Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Berilmu untuk Menemukan Diri (2)

8 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 8 Juni 2022   05:09 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kewajiban diri manusia dalam kehidupan di dunia ini adalah wajib memiliki ilmu.  Karena ilmu merupakan pegangan dasar diri dalam menjalani perjalanan sebagai lelaku manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.  Pegangan dasar ini ibarat sebagai sebuah lentera  yang mampu menerangi diri dalam memilih peta perjalanan agar dapat menentukan arah perjalanan yang benar.

Realita di lingkungan kehidupan sekarang ini banyak diri manusia yang memiliki ilmu yang tinggi, bahkan dikatakan tamat dalam pendidikan baik formal maupun non formal seharusnya dapat mempengaruhi perilaku pribadi yang positif kepada diri manusia yang lain. Dan ternyata bukan lampu penerangan kehidupan yang di dapat dan digunakan juga untuk menerangi saudaranya malah kebalikannya.

Misalnya seorang pejabat yang dianggap memiliki ilmu seharusnya mementingkan kepentingan masyarakat malah lebih mengutamakan kepentingan pribadinya.  Dan juga seorang guru yang seharusnya "digugu dan ditiru" dalam hal kebaikan malah bukan contoh yang baik diberikan kepada diri manusia yang lain.  

Namun hal itu bukan hal yang dapat digeneralisasi untuk semua pejabat ataupun guru karena hanya oknum-oknum yang ada.   Tetapi fenomena ini bisa terjadi dan mungkin tak terpikirkan serta dianggap hal yang biasa  akibat pemahaman yang kurang tepat atau sebuah deviasi pemahaman yang kurang sempurna dari sebuah kepemilikan ilmu karena semakin tinggi harusnya simetris dengan perilaku kehidupan yang baik.  

Simetrisnya hubungan ilmu dan perilaku merupakan sebuah  tugas diri manusia dalam mencari/menuntut ilmu sebagai bekal kehidupan yang dijalani sekarang maupun untuk masa depan.  Namun contoh-contoh tersebut di atas banyak terjadi bahkan sekarang ini banyak ilmu yang "dijual belikan" untuk kepentingan mengejar popularitas dan materi kehidupan di dunia.  Ketika hal ini terjadi maka perlu di renungkan kembali tentang kepemilikan ilmu yang sekarang kita miliki ini.  

Apakah simetris ilmu yang diri miliki dengan perilaku kita? Ataukah ilmu yang diri miliki malah menjadikan hati dan mata menjadi gelap karena kesibukan dalam mencari/mempertahankan jabatan dan popularitas?

Perenungan atas hal tersebut perlu dilakukan di sela-sela kesibukan diri dalam mempertahankan hidup yang serba sulit sekarang ini.  Pencarian atas akar permasalahan yang terjadi  antara "derajat" kepemilikan ilmu dengan perilaku diri yang tidak simetris dalam kehidupan menjadikan masalah baru dan menjadikan diri semakin "terjebak" dengan pola kehidupan.  

Hal ini mengakibatkan semakin tua bukan diri menjadi orang yang "menerima" realita malah menjadikan diri orang yang menerjang realita yang seharusnya dilakukan sebagai makhluk yang sempurna.

Ketika diri tidak merasa bahwa hidup jauh dari "tugas" akibat diri terlalu sibuk dengan aplikasi ilmu yang ada sekarang, maka mungkin akan dianggap produk gagal oleh Sang Pemberi Tugas.  Kesadaran tentang hal ini dibutuhkan agar dapat memahami pengetahuan yang benar untuk menjalani perjalanan diri sebagai seorang musafir dalam kehidupan di dunia ini.  Dan hal ini bukan berarti menyalahkan ilmu yang ada sekarang namun sekedar menambah dasar pijakan berpikir agar diri dapat menemukan lentera kehidupan yang baru. 

Ilmu yang baik

Diri kita sekarang ini mungkin disibukkan dengan bekerja keras dari pagi sampai pagi dengan kesibukan mencari materi agar mendapatkan  kasih sayang ataupun popularitas dan kebahagian.  Namun ternyata tidak semua dapat dicapai malah mungkin akan hilang rasa kasih sayang dan jauh dari nilai kebahagiaan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun