Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Humor Sufi: Memahami Semangat Diri

11 April 2022   01:45 Diperbarui: 11 April 2022   02:04 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah perenungan dengan berpikir dengan logika  dan perasaan yang ada dalam tubuh kita tentang motivasi atas kejadian dan peristiwa yang dijalani dan dilewati selama hidup di kehidupan di dunia ini.  Hal ini bukan berarti mengajak diri untuk menggunakan dominasi indrawi (logika atau perasaan) sebagai pisau bedah atas tindakan yang sudah kita lakukan.  Namun sekedar untuk mencari alasan atau semangat dan motivasi yang ada dibalik peristiwa dan tindakan yang sudah kita lakukan selama ini.

Kehidupan yang selama ini kita nikmati sebetulnya adalah untuk mencari apa?  Apakah diri memang hidup hanya seperti orang-orang berpikir ala Moslow dengan lima tingkatan mulai dari 1) kebutuhan fisiologis; 2) kebutuhan rasa aman; 3) kebutuhan akan cinta dan kebersamaan; 4) kebutuhan harga diri; dan 5) kebutuhan aktualisasi diri.  

Motivasi hidup ini memang menjadi semangat diri dalam kehidupan yang dapat dipikirkan dan diterima secara logis oleh setiap diri manusia.  Namun apakah tidak pernah diri sadar bahwa sebetulnya peta perjalanan ini  menuju pada individu manusia yang bergerak menuju self interest atau titik individualitas akibat kematangan kepribadian diri seorang manusia.  Dan akan menjadi bahaya ketika ini menjadikan fokus perjalanan diri dalam mengarungi kehidupan tanpa ada sentuhan lain yang mampu menyeimbangkannya.

Pemahaman yang menjadi penyeimbang ini adalah sentuhan lain yang berpijak pada hakekat diri sebagai manusia yang sesungguhnya. Maka perlu kiranya diri untuk mencari penyeimbang pemahaman yang berbeda dan dapat digunakan untuk menjadi dasar di dalam motivasi atau semangat diri menjalani sisa umur di kehidupan di dunia ini.  Penyeimbang ini adalah bentuk yang menjadi "as" motor diri manusia untuk berpikir dan memiliki rasa tentang hal yang benar dan salah dengan langkah yang diambil atas tindakan dalam kehidupan sehari hari.

Mengenal Sumber Semangat diri

Ibarat sebagai sebuah kendaraan bermotor bahwa diri kita hidup membutuhkan bahan bakar.  Bahan bakar inilah yang merupakan semangat diri untuk melakukan aktivitas dalam kehidupan.  Dan wujud dari bahan bakar ini adalah niat yang berasal dari pemahaman atau pengetahuan yang diri miliki atas segala kegiatan yang akan dilakukan.  Ketika niat adalah hal yang baik pasti akan menghasilkan hal yang baik dan demikian juga sebaliknya ketika niat adalah dengan pemahaman dan tujuan yang salah maka akan menjadi diri "rusak" walaupun mungkin tujuan akan tercapai.

Semangat atau motivasi diri yang hanya didasarkan pada satu sisi  atau hanya untuk kepentingan kehidupan di dunia biasanya hanya berpikir pada kebutuhan yang bersifat membumi.  Hal ini berarti bahwa diri yang memang berasal dari tanah maka agar tumbuh logika diri berpikir akan bersifat fisik atau dengan bahasa lain adalah bersifat materialitas karena berhubungan dengan keduniawian saja.

Semangat yang demikian ini (membumi) adalah semangat yang bersifat negatif karena tidak pernah berusaha untuk mendekatkan diri pada keseimbangan kehidupan dikarenakan tidak pernah akan mencapai "titik diri yang sesungguhnya".  Karena semangat muncul akibat dari dominasi keinginan diri untuk memenuhi rasa kepuasan, rasa kesenangan dan kenikmatan dalam menjalani kehidupan di dunia ini.  

Semangat yang negatif ini dapat dikatakan sebagai semangat hidup yang memperjuangkan "nilai-nilai dari sikap yang rendah" dari diri  manusia.  Maka tak ubahnya diri seperti bukan manusia yang sesungguhnya atau makhluk yang sempurna karena akan semakin jauh dari titik keseimbangan.

Semangat negatif ini muncul karena hakekat diri sebagai manusia yang seharusnya menggunakan "hati" dalam langkah kehidupannya tidak pernah digunakan.  Hati diri ibarat membatu atau berselimut dengan kain yang tebal.  Akibatnya diri dalam beraktivitas tidak pernah memikirkan "benar atau salah" karena hanya berpikir bagaimana tiga rasa (puas, senang, dan nikmat) dapat tercapai.

Tindakan yang muncul dari semangat negatif yang menjadi bahan bakar dalam kehidupan adalah aktivitas yang membumi yang didasarkan atas kebutuhan fitrah biologis atau jasmaniah.  Ketika mengejar kebutuhan jasmaniah ini maka diri akan terbalut dengan rasa iri dan dengki yang menjadi pakaian dalam kehidupan diri.  Sehingga langkah yang dilakukan pun tidak jarang selalu  berhubungan aktivitas yang bersifat destruktif.

Sifat yang destruktif yang demikian ini akan membawa diri pada diri yang berbuat bodoh, mabuk dengan segala hal dan mengalami kebutaan dan tuli pendengarannya.  Karena empati dalam diri akibat dari hati yang membatu atau berselimut menjadikan diri hidup hanya untuk mengejar tujuannya yaitu kebutuhan biologis atau jasmaniah.  Bahkan tidak jarang manusia lain dikorbankan atau dijadikan pion-pion yang diumpankan untuk eksistensi diri kita.

Motivasi atau semangat negatif ini tidak akan bisa di hilangkan jika diri tak memiliki pemahaman yang dekonstruksi untuk mencari dan menuju hakekat diri.  Karena merubah semangat negatif ini dibutuhkan niat baru dan ibarat peperangan besar yang ada dalam diri manusia.

Perang yang besar inilah yang seharusnya dilakukan diri setiap manusia karena janji kita kepada Sang Pencipta atas kehidupan diri manusia dilahirkan di dunia ini.  Karena dengan kemenangan berperang inilah akan menuju manusia yang sempurna dan mencapai hakekat manusia yang sesungguhnya.

Kemenangan diri dalam berperang melawan penguasa yang ada dalam diri kita ini akan menimbulkan bahan bakar baru yaitu semangat atau motivasi positif.  Motivasi positif  muncul akibat diri mampu mengelola kebutuhan fitrah biologis atau jasmaniah yang selama ini mencengkeram diri manusia.  

Hati yang sudah terbebas dari selimut atau bersih merupakan mahkota kemenangan yang diraih dari perang yang ada dalam diri setiap manusia.  Dengan kemenangan perang diri ini mengakibatkan diri akan bertindak dengan menggunakan logika  dan rasa serta hati sebagai "as" dalam bertindak dalam kehidupan sehari hari.

Motivasi positif atas tindakan yang dilakukan adalah sebuah aktivitas yang melangit karena selalu mengingat tugas dan janji diri sebagai manusia kepada Sang Pencipta.  Karena setiap tindakan selalu mengutamakan keseimbangan kehidupan baik untuk diri sendiri dengan manusia atau makhluk lain yang ada di semesta alam ataupun hubungannya dengan Sang Pencipta.

Motivasi positif ini pun selalu memunculkan "rasa cemburu" sebagai bentuk self defence mechanism yang menjadikan kekuatan untuk diri menjadi eksis dalam membangun dirinya tanpa merugikan siapapun. Karena dalam tindakan sudah bukan atas dasar kepentingan diri untuk kebutuhan fitrah biologis dan jasmaniah saja.

Motivasi positif sebagai bahan bakar dalam diri manusia sejati yang dapat menjadi pendorong yang tangguh dan kuat untuk kepentingan kemuliaan dan derajat kesempurnaan manusia.  Tindakan yang dilakukan didasarkan atas rasa cinta yang hebat sebagai wakil dari Sang Pencipta dan rasa cinta kepada Sang Pencipta.  Sehingga tindakan yang dilakukan adalah tindakan yang bersifat konstruktif bukan destruktif.

Ketika diri mampu bertindak secara konstruktif maka memiliki motivasi yang kuat untuk berprestasi dan tidak ada masalah dalam dirinya dan mampu bersosialisasi dan membina lingkungan semesta dengan baik.  Motivasi yang seperti inilah yang mampu mengendalikan potensi diri sebagai manusia dan dapat mempertahankan derajat sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya.

Dengan mencari dan memenangkan perang diri agar memiliki motivasi positif inilah cara manusia untuk memberikan makna terhadap hidup yang dijalani.  Karena makna hidup merupakan perjalanan diri dalam bermusyafir di kehidupan di dunia dengan mengisi dan memberi gambaran serta berjalan menuju arah dan peta perjalanan yang sesungguhnya.

Sekedar humor sufi. Tidak ada yang lucu dalam tulisan ini hanya berbeda pemahaman dalam memahami makna dalam motivasi atau semangat diri dalam kehidupan.

Tidak salah jika diri mengejar kebutuhan fisiologis, namun bukan berarti harus tamak karena perut sama besarnya....
Tidak salah jika diri mengejar rasa aman, Namun bukan berarti diri harus lupa pada yang Memberi Rasa Aman
Tidak salah jika diri mengejar cinta, namun bukan berarti cinta itu tanpa harus diperjuangkan
Tidak salah jika diri mengejar aktualisasi diri, Namun ada yang Maha Segalanya di atas diri kita

(KAS, 10/4/2022)

Salam KAS

Magelang, 10/4/2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun