Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Potensi Diri ("Hilangnya Keseimbangan Kehidupan")

4 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 4 Desember 2022   06:59 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Fenomena banyaknya bencana dan musibah yang terjadi sekarang ini seharusnya menjadi bahan perenungan diri dan instropeksi yang mendalam tentang kondisi kehidupan manusia.  Bentuk perenungan dan intropeksi bukan hanya secara fisik atau sesuatu yang tampak tentang  kondisi yang ada untuk mencegah berulangnya bencana tersebut. Ketika diri hanya fokus pada perbaikan jasadiyah seperti ini tidak mungkin akan memperbaiki atau mencegah bencana terjadi lagi.

Melainkan juga perlu kajian mendalam tentang kondisi diri sebagai pelaku kehidupan di dunia ini.  Kajian secara diri pribadi ini bertujuan untuk mengembalikan hakekat dan memahami tugas hidup sebagai manusia.  Karena manusia diciptakan adalah untuk rahmat bagai manusia dan alam semesta bukan untuk meninggalkan bencana dan musibah bagi yang lain.  Pentingnya kajian atau perenungan ini agar diri mampu memahami perjalanan dan tujuan dari hidup ini.

Perjalanan diri dalam kehidupan di alam semesta ini ibarat sebuah titian yang memerlukan keseimbangan.  Keseimbangan akan terjadi ketika diri mampu menemukan "diri" sebagai manusia yang mampu menjalankan amanah dari Sang Pencipta.  Dan keseimbangan hidup inilah yang diharapkan terjadi ketika diri manusia diciptakan sebagai wakil untuk mengelola alam semesta.  Hal ini berarti kehidupan diri dalam keseimbangan adalah diri yang mampu melakukan responsibility yang baik dan kehidupannya selalu memiliki accountibility yang tinggi.

Namun karena manusia adalah diciptakan dari tanah yang penuh misteri karena bisa menghidupkan atau bisa mematikan potensi diri dan makhluk lain yang berada disekitar kita.  Dan ketika kondisi diri dalam posisi "potensi mati"  maka Sang Pencipta selalu memberikan "air hujan" agar diri kita sebagai manusia mampu untuk hidup dan berkembang.  Ketika diri mampu menampung "air hujan" maka diri diharapkan bisa hidup sebagai makhluk sempurna yang berkebaikan dan kebermanfaatan.  

Demikian juga sebaliknya, ketika diri tidak mampu menampung "air hujan" maka ibarat diri adalah sebagai manusia yang hanya sekedar meluapkan atau membuat kerusakan.  Dan pola kehidupan sekarang ini tidak pernah menyiapkan diri kita untuk mampu menampung "air hujan" karena lupa pada potensi yang dimilikinya.  Dampaknya bukan hanya kepada diri sendiri melainkan dirasakan oleh diri manusia lain menjadi korban ketidakseimbangan kehidupan yang berupa bencana dan lain sebagainya.  

Dua sisi yang memang menjadi sering dilupakan untuk dikaji ketika diri manusia akan diciptakan dan ditugaskan di muka bumi ini.  Namun karena kasih sayang dari Sang Pencipta maka kubu yang menyatakan bahwa manusia adalah pembuat kerusakan dan selalu menumpahkan darah akhirnya harus bersujud dan mengakui bahwa diri kita adalah sebagai makhluk yang "seharus" menjadi diri manusia yang berkebaikan dan selalu memiliki kebermanfaat. Dan betapa Mahabaik Sang Pencipta melihat kondisi diri kita seperti yang sudah lupa dengan keseimbangan namun masih memberikan kesempatan untuk hidup dan menanti kesadaran para manusia.

Keseimbangan Kehidupan

Keseimbangan kehidupan merupakan potensi yang mampu dikelola dari dua kekuatan atau unsur yang ada dalam diri manusia.  Unsur fisik dan non fisik adalah dua kekuatan yang diberikan sebagai modal diri manusia untuk perjalanan di dunia ini.  Unsur fisik adalah segala sesuatu yang memang dapat di lihat dan dirasakan secara jasadiyah oleh pribadi manusia dan unsur non fisik adalah modal yang yang harus di cari dan ditemukan dan menjadi penyeimbang karena memiliki power yang besar untuk energi perjalanan.

Modal diri manusia sebagai makhluk yang harus selalu seharusnya disadari sejak dilahirkan sampai dengan ajal menjemputnya.  Namun banyak dalam perjalanan hidup diri kita lupa atau lalai dengan kondisi itu akibat dari dominasi eksternalitas yang dominan memenjara kehidupan sehari-hari.  Hal ini mengakibatkan posisi diri yang terjebak dalam kehidupan yang jauh dari keseimbangan yang diharapkan.

Baca juga: Menembus Batas

Kerusakan dan pertumpahan darah bahkan perbuatan yang tidak bermartabat lainnya bagaikan hal yang biasa dalam kondisi ketidakseimbangan ini dan menjadikan diri jauh dari jalur untuk selalu berkebaikan dan kebermanfaatan.  Dominasi perilaku dalam kehidupan yang "negatif" walaupun mungkin dikatakan baik menjadi sebuah kebenaran karena sudah merupakan asumsi pemahaman umum.  Dan ketika ini sudah menjadi hal umum namun memiliki dampak yang negatif apakah mungkin akan memberikan kemudahan diri kita untuk mengenal potensi diri menuju kehidupan yang dalam posisi keseimbangan.  Pasti tidak jawabannya ketika kondisi ini terus akan dipertahankan dan ketidakseimbangan kehidupan akan semakin curam timbangannya.

Ketidakseimbangan ini diakibatkan diri kurang memahami atau keliru dalam memilih alur pemahaman ilmu kehidupan yang ada.  Akibatnya adalah diri tidak pernah mengenal posisi dan modal awal yang diberikan sebagai manusia yang sempurna.  Sehingga dapat dikatakan bahwa mungkin hidup diri kita sekarang ini tidak berbeda dengan makhluk lainnya bahkan lebih buas dan liar dibandingkan hewan yang ada di semesta ini dan pas kalau dikatakan hukum rimba berlaku. 

Pemahaman dan alur pikir yang keliru ini menjadikan diri salah dalam memilih jalur kehidupan menjadikan lebih memilih jalur yang berbelok atau arah perjalanan yang salah.  Dan mungkin ini merupakan penjara kehidupan jika diri tak pernah mampu menyadari kondisi yang demikian ini.  Karena alur pikir kita terpenjara pada kehidupan yang fisikisme dan bahkan menganggap hal yang religuitas adalah bukan sebagai satu kesatuan dalam pengetahuan.

Sebuah kerugian jika kondisi seperti ini tetap dipertahankan karena diri tak pernah akan mendapatkan bekal yang dicari dalam kehidupan sekarang ini.  Potensi diri tak pernah ketemu dan mungkin hidup diri kita adalah merupakan hidupnya "pihak" lain yang sudah menjadi penguasa dalam kehidupan sehari-hari.  Sehingga kebahagian dan kebersyukuran hidup jauh dari jangkuan angan diri yang mengakibatkan diri selalu dalam penjara "kekhawatiran" dalam kehidupan.

Mencari Keseimbangan Kehidupan

Kehidupan dunia sekarang ini identik dengan materi maka tidak salah ketika orang mengatakan keseimbangan hidup adalah dengan kecukupan materi agar diri mampu mencukupi segala kebutuhan yang diperlukan.  Ketika ini menjadi rujukan pemahaman diri kita maka mungkin diri akan terlena dan keliru langkah perjalanan dalam kehidupan sekarang ini.  Karena keseimbangan diukur dengan ukuran dunia atau materi belaka.

Kekeliruan atas pemilihan alur pemahaman ini sudah merupakan hal umum terjadi akibat dari salahnya pedoman yang menjadi dasar keilmuwan.  Dan generalisasi atas pemahaman ini adalah sebagai tuhan untuk membenarkan ilmu-ilmu kehidupan. Sehingga menjadikan yang salah terlihat benar dan benar terlihat sebagai sebuah kekeliruan.  Hal ini dapat dibuktikan ketika seorang pemikir menyampaikan sesuatu yang tak lazim walaupun itu benar namun tidak didukung oleh pemahaman yang sudah berlaku mungkin dianggap sebagai sebuah pengetahuan yang menyesatkan.

Ketika kondisi seperti ini tidak ada yang berani melakukan dekonstruksi atas pemahaman yang ada maka tidak mungkin diri akan memiliki kesadaran bahwa pola kehidupan yang ada adalah sebuah kekeliruan.  Framework berpikir yang tidak mau berubah dan tidak mau mengembangkan ilmu yang ada untuk menjadi diri yang tak terbatas karena manusia sebagai makhluk yang sempurna akan sulit menemukan potensi diri sebagai manusia sejati.  Maka tugas baca dan belajar harus terus dilakukan terlebih membaca pada pedoman yang sejati untuk kehidupan manusia.

Baca dan belajar yang benar dengan mendasarkan pada buku pedoman kehidupan adalah mutlak dilakukan karena disitu adalah merupakan sumber segala jenis pengetahuan untuk kehidupan di dunia.  Karena mendasarkan pada sumber alur pengetahuan yang benar pasti akan menemukan pemahaman yang benar pula.  Maka mungkin akan menemukan orientasi pemikiran yang meninggalkan faham yang mungkin sekarang membelenggu kehidupan manusia.

Konsep-konsep yang muncul untuk mencari keseimbangan kehidupan yang baik yang muncul adalah pertama bahwa hidup adalah didasarkan atas dua dasar yaitu fisik dan non fisik. fisik adalah segala sesuatu yang memang secara bentuk dapat dilihat dan dirasakan oleh indra manusia.  Sedangkan non fisik adalah potensi diri yang diberikan oleh Sang Pencipta namun harus ditemukan dengan perjuangan yaitu dengan proses baca dan belajar.

Konsep yang mendasari yang kedua adalah bahwa kehidupan di dunia ini adalah hanyalah sebagai sebuah sarana.  Karena sebagai sebuah sarana maka janganlah dunia menjadi orientasi dan tujuan kehidupan. Karena hanya sarana dan bukan tujuan maka diri harus mampu memanfaatkan dunia hanya sebagai alat untuk mencari bekal dalam mencapai tujuan yang hakiki.

Konsep yang ketiga adalah tugas keseimbangan kehidupan.  Tugas ini adalah bentuk pendelegasian wewenang bahwa diri adalah ditugaskan "sebagai" bukan pemilik atas kehidupan di dunia.  Karena hanya "sebagai" maka segala bentuk aktivitas diri akan dipertanggungjawabkan kepada pemberi wewenang dan kehidupan pada diri  kita.

Bukan hal yang mudah untuk mengembangkan hal tersebut sebagai modal untuk mengembangkan pemahaman atau pengetahuan yang baru.  Namun jaminan keberhasilan sudah diberikan bahwa setiap diri manusia akan mampu manakala diri dapat menemukan potensi diri sebagai manusia yang sejati.  Hanya diperlukan usaha dan semangat serta keyakinan bahwa diri adalah manusia yang sempurna yang mampu menembus batas yang tak terbatas.

Penutup

Sekedar humor sufi yang tidak ada yang pantas untuk ditertawakan.  Namun perbedaan pemahaman antara penulis dan pembaca ini yang mungkin sebagai bahan untuk ditertawakan.

Tahukah diri kita mengapa cermin tidak dapat memantulkan bayangan diri, Karena cermin itu mungkin dalam kondisi berkarat
Tahukah diri kita mengapa diri tak dapat meninggalkan kebaikan, Karena hati kita mungkin dalam kondisi berselimut
Bukalah selimut dan lemparkan jubah kebesaran yang ada,  Karena itu adalah belenggu diri dalam kehidupan
Bukalah penjara kondisi,  Agar diri mampu menembus batas yang tak terbatas.

Terima kasih

Magelang, 3/12/2022

Salam KAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun