kejadian tersebut.  Peristiwa-peristiwa yang terjadi merupakan pemahaman pengetahuan untuk membangun diri agar selamat dari badai kehidupan di dunia ini.

Kenali Potensi Diri

Kehidupan manusia memang tak terlepas dengan keadaan dan kondisi yang terjadi di sekelilingnya.  Keadaan ini memang karena keberadaan sudah melekat dalam kehidupan sehari hari akibat pengaruh yang berasal eksternal maupun keadaan yang diakibatkan oleh diri kita sendiri.  Posisi diri yang demikian ini mengharuskan diri harus mampu mengelola sikap dan posisi agar tidak ikut arus dan terjebak dalam kondisi.  Karena ketika diri hanya sekedar mengikuti arus maka ibarat memasuki penjara keadaan yang menyebabkan hidup hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan kondisi.

Banyak sindiran yang tertuju kepada diri kita yang mengatakan "apakah diri tak pernah berpikir/apakah diri tak pernah bersyukur?" atas terjadinya peristiwa-peristiwa yang ada.  Ketika diri tak pernah berpikir atau merenung maka sindiran itu tidaklah dianggap menyakitkan karena diri sudah merasa dalam kehidupan selalu berpikir dan selalu mengucapkan syukur kepada Sang Pencipta.  Berarti mungkin ada yang salah dari cara atau prosesi diri dalam berpikir dan bersyukur selama ini yang mengakibatkan perbuatan tersebut tidak diakuiNYA.

Tidak mungkin sindiran itu diulang berkali-kali tanpa ada makna yang tersirat mengingat diri manusia adalah makhluk yang suka lalai dan senang berperang karena dalam hidupnya selalu di kelilingi rasa kuatir.  Maka diulangnya sindiran tersebut adalah sebagai pengingat agar diri selalu berpikir untuk mencari hakekat dari sebuah kata atau peristiwa yang ada.  Karena diciptakannya diri kita adalah sebagai makhluk yang memiliki derajat sempurna dan tertinggi dibandingkan dengan yang lain.

Oleh karena itu perlu kirannya dalam kehidupan ini diri mampu mengenal DIRI yang sesungguhnya melalui kepemilikan yang dimiliki oleh diri sekarang ini.  Pengenalan diri yang sesungguhnya merupakan potensi yang sebenarnya dimiliki agar diri tak terjebak dalam kondisi yang menyebabkan dalam kehidupan selalu dalam rasa kuatir tentang perjalanan di kehidupan ini.  Karena rasa kuatir inilah sebagai penyakit yang menjadikan lupa akan potensi diri sebagai manusia yang sesungguhnya.

Potensi diri merupakan sebuah kemampuan yang memiliki kemungkinan untuk dikembangkan melalui proses berpikir secara mendalam.  Karena dengan kemampuan ini diri kita akan memiliki kekuatan, kesanggupan, dan daya untuk mampu hidup dan mempertahankan hidup yang sesungguhnya di tengah himpitan godaan kondisi yang ada.  Potensi diri manusia inilah yang merupakan jawaban atas protes dari para malaikat sewaktu menolak posisi diri diciptakan oleh Tuhan.

Kepemilikan potensi diri ini dimiliki oleh setiap manusia yang hidup di dunia tanpa kecuali dan tanpa ada perbedaan di antara sesama manusia. Bahkan Tuhan pun mengingatkan diri kita ketika diri mau lahir di kehidupan di dunia ini mengenai potensi diri yang dimiliki agar selamat dalam kehidupan di dunia.  Dalam mengingatkan pun diberikan alternatif apakah diri mau menggunakan potensi yang dimiliki sehingga menjadikan diri selamat atau lalai dengan potensi yang dimiliki sehingga mengakibatkan diri merugi dalam kehidupan di dunia ini.    

Namun realitanya setelah diri kita hidup di dunia banyak yang lupa dengan potensi yang dimilikinya akibat dari desakan atas kondisi yang berada di lingkungan hidupnya.  Kondisi yang demikian ini karena dominasi dari rasa khawatir atau perasaan was was tentang masa depan yang dijalani.  Sehingga kehidupan hanya fokus pada saving kebutuhan karena penjara pada perasaan tersebut.  Hal ini mengakibatkan kekeliruan orientasi karena hilangnya makna potensi diri yang dimiliki akibat penjara dari kondisi kehidupannya.

Penjara pemahaman pengetahuan yang hanya orientasi fisik/material mengakibatkan diri salah dalam memahami makna atas sebuah isyarat peristiwa yang terjadi agar dijadikan bahan untuk bekal kehidupan.  Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan pemahaman yang hanya mendasarkan pada logika material dan atau hilangnya unsur non material yang seharusnya menjadi orientasi berpikir dalam kehidupan ini. Maka hasil pikir yang di dapat dari ketidakseimbangan adalah kemunduran atau hilangnya nilai potensi diri yang sesungguhnya. 

Hilangnya potensi inilah sebetulnya sebuah kecemasan yang menjadi bahan protes para malaikat pada waktu itu.  Dan realita ini sekarang terjadi sehingga kehidupan diri hanya selalu "menumpahkan darah dan membuat kerusakan" untuk mempertahankan hidup di dunia ini.  Maka hilangnya potensi ini menjadikan diri memiliki derajat yang paling rendah, sehingga melebihi "kebringasan dan kebiadapan" para makhluk lainnya.

Sebuah kerugian jika kondisi ini terjadi dalam kehidupan diri kita sekarang ini.  Maka perlu kiranya diri untuk selalu melakukan prosesi berpikir dan merenung untuk kembali mengenali dan menemukan potensi diri manusia yang sesungguhnya.

Potensi dan Kondisi Diri

Potensi diri adalah sebuah kepemilikan dasar yang harus dimiliki oleh manusia yang sesungguhnya.   Potensi diri bukan merupakan ukuran material atau kepandaian jasadiyah melainkan sebuah bentuk keseimbangan yang komprehensip antara unsur material dan non material.  Dua unsur inilah yang merupakan kekuatan dan daya hidup sesungguhnya setiap diri manusia ditengah kondisi kehidupan yang dijalani.

Kepemilikan potensi diri ini akan menjadikan diri mampu menangkap dan mencermati setiap perangkap kondisi yang ada disekitar kita.  Namun bukan hal yang mudah untuk memilikinya karena harus membiasakan diri untuk belajar dan berproses sesuai dengan pengetahuan yang benar.  Kebenaran pengetahuan ini sifatnya adalah mutlak dan tak tergantikan atau bukan sebagai hal yang harus direnovasi atau tambal sulam melainkan dibangun dari proses aktivitas belajar selama kehidupan.

Proses belajar yang benar dan yang tak berakhir inilah menjadikan diri memiliki kepekaan dari setiap kejadian yang sedang terjadi sehingga mampu membaca arah yang ingin dituju atau makna yang tersirat dari peristiwa yang terjadi sebagai penyadaran diri atas kondisi yang sedang terjadi.  Sehingga diri mampu memposisikan kondisi yang ada bukan sebagai penghalang atau tembok pembatas perjalanan di kehidupan ini.    

Keberadaan diri kita hanya ibarat naik bus untuk  sampai tujuan tertentu dan tak pernah bisa mengatur karena sekedar menumpang dan harus adaptasi atau menikmati perjalanan yang ada.  Maka kewajiban diri hanyalah sekedar untuk bersikap dan memposisikan diri dengan kebersyukuran karena masih diijinkan untuk hidup menumpang di dalam kehidupan agar mampu mencapai tujuan.

Penutup

Hanya sekedar humor sufi dan tidak ada yang lucu atau pantas ditertawakan dalam tulisan ini.  Perbedaan pemikiran atau filosofi tentang potensi diri inilah yang mungkin bisa membikin diri tertawa atas pemahaman ini.

Terima kasih

Salam KAS

Magelang, 24/7/2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun